Untuk pertama kalinya di musim ini, Mohamed Salah berhasil mencetak gol di tiga laga beruntun.
Meski posisinya bukan ujung tombak, Salah tetaplah mesin gol Liverpool. Daerah operasinya memang tidak seperti Erling Haaland, Harry Kane, atau Ivan Toney selaku target man di klubnya masing-masing.
Apalagi, grafik permainan Liverpool juga menurun drastis musim ini. The Reds tengah merangkak di peringkat tujuh dengan koleksi 50 poin dari 31 laga. Raihan poin itu merupakan yang terendah sejak era Juergen Klopp (2015/16).
Bahkan, sekali pun Liverpool memenangi sisa tujuh laga hingga akhir musim, total raihan poin mereka (71) masih akan berselisih 21 poin dari total musim lalu (92).
Dalam kondisi-kondisi tersebut, Salah toh tetap menjadi andalan utama The Reds. Koleksi 27 golnya masih merupakan yang terbanyak dibanding rekan-rekan setim.
Sebanyak 16 gol dari total 27 gol tersebut lahir di ajang Premier League. Itu pun masih lebih subur dibanding dua pesaing terdekatnya di timl, yakni Roberto Firminho dan Darwin Nunez. Keduanya baru mengoleksi sembilan gol.
Padahal, secara posisi, justru Firminho dan Nunez-lah yang harusnya bersaing ketajaman secara head-to-head versus Haaland, Kane, atau Toney selaku ujung tombak.
Mengapa Haaland, Kane, dan Toney disebut-sebut dalam artikel ini bukanlah tanpa alasan. Ketiganya secara berurutan tengah menempati peringkat satu, dua, dan tiga di daftar sementara pencetak gol terbanyak, setidaknya hingga saat artikel ini ditulis.
Haaland memang berlari sendirian di puncak lewat koleksi 32 gol. Kane menyusul dengan 24 gol, sedangkan Toney mengoleksi 19 gol atau terpaut tiga gol dari koleksi Salah.
Produktivitas striker Mesir itu memang sempat ngadet di awal-awal musim. Ia hanya mampu mengoleksi dua gol di 10 pekan awal. Sebagai perbandingan, Salah mencetak 10 gol dalam periode serupa musim lalu dan delapan gol di dua musim lalu.
Kondisinya agak membaik di rentang 10 laga berikutnya (pekan 11 hingga 20) di mana ia mencatatkan lima gol. Meski di sisi lain, Salah juga sempat melalui lima matchday tanpa pernah menjebol gawang lawan (pekan 18 sampai 22). Akibatnya, Liverpool cuma sekali menang (2-1 vs Leicester) selama periode tersebut. Sisa empat laga lainnya berakhir dengan sekali imbang dan tiga kekalahan dari Brentford (1-3), Brighton (0-3), dan Wolverhampton (0-3)
Produktivitasnya kembali membaik sejak bulan Februari hingga akhir pekan lalu, di mana ia berhasil mengemas sembilan gol di 11 laga dalam rentang waktu tersebut.
Namun, yang benar-benar patut mendapat kredit adalah soal pencapaiannya di tiga pekan terakhir (pekan 30 hingga 32) lantaran ia berhasil mengemas empat gol.
Rinciannya, mulai dari satu gol untuk mengejar ketertinggalan dari Arsenal (pekan 30), dua gol dalam pesta gol versus Leeds (pekan 31), dan gol penentu kemenangan versus Nottingham Forest di laga terakhir (pekar 32).
Catatan tersebut juga bertambah spesial karena untuk pertama kalinya Salah berhasil menjebol gawang lawan di tiga laga beruntun musim ini.
Musim lalu saja, Salah bahkan sempat mencetak gol secara berturut-turut di tujuh laga beruntun (pekan 3 hingga 9).
Tren positif Salah belakangan ini tersebut bisa jadi terus berlanjut. Pasalnya, lawan yang bakal dihadapi berikutnya adalah West Ham, Kamis (27/4).
The Hammers merupakan salah satu lawan favorit Salah. Sepanjang kariernya, ia tercatat sudah sembilan kali membobol gawang West Ham. Jumlah itu hanya kalah banyak dari koleksi golnya ke tiga tim lainnya, yakni Manchester United (12 gol), Manchester City (11 gol), dan Tottenham Hotspur (10 gol).