Keberhasilan West Ham melaju ke final UEFA Conference League usai menang agregat 3-1 atas tuan rumah AZ Alkmaar, Jumat (19/5) dini hari, diwarnai pecahnya kerusuhan di tribun.
“Can you hear the drums Fernando?” Demikianlah sepenggal lirik di awal lagu Fernando versi grup band legendaris asal Swedia yang bermukim di London, ABBA.
Bagi Anda yang tumbuh dewasa di era 70 atau 80-an, lagu tersebut mungkin tak asing di kuping. Lagu Fernando bahkan memuncaki beberapa chart (tangga lagu) di tahun 1976. Di tahun itu pula West Ham terakhir kali berhasil mencicipi pengalaman juara di kancah Eropa.
Fast Forward ke tahun 2023. Penantian panjang selama 47 tahun itu bakal berakhir. Untuk pertama kalinya dalam rentang waktu tersebut, The Hammers kembali berstatus sebagai tim finalis.
Mereka sukses mengeliminasi AZ Alkmaar di leg kedua semifinal UEFA Conference League dini hari tadi. Bermodalkan keunggulan 2-1 kala berstatus tuan rumah di leg pertama, West Ham tampil cukup menjanjikan saat ganti bertandang ke wakil Belanda tersebut.
Skor 0-0 sebenarnya sempat bertahan hingga menit-menit akhir di AFAS Stadium, kandang Alkmaar. Harapan publik tuan rumah agar tim kesayangannya bisa mencetak gol penyeimbang agregat justru berbalik 180 derajat.
Gelandang serang West Ham, Pablo Fornals, berhasil memanfaatkan kelengahan lini belakang Alkmaar di menit-menit akhir. Golnya di menit 94+4 sudah lebih dari cukup untuk mengantar West Ham ke final lewat kemenangan agregat 3-1.
Sayangnya, gol Fornals itu justru memicu kerusuhan. Sekelompok fan tuan rumah- sebagian mengenakan sarung wajah berwarna hitam – yang tak puas akan gol tersebut, meringsek ke arah tribun yang dikhususkan untuk keluarga dan kolega para pemain West Ham. Ayah Moyes yang sudah berusia 85 tahun merupakan salah satunya.
Dari laporan Sky Sports, para suporter Alkmaar langsung bergegas melompati pagar pembatas dan sempat menyerang suporter West Ham, tak lama setelah gol Fornals lahir.
Beberapa pemain West Ham seperti kapten tim Declan Rice dan Jarrod Bowen, sempat ikut terlibat dalam kericuhan tersebut demi mengamankan keluarga dan kolega mereka.
Sementara itu, Fornals selaku pencetak gol penentu, mengaku tak memperhatikan kericuhan tersebut karena terbalut euforia usai berhasil membobol gawang tuan rumah.
“Jujur, saya tak terlalu memperhatikan kejadian itu karena kebetulan tak ada keluarga atau kolega saya yang hadir di stadion. Apalagi, setelah gol dan wasit meniup pelito akhir, saya merebahkan diri ke lapangan dan menangis kegirangan seperti anak kecil,” ujar Fornals dilansir Sky Sports.
“Namun, bukan berarti saya tak peduli dengan keselamatan keluarga rekan-rekan saya dan berharap mereka semua baik-baik saja. Tak ada satupun pemain yang ingin keluarganya diserang kelompok suporter lain,” lanjut Fornals.
Dalam insiden tersebut, Fornals berupaya mengingatkan rekan-rekannya agar kembali ke lapangan dan tidak terpancing provokasi lawan.
“Saya langsung memasuki ruang ganti dan berupaya menahan agar beberapa rekan tidak masuk kembali ke lapangan karena itu bukan tugas kami sebagai pemain. Kami hanya berharap pihak keamanan bersikap adil dan segera mengidentifikasi para pelakunya,” ujar Fornals.
Di final, West Ham bakal berhadapan dengan Fiorentina. Wakil Italia itu berhasil menyisihkan Basel dengan agregat 4-3.
Sempat takluk 1-2 di leg pertama, La Viola bangkit dan berhasil menyamakan agregat menjadi 3-3 di waktu normal. Hingga akhirnya sang ujung tombak, Antonin Barak, menjadi pahlawan kemenangan berkat golnya di detik-detik akhir babak tambahan (menit 120’).
Laga puncak antara West Ham versus Fiorentina bakal tersaji di Fortuna Arena, Praha, pada tanggal 8 Juni mendatang.