Chelsea, meski tengah limbung dalam dua musim terakhir, membuat kejutan besar. Untuk kedua kalinya musim ini Si Biru menahan Manchester City. Pada Sabtu (17/2), The Blues mencuri poin dari Etihad Stadium.
Hasil laga ini mungkin tidak sebesar 4-4 dari pertemuan pertama di Stamford Bridge. Namun, tingkat kerusuhannya mungkin juga tidak jauh berbeda.
Mengingat kiprah angin-anginan mereka, Chelsea datang dengan status tidak diunggulkan. City difavoritkan meraup kemenangan ke-12 beruntun mereka di laga ini.
Namun, tim muda Si Biru racikan Mauricio Pochettino membalikkan perkiraan. Chelsea memang tidak bisa menang, tapi dua kali menahan seri bisa menjadi pencapaian tersendiri buat klub London Barat itu. Ini merupakan musim pertama sejak 2016-17 di mana Chelsea tak kalah di dua laga kontra City.
Dari laga ini, apa yang bisa digali sebagai bahasan yang boleh jadi diperlukan tim lain yang ingin menahan City?
Hukum saat melempem
Kendati tampil di Etihad Stadium, Man. City tampil kurang mengigit di babak pertama. Chelsea dapat memanfaatkan start pelan City itu, bahkan dengan cara lama.
Raheem Sterling mencetak gol ke gawang mantan klubnya saat paruh pertama tersisa tiga menit. Sterling meneruskan sodoran Nicholas Jackson.
“Perfoma kami di babak pertama tidak terlalu bagus. Kami ingin bermain 90 menit di level tinggi, hari ini kami melakukannya di satu babak saja. Kami tak tahu apa yang terjadi, tapi kami membaik di babak kedua,” ucap Pep Guardiola dikutip The Athletic.
Tidak efisien
Sebuah alasan besar hasil imbang ini adalah banyaknya peluang yang tidak berujung gol. Efisiensi rendah ini membuat City tertahan.
Cityzens membuat banyak upaya untuk menjebol gawang Chelsea seiring penguasaan bola yang mencapai 70 persen. Namun, hanya sebuah yang berbuah gol, yakni melalui Rodri saat waktu normal tersisa tujuh menit.
Sang juara bertahan melepaskan 31 percobaan, tapi hanya lima buah yang menjadi tembakan ke gawang. Kubu tamu hanya membuat sembilan percobaan, dengan enam di antaranya menjadi tembakan ke gawang lawan.
Haaland terhalang
Secara khusus, alasan keberhasilan Chelsea tidak kemasukan banyak gol bisa dilayangkan kepada mandeknya Erling Haaland. Partai ini menyajikan pemandangan langka bagaimana predator di kotak penalti ini meluputkan banyak kesempatan.
Haaland mencatat harapan gol (xG) sebesar 1,9. Padahal, striker asal Norwegia ini membuat 10 percobaan gol, dengan rincian tujuh sundulan dan tiga tendangan kaki kiri. Kedua angka tersebut menjadi yang tertinggi tanpa berujung eks Dortmund itu mencetak gol buat Man. City di semua kompetisi.
“Saya bermain selama 11 tahun dan mencetak 11 gol. Jadi, saya tak bisa memberikan terlalu banyak nasihat kepada Erling. Di laga berikutnya ia akan mencetak gol,” ucap Pep seperti dikutip The Athletic.
View this post on Instagram
Butuh lesatan
Pasukan Chelsea diisi banyak pemain muda. Namun, kemudaan itu tak lantas berarti mereka tidak dapat melesat di laga-laga besar. Di laga ini, pujian tertinggi banyak diberikan untuk penampilan duet bek tengah, Axel Disasi dan Levi Colwill.
Disasi dinilai dapat mengatasi Haaland. Bek asal Prancis berusia 25 tahun itu mampu menggoreskan 16 sapuan dan 3 blok tembakan lawan yang krusial. Colwill membuat 10 sapuan, 2 blok, 1 serobotan, dan 2 tekel. Keduanya menjawab kepercayaan mengisi sentral pertahanan ketika Thiago Silva absen.
Hasil ini menaikkan kepercayaan diri Chelsea menuju final Piala Liga pada akhir pekan. Sebaliknya, kehilangan empat angka dari dua laga kontra Si Biru memberikan kerugian besar buat The Cityzens.