Semifinal Liga Champion musim ini mempertemukan dua klub Milano yang lama absen di empat besar. Derby della Madonnina bakal berjalan sengit sejak leg 1 pada Rabu (10/5).
Dua kampiun Serie A di dua musim terakhir menjanjikan duel ketat khas derbi. Tidak ada keuntungan jernih sebagai tuan rumah. San Siro akan terbelah seperti biasa setiap gelaran derbi. Atmosfer Eropa akan menjadi perbedaan besar juga.
“Setiap derbi menyertakan beban berat. Memainkannya di Eropa merupakan kesempatan unik. Laga ini akan menjadi sesuatu yang melampaui sepak bola. Yang saya sukai adalah terdapat rivalitas dan, pada saat yang sama, respek besar di antara kedua tim. Saya tak sabar lagi tampil di derbi ini,” ucap kapten AC Milan, Davide Calabria.
Latar belakang sebelum duel akan menguatkan kecenderungan sengit. Cukup lama Milano tidak merasakan gegap gempita fase akhir Liga Champion.
Rossoneri Milan akan melakoni semifinal ketujuh mereka Liga Champion sejak 1992/93. Namun, empat besar kali ini adalah yang pertama bagi Milan sejak 2006/07.
I Diavolo Rosso kalah di dua laga leg 1 terakhir, masing-masing dari Barcelona pada 2005/06 dan Man. United pada 2006/07 itu. Untuk musim terakhir tersebut, Milan bisa bangkit di leg 2 dan lolos ke final hingga akhirnya juara.
Internazionale baru tiga kali lolos ke empat besar LC. Kali pertama Inter sampai ke semifinal berujung pada derbi pada 2002/03. Nerazzuri kalah di leg 1 dan akhirnya gagal lolos ke final. Terakhir, pada 2009/10, Inter besutan Jose Mourinho saat itu menang di leg 1 atas Barcelona dan akhirnya lolos dan kemudian kampiun.
Rekor duel turut menebalkan tendensi ketat. Kalau patokannya catatan pertemuan musim ini, Inter akan dijagokan menang. Nerazzurri memenangi dua derbi terakhir musim ini. Mereka juga tak kebobolan di dua pertemuan liga tersebut, masing-masing 3-0 di Supercoppa Italiana dan 1-0 di Serie A.
Akan tetapi, Milan sering tampil berbeda di Liga Champion. Rekor pertemuan dengan Inter menjadi bukti sahih kecenderungan tersebut. Milan tak pernah kalah dalam derbi di Eropa. Dari empat benturan sekota dengan atmosfer Liga Champion, Rossoneri menang dua kali dan imbang dua kali. Diavolo Rosso juga menang 3-2 di liga pada September silam.
Yang lumayan jelas, kedua tim mencapai empat besar berbekal pertahanan kukuh. Milan hanya kemasukan sebiji gol di enam pertandingan terakhir di kompetisi ini, itu pun saat injury time saat menghadapi Napoli. Inter tidak kebobolan pada enam dari 10 partai Liga Champion musim ini.
Sebelum perempat final kontra Benfica, Nerazzurri dirundung kritik karena merosot hingga muncul isu pemecatan Simone Inzaghi. Usai memastikan tempat di empat besar, Inter menanjak dengan memenangi lima pertandingan dengan mencetak 15 gol dan hanya kebobolan satu gol.
Sejak menang 4-0 atas Napoli pada awal April hingga laga kontra Lazio akhir pekan lalu, Milan juga belum pernah kalah di tujuh laga. Akan tetapi, Si Merah-Hitam cuma mencetak delapan gol dan hanya bermain imbang di empat laga di antaranya. Keberhasilan mengempaskan sensasi Napoli di delapan besar tak kurang menunjukkan kengototan pasukan Stefano Pioli di ajang yang sudah tujuh kali mereka taklukkan.
Hanya, buat semifinal nanti, Milan terancam kehilangan sosok trengginas di lini depan, Rafael Leao. Pemain depan asal Portugal itu mengalami cedera kala meladeni Lazio.
Akan tetapi, dengan atau tanpa Leao, Milan sepertinya belum cukup meyakinkan di leg 1 ini. Meski demikian, Rossoneri akan sedikit terbantu status tuan rumah. Milano belum akan memihak di laga pertama ini.
10 Derby della Madonnina Terakhir
Inter 1-0 Milan; Serie A; 5/2/2023
Milan 0-3 Inter; Supercoppa Italiana; 18/1/2023
Milan 3-2 Inter; Serie A; 3/9/2022
Inter 3-0 Milan; Coppa Italia (SF2); 19/4/2022
Milan 0-0 Inter; Coppa Italia (SF1); 1/3/2022
Inter 1-2 Milan; Serie A; 5/2/2022
Milan 1-1 Inter; Serie A; 7/11/2021
Milan 0-3 Inter; Serie A; 21/2/2021
Inter 2-1 Milan; Coppa Italia (PF); 26/1/2021
Inter 1-2 Milan; Serie A; 17/10/2020