Pelatih AS Roma, Jose Mourinho, akhirnya sukses mengantar AS Roma meraih tiga kemenangan beruntun untuk pertama kalinya musim ini.
Yang teranyar, Roma menaklukkan tuan rumah Cagliari dengan skor 4-1 akhir pekan silam. Gol-gol Roma dicetak Houssem Aouar (menit 19’), Romelu Lukaku (20’, 59’), dan Andrea Belotti (51’).
Kemenangan tersebut sekaligus mengantar skuat Giallorossi untuk pertama kalinya sukses merajut tiga kemenangan beruntun musim ini.
Pada dua laga sebelumnya, Lukaku dkk. berturut-turut menang 4-0 atas wakil Swiss, Servette FC (Liga Europa) dan menang 2-0 atas Frosinone (pekan ke-7 Serie A).
Hasil itu terbilang cukup positif, terutama jika mengacu pada penampilan payah Roma di awal musim. Mereka sempat hanya meraih satu poin di tiga pekan awal.
Seiring kondisi dan performa tim yang mulai membaik, Mourinho selaku nahkoda tim justru mengaku menemukan masalah baru. Sosok asal Portugal itu merasa ada pihak-pihak yang tak suka dengan performa bagus Roma belakangan ini. Ia menyebutnya dengan gerakan Anti-Mourinhism.
Hal itu diutarakan Mou dalam sesi wawancara eksklusifnya dengan Sky Sport Italia yang diriliş Selasa, 10 Oktober.
“Anti-Mourinhism diikuti orang-orang yang suka jika Roma gagal menang dan tak sukses di Eropa. Mereka mem-bully kami di radio. Saya bisa berkata ini karena saya bertemu banyak orang di jalan-jalan, di berbagai belahan dunia. Sebaliknya, ada juga Mourinhism. Khusus di Roma, Anda bisa menemukan keduanya,” ujar Mou.
“Bagi saya, laga terpenting adalah laga terdekat yang harus kami hadapi. Laga-laga yang sudah kami lewati biarlah jadi masa lalu,” sambung Mou.
Sejak resmi menjadi pelatih Roma pada 4 Mei 2021, Mou memang belum berhasil menghadirkan gelar di kancah domestik. Tangan dinginnya baru teruji di kasta kedua Eropa, yakni Liga Europa dan Liga Konferensi Eropa. Ia dua kali mengantar Roma hingga ke final.
Pada tahun Mei 2022, ia berhasil membawa Roma juara Liga Konferensi Europa usai menaklukkan wakil Belanda, Feyenoord, dengan skor 1-0. Gol tunggal Roma kala itu dicetak Nicolo Zaniolo. Yang bersangkutan kini sudah hijrah ke Inggris dan membela Aston Villa.
Sedangkan di musim lalu, ia sempat mengantar Il Lupi ke laga puncak Liga Europa sebelum akhirnya kalah 1-4 dalam drama adu penalti dari tim langganan juara asal Spanyol, Sevilla.
Kontrak Mou di Roma yang sudah memasuki tahun terakhir (habis pada Juni 2024) turut membuat masa depan Mou di Roma masih abu-abu.
Isu soal pemecatan Mou memang sudah beberapa kali muncul ke permukaan. Salah satunya di pengujung musim lalu. Tingginya harapan agar Roma bisa lolos ke Liga Champions gagal dipenuhi Mou. Kenyataan itu bertambah pahit dengan kegagalan menjuarai Liga Europa.
Ketika ditanya soal masa depannya di Roma terkait perpanjang kontrak, Mou belum mau memberikan jawaban gamblang.
“Saya tidak tahú. Sebelum laga final di Budapest, saya berjanji ke demain bahwa saya akan bertahan. Begitu juga di laga terakhir musim lalu kontra Spezia, saya juga bilang ke fan bakal bertahan. Jadi inilah saya sekarang,” ujar Mou.
Isu soal pemecatan Mou sebenarnya juga sempat berhembus jelang laga kontra Cagliari akhir pekan lalu. Kabar itu pertama kali muncul dalam sebuah ulasan di El Corriere dello Sport.
Namun, berhubung Roma akhirnya menang telak 4-1 atas sang lawan, isu itu layu sebelum berkembang. Beberapa sumber di internal klub juga mengatakan bahwa pihak klub masih percaya penuh pada Mou.