Simone Inzaghi menjadi salah satu pelatih terbaik musim ini berkat keberhasilannya mengantar Inter sebagai finalis Liga Champions dan Piala Italia.
Tugas pertama berhasil dilaluinya dengan baik. Berkat kemenangan 2-1 atas Fiorentina, Kamis (25/5), Inter berhasil dibawanya menjuarai Piala Italia 2022/23.
Torehan itu terasa spesial lantaran Nerazzurri sempat tertinggal 0-1 lewat gol cepat Fiorentina yang dicetak Nicolas Gonzales (menit 3’). Alih-alih terpuruk, Inzaghi dan pasukannya berhasil bangkit dan berbalik unggul 2-1 sebelum turun minum lewat dua gol Lautaro Martinez.
Melihat Fiorentina tampil lebih ofensif guna mengejar ketertinggalan di babak media, Inzaghi menghabiskan jatah lima pergantian pemain. Striker ia ganti dengan striker, gelandang diganti gelandang, dan bek diganti bek. (*Lihat boks data)
Strateginya tersebut menghadirkan kaki-kaki yang lebih segar untuk meladeni lawan, tanpa harus repot-repot merubah skema formasi dan pakem permainan.
Meski La Viola lebih banyak menguasai permainan di babak kedua, Inter tetap mampu melahirkan beberapa peluang lewat serangan balik. Sang lawan jadi tak leluasa menggempur dan skor 2-1 bertahan hingga akhir laga.
Keberhasilan tersebut sekaligus menegaskan statusnya sebagai pelatih spesialis final. Menurut data statistik, Inzaghi sudah menjalani tujuh laga puncak semenjak berkarier sebagai pelatih. Rinciannya, empat final bersama Inter dan tiga final bersama Lazio.
Dari total tujuh final tersebut, seluruhnya berujung dengan gelar juara. Kala masih menangani Lazio, ia menyumbang satu gelar Piala Italia (2018/19) dan dua gelar Supercoppa Italiana (2017 dan 2019). Sedangkan bersama Inter, ia sudah menyumbang dua gelar Piala Italia (2021/22 dan 2022/23) serta dua gelar Supercoppa Italiana (2021 dan 2022).
Lewat keberhasilannya menyisihkan Fiorentina, Inzaghi berarti sudah mengoleksi tiga gelar Piala Italia di sepanjang karier kepelatihannya. Menurut Opta, jumlah tiga gelar tersebut membuatnya hanya kalah gemilang dari Sven_Goran Eriksson, Massimiliano Allegri, dan Roberto Mancini, yang masing-masing sudah mengoleksi empat gelar Piala Italia.
Berkat kiprah bagusnya tersebut, manajemen Inter semakin percaya dengan kinerja sosok dari adik kandung Filippo Inzaghi tersebut. Kalau pun di beberapa laga penampilan Inter dinilai kurang meyakinkan, hal itu tak lantas menjadi penghalang.
“Mustahil rasanya membayangkan ada satu musim di mana segalanya berjalan sempurna. Pasti ada kesulitan-kesulitan. Dalam kondisi tersebut, pelatih adalah pemimpin dan manajemen wajib mendukung penuh. Tak ada alasan untuk tidak melanjutkan kerja sama dengen Inzaghi,” ujar CEO Inter, Giuseppe Marotta, dilansir Sport Mediaset.
Presiden Inter, Steven Zhang. juga tak kalah girang. Apalagi, gelar ini merupakan gelar kelimanya semenjak menggantikan dinasti Moratti. Lima gelar tersebut adalah satu gelar scudetto, dua gelar Piala Italia, dan dua gelar Supercoppa Italiana.
“Saya tak bisa menggambarkan betapa bahagianya saya, khususnya kepada para pemain dan staf pelatih. Tim ini sudah memiliki mental juara. Itulah mengapa kami bisa sampai ke banyak final dan meraih beragam gelar,” ujar Zhang dilansir Football Italia.
Lantas, apa komentar Inzaghi. Tanpa bermaksud besar kepala, ia meyakini bahwa kiprah bagus timnya masih akan terus berlanjut, termasuk jelang laga final Liga Champions kontra Manchester City.
“Kami benar-benar menginginkan gelar Piala Italia ini dan itulah mengapa saya merasa senang. Apalagi, kami mengawali laga dengan buruk. Hal itu jarang terjadi. Beruntung para pemain melakukan hal tepat untuk bangkit,” ujar sang pelatih.
“Kami masih harus melakoni dua laga terakhir di Serie A, kemudian ke Instanbul (final Liga Champions). Tentu saja kami ingin hasil-hasil baik seperti ini bisa terus berlanjut,” tutup Inzaghi.