Anthony Ginting lagi-lagi menelusuri jalan terjal ke tangga juara All England. Yang teranyar, ia memastikan lolos ke final usai menaklukkan wakil Prancis, Christo Popov, lewat drama rubber-game, 19-21, 21-5, 21-11, Sabtu (16/3).
Sebelumnya, Ginting juga harus berjuang habis-habisan dalam laga tiga gim kala menyisihkan unggulan pertama, Victor Axelsen, di babak semifinal, Jumat (15/3).
Sama seperti kala menghadapi Axelsen, Ginting juga terlambat panas saat meladeni Popov di gim pertama. Ia selalu tertinggal sebelum berhasil menyamakan kedudukan 7-7.
Setelah itu, Ginting sempat beberapa kali unggul di posisi 11-9, 15-10, dan 17-13. Namun, Popov mampu mengejar dengan lima poin beruntun guna berbalik unggul 18-17. Skor sempat 18-18 dan 19-19, sebelum akhirnya Popov menutup gim pertama dengan keunggulan 21-19.
Ginting memperbaiki permainannya di gim kedua dan langsung melesat dengan keunggulan 11-3 di masa interval. Permainannya makin nyetel hingga unggul 17-3 dan menutup gim kedua dengan skor 21-5.
Keunggulan telak itu membuat Ginting makin pede di gim ketiga. Sebaliknya, Popov terus tertekan hingga akhirnya takluk 11-21.
“Bersyukur dan senang hari ini, bukan hanya karena menangnya tapi bisa mengatur semuanya dengan baik di lapangan. Bisa jaga fokusnya dengan baik dari awal pertandingan sampai selesai, itu penting juga. Karena kalau bisa bermain dengan baik dan bisa menuntaskan segala permasalahan, kemungkinan berhasil lebih besar,” ujar Ginting di situs resmi PBSI.
“Memang cukup disayangkan di gim pertama sudah unggul 2-3 poin tapi Christo berhasil menyusul. Di gim kedua saya coba untuk tidak memikirkan apa yang terjadi di gim pertama, tetap fokus pada strategi, tetap fokus cara bermainnya harus bagaimana untuk dapat poin demi poin,” lanjutnya.
Usai laga, Ginting langsung menghempaskan raket dan mengepalkan kedua tangannya. Di final, ia menunggu pemenang antara Jonatan Christie versus wakil India, Lakshya Sen.
“Di final siapapun lawannya saya siap tapi pastinya berharap kita bisa menciptakan all Indonesian final. Tapi buat Jonatan jangan dulu terlalu fokus ke sana karena masih ada pertandingan yang harus dia jalani hari ini, semoga dia bisa bermain dengan baik, sama seperti penampilan sebelum-sebelumnya,” tutup Ginting.
Perjuangan Ginting tinggal selangkah lagi dan ia bakal memecahkan beragam rekor jika berhasil juara. Yang pertama adalah menjadi pemain tunggal pertama Indonesia yang keluar sebagai juara All England setelah 30 tahun. Terakhir kali Indonesia merebut gelar tunggal putra di All England adalah kala Haryanto Arbi menjuarai ajang tersebut di tahun 1994.
Ginting bahkan belum lahir kala itu. Ia baru lahir dua tahun setelahnya, 20 Oktober 1996. Pencapaian terbaik Ginting sebelumnya di All England adalah hanya sebatas menembus perempat final (2022 dan 2023).
Rekor kedua yang tengah dibidik Ginting adalah terkait pencapaian pribadinya. Di sepanjang karier, Ginting memang sudah mengoleksi enam gelar turnamen BWF (kelas Super 300 ke atas).
Namun, dari keenam gelar tersebut, baru satu gelar yang masuk katergori Super 1.000 (tertinggi), yakni kala menjuarai China Open 2018. Kala itu, ia mengandaskan wakil Jepang, Kento Momota, lewat dua gim langsung 23-21, 21-12.
Ginting sebenarnya berpeluang meraih gelar BWF Super 1.000 yang keduanya kala masuk final Indonesia Open tahun lalu (2023). Namun, ia digagalkan Axelsen 14-21, 13-21. Kini, Ginting berpeluang mengakhiri masa penantian enam tahunnya tersebut.
Khusus gelar juara di bawah Super 1.000 yang sekaligus menjadi gelar terakhir yang berhasil direbut Ginting adalah kala menjuarai Singapura Open (Super 750) tahun lalu.