Kemenangan yang diraih Manchester United pada Sabtu (4/11) di Craven Cottage memiliki banyak makna. Yang paling utama adalah hilangnya beban The Red Devils, terutama di pundak Erik ten Hag.
Dua kekalahan 0-3 di kandang sebelum lawatan ke London Barat menjadi latar belakang berat buat United. Fulham hampir bisa memanfaatkan tekanan itu, sebelum gol tunggal hadir semenit memasuki injury time.
Selain kelegaan United dan Ten Hag untuk sementara waktu, terdapat beberapa hal yang perlu dicermati dari laga ini, termasuk lini depan yang masih majal alias tumpul.
Niat sepenuh hati
Pemandangan yang menarik perhatian sejak sebelum laga adalah spanduk bertuliskan “play like you mean it” yang terbentang di tribun pendukung United. Permohonan untuk bermain sepenuh hati itu cukup bisa dipenuhi para pemain Red Devils.
Secara statistik, United terlihat lebih dominan. Penguasaan bola Iblis Merah sebesar 55 persen di laga ini. Indikasi berikutnya adalah total 450 operan dalam laga ini, sementara tuan rumah cuma 360 operan. Mereka membuat 12 tembakan, dengan 5 buah mengarah ke gawang lawan.
Fulham tampil penuh semangat, tergambar dari 18 tembakan. Namun, hanya dua tembakan yang mengarah ke gawang Onana. The Cottagers menorehkan pula 17 tendangan bebas (berbanding 7 yang dibuat United) dan 9 sepak pojok (4).
Kapten pantas
Saat para penyerang United mandul, lini tengah tampil sebagai penyelamat muka tim. Scott McTominay hampir menambah perbendaharaan gol liganya musim ini menjadi 4 gol pada menit kedelapan, tapi VAR menganulir karena off-side.
Semenit memasuki injury time, Bruno Fernandes tampil sebagai pahlawan kemenangan Iblis Merah. Mengendalikan operan Pellistri sedikit di luar kotak penalti Fulham, eks gelandang Sporting itu mengecoh dua pemain Cottagers sebelum melepaskan tembakan ke pojok kiri gawang Bernd Leno.
Gol ini menjadi jawaban gelandang Portugal itu atas kritik yang menghantamnya terutama saat United tampil jeblok dan keok. Fernandes disorot karena tingkahnya yang kerap dianggap tidak mencerminkan kepemimpinan, seperti gestur menyalahkan rekan atau merengek kepada wasit meminta hukuman buat lawan.
“Saya tak mengerti mengapa orang-orang meragukan Bruno Fernandes sebagai kapten kami. Ia merupakan pemain kunci kami. Setiap orang membuat kesalahan. Tidak ada yang sempurna. Ia sangat penting bagi kami,” ucap Ten Hag.
Gol semata wayang duel ini menjadi yang ketiga yang dibuat Fernandes musim ini. Ia dan McTominay masih menjadi pemain tersubur Manchester Merah di Prem.
View this post on Instagram
Pellistri bisa starter
Kendati membukukan tiga angka, tak berlebihan bila mengatakan bahwa United masih perlu perbaikan lebih lanjut, terutama di lini depan. Dari barisan penyerang sebelum laga, baru Marcus Rashford yang sudah membukukan gol dan assist di Prem, itu pun masing-masing sebiji.
Masalah lini depan United membesar karena Rashford absen. Sang penyerang tidak tampil di laga ini karena masalah cedera kaki, plus perilakunya merayakan ulang tahun setelah kekalahan 0-3 dari Man. City. Ten Hag menilai tindakan itu “tidak dapat dimaklumi”.
Gol Fernandes malah lumayan menegaskan kepayahan sektor depan itu. Dengan assist-nya, Facundo Pellistri malah lebih dulu menorehkan assist daripada sosok-sosok seperti Rasmus Hojlund, Anthony Martial, Antony, dan Alejandro Garnacho.
Padahal, menit bermain Pellistri lebih sedikit daripada nama-nama tersebut. Dengan masuk menggantikan Antony pada menit ke-63, sayap kanan dari Uruguay ini baru bermain selama 111 menit menurut Whoscored. Saatnya Ten Hag lebih memercayai Pellistri daripada Garnacho atau Antony sebagai starter?
Menit bermain lini depan United di EPL
Rashford: Main 10; Menit 847
Hojlund: Main 7(1); Menit 572
Antony: Main 6(2); Menit 470
Garnacho: Main 3(6); Menit 334
Martial: Main 2(7); Menit 232
Pellistri: Main 1(4); Menit 111
Sancho*: Main 0(3); Menit 77
Ket.: * Kena sanksi indisipliner dicoret dari tim pertama.