Martin Odegaard bercerita soal bagaimana ketertarikan awalnya ke Arsenal hingga akhirnya kini menjadi pemain andalan di klub tersebut.
Dari televisi dan video game, menjadi kenyataan. Odegaard merupakan satu dari sedikit orang yang akhirnya bisa menjalani mimpi terbaiknya.
Bagaimana tidak? Odegaard kecil hanyalah seorang bocah yang tinggal di Drammen, sebuah kota yang berjarak 44 km dari ibu kota Norwegia, Oslo.
Ayahnya, Hans Erik Odegaard, merupakan mantan pesepakbola profesional yang tak pernah sampai ke level internasional. Ia lalu mendirikan sebuah klub di Drammen dan menjadi pelatih di tim tersebut. Di sana pulalah Odegaard cilik ikut berlatih dan berada di bawah pantauan sang ayah.
Akan tetapi, faktor lain yang turut menjerumuskan Odegaard ke sepak bola adalah karena kegemarannya bermain video game, selain tentunya juga menjadi suporter layar kaca. Meski sejatinya merupakan penggemar Liverpool, Odegaard cilik justru lebih sering memakai Arsenal saat bermain video game.
“Saya termasuk generasi anak yang lebih sering bermain di luar rumah. Namun, satu pengecualian, yaitu video game FIFA. Saya sering memainkan Career Mode dan Anda tahú tim mana yang sering saya pilih? Arsenal,” ujar Odegaard dilansir Player’s Tribune.
“Tumbuh di Norwegia, saya banyak menyaksikan laga-laga Premier League di televisi dan sejak itu, saya selalu mengikuti Arsenal,” lanjut Odegaard.
Odegaard juga banyak menonton potongan klip Thierry Henry dan musim The Invincibles Arsenal. Hampir semua konten tentang Arsenal yang menjadi tontonannya disimak habis.
“Sejak itu, saya jadi paham bahwa Arsenal punya sejarah bagus dalam mengembangkan bakat potensial seperti Cesc Fabregas, Samir Nasri, dan Mesut Ozil. Mereka pemain pintar serta berteknik bagus dalam penguasaan bola dan melepas umpan-umpan sulit,” ujarnya.
Sembari terus memainkan game kegemarannya, Odegaard juga serius dalam menggeluti sepak bola usia dini. Berhubung bakatnya menurun dari sang ayah, Odegaard pun tumbuh menjadi pemain muda berbakat. Ia memenangi banyak gelar individu di level yunior bersama Stromsgodset.
Hingga akhirnya, bakat potensial Odegaard tercium Real Madrid dan ia diboyong klub raksasa Spanyol tersebut pada awal 2015. Awalnya, Odegaard baru diberikan kesempatan tampil di skuat reserve bersama Real Madrid Castila. Meski begitu, di momen itu pulalah sosoknya mulai muncul di game FIFA.
“Ketika karier mulai menanjak, di sekitar era FIFA 2015, saya mulai muncul di game tersebut. Awalnya, penampakan saya di game tersebut tidak terlalu mirip. Skil saya juga masih sekitar 67. Meski begitu, saya sudah menjadi bagian game tersebut dan itu rasanya luar biasa,” ujar Odegaard.
“Jadi, hal pertama yang saya lakukan adalah saya coba menjadi Arsene Wenger di Career Mode dan membuat Arsenal untuk merekrut saya. Haha… Saya dan Arsenal merupakan kombinasi yang tepat. Itulah yang ada di benak saya saat itu,” kenangnya.
Siapa yang menyangka bahwa kenangan itu menjadi kenyataan saat dirinya benar-benar resmi berseragam Arsenal pada 2021 silam.
“Keputusan yang rasanya benar-benar merubah hidup saya. Saya tersenyum setiap kali datang ke sesi latihan dan ini bukan lagi sekedar di Career Mode,” tutupnya.