Dua kubu berniat mengakhiri paceklik lama gelar Eropa. Final Liga Europa Conference pada Rabu (7/6) di Fortuna Arena, Praha, akan berlangsung ketat. Fiorentina boleh jadi merupakan kesempatan terbaik Italia meraih gelar antarklub Eropa.
La Viola akan mencoba meneruskan konsistensi mereka untuk menyelamatkan Italia musim ini. Beban itu hadir setelah kekalahan Roma di final Liga Europa pada akhir pekan lalu dan seturut posisi Inter Milan yang kurang diunggulkan dibandingan Manchester City di final Liga Champion.
Hanya, tugas itu tidak ringan buat Si Ungu. Lawan di final nanti, West Ham, berambisi besar di ajang ini.
Setelah kegagalan menembus final Liga Europa musim lalu, kalah dari Eintracht Frankfurt di empat besar, West Ham tampak termotivasi untuk berbicara di Eropa. Klub London Timur tersebut selalu menang di fase grup.
Hasrat tinggi dan tempat di final ini tampak menyelamatkan David Moyes dari pemecatan. Setelah dipastikan bertahan di Premier League, misi Hammers berikutnya adalah menambah koleksi gelar Eropa.
Si Martil cukup lama tidak berkibar di antarklub Eropa. Sebelum hanya juara Piala Intertoto 1999, West Ham kampiun Piala Winner 1965, saat masih diperkuat kapten Bobby Moore dan Geoff Hurst. Kedua pemain merupakan andalan timnas Inggris di Piala Dunia di kandang setahun berselang.
Fiorentina lebih lama lagi mengalami paceklik gelar di Eropa. Piala Winner 1961 adalah satu-satunya trofi Eropa klub kota Firenze itu. Namun, Si Ungu sempat merasakan dua final, yakni Piala Winner 1962 dan Piala UEFA 1990 ketika masih diperkuat Roberto Baggio dan Dunga.
La Viola sempat pula tiga musim merasakan Liga Champion. Tiga musim itu adalah pada 1999/2000 kala masih diperkuat Gabriel Batistuta dan Rui Costa, pada 2008/09 (era Riccardo Montolivo, Alberto Gilardino, dan Adrian Mutu), dan 2009/10 saat harus terhenti di 16 besar karena kalah agresif saat bertandang dari Bayern.
Di Europa Conference League musim ini, langkah Fiorentina praktis lebih berat daripada West Ham. Sebagai runner-up di fase grup, La Viola mesti melakoni play-off fase gugur sebelum ke 16 besar melawan salah satu peringkat ketiga fase grup Liga Europa, Braga. Semifinal kemudian memberikan tekanan buat Fiorentina.
La Viola tidak diunggulkan melaju ke final setelah pada leg 1 di Artemio Franchi mereka kalah 1-2 dari Basel. Akan tetapi, skuad besutan Vincenzo Italiano ini mampu membalikkan keadaan di St. Jakob-Park, kandang Basel, dengan menang 3-1.
Di Praha nanti, Si Ungu juga mencari pelampiasan bagi kekalahan mereka di final Coppa Italia di tangan Inter Milan. Namun, mereka akan menghadapi lawan yang menginginkan kompensasi atas musim gamang di liga sekaligus penutup manis untuk kiprah gagah di Liga Europa Conference ini.
Determinasi tinggi Si Martil terbaca dari pakem membuat lawan mereka melakukan kesalahan. Hammers tercatat terbanyak memaksa lawan kehilangan bola (121 kali) dan membuat tembakan terbanyak dari turnover lawan itu dengan 26 tembakan.
Serangan balik menjadi salah satu taktik utama klub Lonton itu musim ini. Declan Rice akan menjadi andalan. Sang gelandang membuat 334 kali memenangi penguasaan bola, terbanyak di Premier League. Rodri (Man. City) menyusul dengan 301 possession won.
Arsitek Viola, Italiano, telah menegaskan niatnya untuk mencegah serangan balik berbahaya Hammers. “Kami akan berusaha untuk tidak memberikan mereka bola di saat berbahaya. Kami mempersiapkan pelanggaran taktis, tekel pencegahan, untuk menghindari serangan balik lawan,” ucap Italiano dikutip Opta.
Akan tetapi, taktik bertahan itu bukan satu-satunya senjata Fiorentina. Sofyan Amrabat cs. juga ofensif dan produktif.
Fiorentina mengukir 36 gol, tujuh di antaranya dicetak Arthur Cabral (top-scorer turnamen saat bersama pemain Basel, Zeki Amdouni), dari 14 laga di Liga Europa Conference musim ini. Torehan itu lima gol lebih banyak dari tim-tim lain yang berlaga di Eropa. Yang terdekat adalah 31 gol Manchester City dari 12 laga Liga Champion musim ini. Menurut Opta, Viola juga membukukan tembakan terbanyak (261 kali) dan tembakan ke sasaran terbanyak (94) dari semua tim.
Aksi membalikkan keadaan di semifinal menjadi bukti terakhir kemapanan Fiorentina musim ini di Eropa maupun domestik.
West Ham terancam degradasi dari Premier League nyaris sepanjang musim. Finis di peringkat ke-14 tidak mencerminkan kesulitan The Hammers tersebut.
Di liga domestik, Fiorentina lebih mantap daripada West Ham. Si Ungu memang sempat tercecer ke peringkat ke-14, tapi pada akhirnya mereka nyaman di paruh atas klasemen hingga finis di peringkat kedelapan. Kestabilan akan berbuah manis bagi Si Ungu.