Berhubung posisinya sebagai bek sayap, Denzel Dumfries ternyata tak hanya fokus untuk beroperasi di sisi lapangan, tapi juga harus terus membiasakan diri dengan teriakan-teriakan Inzaghi.
Ada beberapa hal menarik yang disampaikan Denzel Dumfries usai dirinya menjadi bintang kemenangan 2-0 Inter atas Cagliari, Selasa (29/8). Disebut sebagai bintang kemenangan karena ia menyumbang satu gol di laga tersebut.
Selain itu, situs penyedia data statistik, Whoscored, memberikan rating penampilan yang cukup baik atas penampilan Dumfries. Ia mendapat rating 7,5. Nilai itu menempatkannya sebagai pemain dengan rangking keempat terbaik setelah rekan-rekannya: Alessandro Bastoni (8), Federico Dimarco (7,8), dan Lautaro Martinez (7,6).
Usai laga, Dumfries menutukan bahwa golnya tersebut bisa terjadi lantaran proses serupa sudah sering menjadi santapan para pemain di berbagai sesi latihan.
“Kami banyak berlatih bagaimana saat kehilangan bola, agar kami tetap solid dan berupaya tampil ofensif sebisa mungkin. Bukan kebetulan jika gol saya tadi lahir, karena memang sudah sering kami latih,” ujar Dumfires dalam wawancara dengan DAZN.
Namun, terlepas dari rangkaian catatan positif di atas, Dumfries justru membocorkan salah satu faktor kesulitan yang sebelumnya mungkin kurang diperhatikan banyak orang.
Ia berkisah bahwa tugasnya sebagai bek sayap tak cuma masalah taktik dan teknis permainan, melainkan juga kerap berhadapan dengan masalah non-teknis seperti betapa menganggunya suara Simeone Inzaghi kala memberikan instruksi dari pinggir lapangan.
Berhubung Inzaghi termasuk tipikal pelatih yang rajin berteriak lantang dari pinggir lapangan dan kebetulan daerah beroperasi Dumfries berada di sekitar sisi lapangan, maka tak heran jika bek asal Belanda tahu betul persoalan yang kerap menghampirinya di setiap laga.
“Pelatih kami merupakan sosok yang sangat ekspresif di pinggir lapangan. Ia cukup sering memberikan instruksi, terkadang saya bahkan sengaja tak mendengarkannya karena menurut saya sudah terlalu berlebihan,” ujar Dumfries.
“Saya tahu betul Inzaghi, ia kerap memotivasi saya untuk membantu serangan. Jadi, sebenarnya saya suka dengan instruksinya. Tapi ketika sudah terlalu berlebihan, saya jadi sangat senang ketika pergantian babak karena tim bertukar posisi,” lanjut Dumfries.
Hal lain yang diutarkan Dumfries adalah soal betapa pentingnya dua kemenangan awal yang diraih Inter dalam memuluskan langkah mereka ke jalur juara liga. Berhubung musim lalu Inter bisa melangkah hingga ke final Liga Champions dan menjuarai Coppa Italia serta Supercoppa Italiana, maka gelar scudetto menjadi target utama Inter musim ini.
Inter mengoleksi 19 gelar scudetto dan sudah menjadi rahasia umum bahwa para tifosi sangat mengharapakan tambahan satu gelar scudetto. Saat satu tim bisa mengoleksi 20 gelar, maka tim tersebut berhak mengenakan dua bintang di jerseynya. Dumfries paham betul akan harapan besar tersebut.
“Gelar scudetto menjadi target utama kami, terutama setelah musim lalu kami tampil luar biasa di Liga Champions. Jelas sekali, semua orang menginginkannya. Jadi bisa meraih kemenangan di dua awal ini benar-benar sangat penting buat kami,” tutup Dumfries.