Inggris U-21 tampil sebagai juara Euro U-21 setelah mengalahkan Spanyol U-21 dalam final menarik pada Sabtu (8/7). The Young Lions mesti menanti hampir empat dekade untuk kembali kampiun.
Hanya satu gol yang tercipta dalam laga puncak yang digelar di Adjarabet Arena, Batumi, Georgia, itu. Walau hanya sebiji gol, final diwarnai banyak peluang dan insiden yang sangat bisa menjadi perbincangan. Apa saja?
La Rojita dominan, Singa Muda efektif
Spanyol U-21 menguasai permainan bila dilihat dari 65% penguasaan bola yang dihasilkan tim berjulukan La Rojita atau Si Merah Kecil itu. Juara lima kali Euro junior ini juga membuat lebih banyak tembakan, yakni 11 buah, tapi tujuh di antaranya tidak mengarah ke gawang.
Di sisi lain, The Young Lions menorehkan tujuh tembakan yang mengarah ke sasaran dari total 8 tembakan. Yang terdekat ke gol adalah sundulan Levi Colwill, bek Chelsea yang mendapat pujian setelah berlatih dengan tim senior. Bola sundulan sang bek menerpa mistar.
Tak lama berselang, salah satu shot on target Inggris berbuah gol, yaitu melalui Curtis Jones di pengujung babak pertama. Dengan punggungnya di depan pagar pemain lawan, gelandang asal Liverpool itu secara tidak sengaja membelokkan arah bola tendangan bebas Cole Palmer sehingga mengecoh kiper Spanyol U-21, Arnau Tenas.
Sejarah tak kebobolan
Dengan sejumlah bakat menarik terutama dalam hal serangan, Inggris U-21 besutan Lee Carsley juga mengandalkan pertahanan. Hasil laga puncak ini mematri pula rekor apik. Inggris menjadi tim pertama yang mengukir enam clean sheet beruntun dalam sejarah Euro junior ini.
Spanyol mencetak 13 gol sebelum final di Batumi ini. La Rojita sempat menyamakan kedudukan di awal babak kedua. Akan tetapi, gol Abel Ruiz tersebut dibatalkan karena off-side.
Secara keseluruhan, Inggris bertahan di paruh kedua itu. Sebuah kans didapatkan Ruiz, tapi sundulan penyerang Braga itu melebar tipis. Ruiz kembali terlibat dalam peluang terbaik, dan terakhir, Spanyol U-21 di laga itu. Saat injury time, wasit menunjuk titik putih setelah Colwill melanggar sang striker. Pemeriksaan VAR selama beberapa menit mengukuhkan penalti itu. Kans penutup ini mengarah kepada drama pamungkas.
Calon kiper Tiga Singa, termahal ketiga
Sebutan pahlawan kejayaan di final ini patut diberikan kepada kiper Young Lions, James Trafford. Aksinya menangkal penalti lawan di saat perpanjangan waktu memastikan keunggulan Inggris U-21. Eksekusi Ruiz ke sisi kanan gawang bisa ditahan Trafford. Segeralah selebrasi awal terjadi.
Dengan atau tanpa kiprah signifikan di duel puncak ini, Trafford menjelang status kiper Inggris termahal ketiga. Ia mendekati kepindahan dari Man. City ke Burnley dengan transfer yang diperkirakan bernilai 19 juta pound.
BBC menyebut Trafford berhasil memperlihatkan diri sebagai kiper modern. Ia nyaman saat bola berada di kakinya, mantap dalam mengantisipasi umpan lawan, dan melakukan banyak aksi penyelamatan gemilang.
Trafford juga disebut percaya diri. Saat dipinjamkan ke Accrington Stanley, ia pernah berkata bahwa suatu saat dirinya akan menjadi kiper utama Inggris. Hasrat berikutnya adalah merasakan tampil di Premier League.
“Saya rasa James menunjukkan determinasi sesungguhnya di semua laga untuk tidak kemasukan gol. Banyaknya latihan penalti di departemen kiper sangat mungkin telah membantu kami,” ucap Carsley dikutip BBC.
View this post on Instagram
Pesta kuning dan merah
Sengitnya duel ini terlihat pula dari kartu yang keluar saku wasit Espen Eskaas. Pengadil asal Norwegia itu sudah mengeluarkan lima kartu kuning di babak pertama. Sang wasit juga mengusir asisten pelatih Inggris, Ashley Cole, dan pelatih fitnes Spanyol, Carlos Rivera, setelah kedua cadangan tim terlibat benturan di tepi lapangan saat Palmer melakukan selebrasi.
Setelah penyelamatan gemilang Trafford, pertikaian dua kubu berlanjut di pengujung laga. Blanco dan Gibbs-White diganjar kartu kuning kedua dari wasit. Total selusin kartu kuning keluar pada laga ini, salah satunya untuk arsitek Spanyol, Santiago Denia Sanchez, pada menit ke-77.
Penantian 39 tahun
Gelar ini merupakan yang kedua diraih Singa Muda di ajang Euro junior ini. Dua gelar sebelumnya diraih pada 1982 dan 1984.
Tim 1984 diperkuat nama-nama seperti Gary Bailey (kiper Man. United), Steve Hodge (gelandang Nottm. Forest, bermain pula di Piala Dunia 1986 dan menjadi terkenal dengan bertukar kostum dengan Diego Maradona selepas tampil di perempat final yang diwarnai gol Tangan Tuhan), Paul Bracewell (gelandang Everton yang merasakan gelar First Division 1984-85 dan Piala Winner di musim yang sama), dan Mark Hateley (penyerang Portsmouth yang pernah bergabung ke AC Milan).
Berikutnya?
Akan menarik menanti kiprah para penggawa Inggris U21 selanjutnya di level selanjutnya, yakni Inggris senior. Yang jelas, bos The Three Lions, Gareth Southgate, memantau perkembangan pasukan Carsley dengan menyaksikan langsung performa Taylor Harwood-Bellis dkk.