Liverpool mengalami kekalahan pertama di Liga Europa dari Toulouse di pertandingan keempat Grup E pada Kamis (9/11). Kontroversi menjadi akhir yang disorot, tapi Jurgen Klopp lebih kritis terhadap hal lain, ditambah sebuah hal lagi di luar pertandingan.
Menjelang laga di Stadium de Toulouse, Liverpool sebenarnya mendapatkan kabar baik. Ayah Luis Diaz akhirnya dibebaskan penculiknya setelah 12 hari menyandera. Diaz menjadi starter pada laga ini, tapi tidak bisa merayakan berita bagus itu dengan gol.
Tuan rumah unggul lebih dulu melalui Aron Donnum pada menit ke-36 memanfaatkan kesalahan Kostas Tsimikas. Thijs Dallinga sempat membuat gol kedua Toulouse di awal babak kedua, tapi dianulir karena dianggap melanggar Joel Matip sebelumnya. Namun, penyerang asal Belanda itu akhirnya membuat gol kedua pada menit ke-58 setelah menerima umpan cantik kapten Vincent Sierro dari sayap kanan.
Liverpool memperkecil ketertinggalan mereka melalui gol bunuh diri Cristian Casseres pada menit ke-74. Namun, Les Violets memberi respons cepat dua menit berselang. Setelah Caoimhin Kelleher menepis sontekan Dallinga, geberan Frank Magri dari sayap kiri ke tiang dekat membawa Toulouse unggul 3-1.
Diogo Jota kembali membawa Si Merah mendekat lagi dengan penempatan apik didahului aksi dribel ciamik usai menerima operan Alexis Mac Allister semenit sebelum waktu normal berakhir. Di menit terakhir injury time, Jarell Quansah mencetak gol ketiga The Reds, tapi dianulir. VAR memutuskan Mac Allister handball dalam prosesnya. Toulouse besutan Carles Martinez Novell memenangi duel.
Liverpool masih memuncaki klasemen Grup E dengan 9 poin. Toulouse, yang memiliki presiden Damien Comolli yang nota bene pernah menjadi Direktur Strategi Liverpool pada 2010-2012, mendekat dengan 7 poin. Union Saint-Gilloise di peringkat ketiga dengan 4 angka, diikuti LASK dengan 3 angka berkat kemenangan 3-0 atas Saint-Gilloise beberapa jam setelah laga di Toulouse.
Laga ketat dan seru sampai akhir, tapi berakhir dengan kekalahan kontroversial buat Liverpool. Jurgen Klopp mengungkapkan ketidaksepakatannya terhadap keputusan VAR dan wasit Georgi Kabakov.
“Saya hanya melihat videonya setelahnya dan bagi saya itu bukan handball. Tapi saya tidak bisa memutuskan, ‘kan?” ucap Klopp seperti dikutip BBC.
Akan tetapi, pelatih asal Jerman itu menilai bahwa alasan sesungguhnya kekalahan Si Merah adalah performa tidak meyakinkan Trent Alexander-Arnold cs.
“Sejujurnya saya agak prihatin dan ingin melihat kami tampil lebih baik. Ini isu utama buat saya petang ini. Di depan, kami intens, melakukan segalanya. Namun, masalah dalam laga sepak bola adalah pemain harus membuat keputusan yang tepat pada saat yang tepat.
View this post on Instagram
“Kami tidak cukup agresif. Kami terlalu mudah kehilangan bola. Kesalahan-kesalahan yang jelas. Dengan penguasaan bola yang ada, kami tentu seharusnya membuat lebih banyak peluang, tapi tetap tidak bisa kemasukan tiga gol di sini. Tak masuk akal. Lawan berjuang lebih keras sehingga layak menang. Selamat buat Toulouse,” tutur Klopp lagi.
Sebelum mengkritik timnya, Klopp merasa kesal untuk hal ketiga yang muncul saat konferensi pers pascapertandingan. Ia menyorot lokasi konpers. UEFA mengizinkan jumpa pers itu dilakukan di dalam tenda di luar stadion. Alhasil, suara pendukung Toulouse yang lagi girang terdengar nyaring di ruang konpers. Klopp tampak gusar usai kesulitan mendengar penerjemah bahasa Prancis.
“Saya tidak mengerti mengapa konferensi pers ini digelar di tempat seperti ini. Kami diatur dalam acara ini. Ini cukup kacau,” ucapnya.