Menjadi kubu yang lebih efektif di hampir sepanjang laga, Sevilla mesti menerima kenyataan gagal meraih kemenangan penting saat bertandang ke Allianz Stadium pada Kamis (11/5). Di sisi lain Italia, Roma unggul tipis dari Bayer Levekusen.
Dua semifinal Liga Europa berjalan berbeda buat dua wakil Italia. Namun, final sesama klub Serie A masih mungkin terjadi.
Juventus menjadi kubu yang mengalami laga berat meski bermain di depan publiknya. Tamu mereka adalah Sevilla, jawara ajang ini.
Sevilla, pemegang rekor Liga Europa/Piala UEFA dengan koleksi enam trofi, memegang kendali sejak awal laga. Buah manisnya muncul pada menit ke-26, ketika Youssef EN-Nesyri menembak masuk bola umpan Lucas Ocampos.
Setelah unggul, Sevilla masih memberikan tekanan. Los Rojiblancos membuat 13 tembakan, lima di antaranya mengarah ke gawang La Vecchia Signora.
Menjadi tim terbaik kedua di laga ini, Juve mampu keluar tekanan Sevilla dan berbalik menguasai permainan. Diikuti keberuntungan, Bianconeri mendapatkan ganjaran dari ketabahan mereka tersebut.
Gol penyeimbang datang saat injury time memasuki menit ketujuh. Juve mencetak gol dari sundulan Federico Gatti setelah Paul Pogba secara menakjubkan menjaga bola supaya tidak keluar dan sundulan Danilo tampak bakal melebar.
“Anak-anak tampil baik untuk balik melawan. Hasil seri yang layak kami dapatkan ini membuat segalanya masih terbuka di laga kedua nanti,” ucap allenatore Massimiliano Allegri seperti dikutip Football Italia.
Kelegaan buat Juventus, tidak buat Sevilla. Kubu tamu besutan Jose Luis Mendilibar itu boleh jadi merasa masygul juga hanya bisa bermain imbang. El-Neysri semestinya mencetak gol kedua jika tidak terlalu lama mengambil ancang-ancang untuk menembak. Ocampos juga meluputkan sebuah peluang bagus buat Sevilla. Gol pengujung duel yang dibuat Gatti hanya shot on terget kedua Juve sepanjang duel.
“Patut disayangkan, tapi begitulah yang terjadi. Wasit membiarkan laga berjalan terus dan kami tak bisa menangkal. Kami pulang dengan rasa senang karena menjalani laga bagus dan mampu menahan Juventus. Kami mesti memikirkan seluruh laga, bukan hanya detik terakhir,” tutur Mendilibar dikutip Marca.
Lupi Menang Pragmatis
Di bagian lain Italia, Roma menyajikan resep ala Jose Mourinho. I Lupi hanya mengukir penguasaan bola sebesar 38%, dengan catatan tampil di Olimpico, tapi tetap keluar sebagai pemenang duel.
Bayer Leverkusen memegang kendali laga sejak sepak mula. Pada menit keenam, peluang apik didapat gelandang serang mereka, Florian Wirtz, tapi tembakannya masih melebar.
Roma sendiri mendapat kesempatan memimpin di pengujung babak pertama. Namun, sundulan Roger Ibanez secara mengesankan dapat dihalau.
Giallorossi membuka skor pada menit ke-62. Setelah tembakan tembakan Tammy Abraham dapat dihalau, Edoardo Bove dapat menempatkan bola di pojok gawang tamu dari Jerman.
Gol ini merupakan gol pertama Bove di kompetisi Eropa. Gelandang berusia 20 tahun itu tampil sebagai starter karena masalah cedera yang merundung Roma.
Leverkusen racikan Xabi Alonso, yang adalah mantan anak didik Mourinho di Madrid sehingga keduanya saling berangkulan hangat sebelum pertandingan, berpeluang menyamakan skor pada menit ke-86. Namun, upaya Jeremie Frimpong menyusul kesalahan Rui Patricio masih dapat ditahan Bryan Cristane.
“Para pemain layak mendapatkan pujian. Mereka memiliki mentalitas, hasrat, empati terhadap para fan, tanggung jawab untuk tampil habis-habisan agar para suporter gembira,” ujar Mou dikutip Sky Sports Italia.
Leverkusen pantas menjaring kepercayaan diri setelah tampil sebagai kubu yang lebih dominan di Olimpico. Seperti semifinal yang lainnya, segala kemungkinan masih terbuka di leg kedua Kamis mendatang.