Meski sudah melakukan berbagai cara, termasuk banyaknya peluang yang diraih Darwin Nunez, Liverpool pada akhirnya cuma bisa membawa pulang satu poin dari kandang Luton Town, Senin (5/11).
Liverpool sebenarnya cukup mendominasi laga di Kenilworth Road. Persentase penguasaan bola pasukan Juergen Klopp mencapai 74% (berbanding 24% milik Luton).
Hanya saja, upaya Luton yang cuma mengandalkan serangan balik, sempat berbuah manis lewat gol Tahith Chong di menit 80’. The Reds tersentak.
Klopp langsung menarik keluar Harvey Elliott dan memasukkan Luis Diaz. Padahal, Elliot juga masuk sebagai pemain pengganti di menit 66’ (menggantikan Dominik Szoboszlai). Strategi itu berujung manis.
Diaz sukses mencetak gol penyeimbang di menit-menit akhir (90+5’). Gol yang juga menyelamatkan skuat Merseyside Merah dari kekalahan kedua mereka musim ini.
Seandainya menang dari Luton, Liverpool sebenarnya bisa menggeser Tottenham Hotspur dari peringkat dua. Meski begitu, raihan satu poin ini juga sudah cukup untuk mengakuisisi peringkat tiga yang sebelumnya diduduki Arsenal.
Yang patut digaris bawahi justru bagaimana perjuangan ekstra Mohamed Salah dkk. cuma berujung satu poin, terutama jika berkaca dari dominasi Liverpool di sepanjang laga.
Menurut situs Squawka, para pemain Merseyside Merah melepaskan total 24 tembakan ke gawang Luton. Akan tetapi, akurasi mereka sedang kurang bagus. Hanya enam yang menjadi shot on goal atau seperempat dari jumlah keseluruhan tembakan.
Darwin Nunez merupakan sosok yang paling berperan dalam kemandulan tersebut. Pasalnya, dari total 24 tembakan Liverpool, sebanyak sembilan di antaranya merupakan upaya Nunez.
Dilansir Squawka Live, sembilan tembakan Nunez itu bahkan menjadi jumlah tembakan terbanyak yang dilepaskan seorang pemain dalam satu laga di musim ini. Lagi bukan harinya, tapi hari Diaz.
Menurut Opta, gol Diaz lahir saat laga sudah memasuk menit 94:40’. Gol itu menjadi gol penyeimbang menit-menit akhir kedua Liverpool setelah gol Divock Origi (95:24’) ke gawang West Brom pada Desember 2015.