Seragam timnas sedang menghadirkan perbincangan hangat di beberapa negara. Inggris bermasalah soal desain. Jerman lebih riuh lagi karena berganti produsen pemasok aparel, lepas dari perusahaan yang bisa dibilang identitas nasional.
Keputusan Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) untuk berganti pemasok seragam timnas dari Adidas mengundang sorotan domestik. Politisi ikut bersuara mengkritik pilihan itu.
Adidas menyediakan seragam buat Die Mannschaft selama lebih dari 70 tahun. Terlebih, Adidas merupakan produsen dari negara Eropa Barat tersebut.
Dengan sentimen lokal tersebut, tak mengherankan banyak suara yang menyorot keputusan berganti ke produsen lain dari luar Jerman. Pemasok anyar itu adalah pesaing buat Adidas, Nike.
Ikatan DFB dengan perusahaan asal AS itu baru akan berlaku sejak 2027, tapi kritik sudah bermunculan sejak kesepakatan dibuat. Politikus bersuara keras.
Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, menyatakan bahwa dirinya condong dengan lebih banyak patriotisme lokal. “Saya hampir enggak bisa membayangkan jersey Jerman tanpa tiga garis. Bagi saya, Adidas dan hitam-merah-emas selalu saling melengkapi. Sekeping identitas Jerman,” ucap Habeck dikutip BBC.
Menteri Kesehatan, Karl Lauterbach, melalu akun media sosial melabeli keputusan itu salah. “Keputusan yang keliru ketika komersial melenyapkan tradisi dan kebanggaan nasional,” tulis Lauterbach.
Meski sudah sekian lama bekerja sama dengan Adidas, DFB memilih memutus ikatan dengan perusahaan lokal tersebut. PSSI-nya Jerman itu menyatakan bahwa kesepakatan dengan Nike karena alasan finansial. Di samping itu, kontrak dengan Nike akan mendukung keberlangsungan perkembangan sepak bola Jerman.
Menurut laporan dari Jerman seperti dilansir BBC, Nike akan menggelontorkan 100 juta euro per tahun, sementara Adidas cuma separuhnya alias 50 juta.
Politisi Bavaria, Markus Soeder, berkata bahwa timnas selalu tampil dengan Adidas. “Itu sejernih fakta bahwa bola itu bulat dan pertandingan berlangsung 90 menit,” ucapnya.
“Kisah sukses dimulai pada 1954 dengan kemenangan tak terlupakan di Piala Dunia, yang memberikan negeri kami kepercayaan diri lagi. Itulah kenapa keputusan itu keliru, memalukan, dan sulit dicerna bahwa kisah ini harus berakhir sekarang,” tutur Soeder.
Soeder menegaskan pula bahwa sepak bola Jerman tidak seharusnya menjadi pion dalam pertarungan korporasi internasional. Ia menyatakan bahwa faktor komersial bukan segalanya.
View this post on Instagram
DFB memiliki pendapat yang berbeda. Melalui medsos, otoritas sepak bola Jerman itu memahami reaksi emosional terhadap keputusan yang drastis itu.
Akan tetapi, DFB menyebut bahwa akar rumput sepak bola Jerman menjadi pertimbangan besar dalam penerimaan ikatan dengan Nike. DFB menyatakan bahwa mereka mesti membiayai lebih dari 24 ribu klub sepak bola, 2,2 juta pemain aktif, sekian banyak relawan, dan hampir 55 ribu wasit.
“Dari latar belakang ini, DFB mesti membuat keputusan ekonomis. Nike sejauh ini membuat penawaran finansial terbaik dalam proses tender yang transparan dan tidak diskriminatif. Kerja sama dengan Nike di masa depan memastikan bahwa kami dapat terus menjalankan tugas-tugas pokok dalam sepak bola pada dekade-dekade mendatang,” demikian tulis DFB di akunnya.
Pengumuman kesepakatan Nike hadir hanya beberapa bulan sebelum gelaran Euro 2024 yang akan digelar di tanah Jerman. Die Mannschaft masih menggunakan kantor pusat Adidas di Herzogenaurach yang terletak di dekat Nurenberg, sebagai markas untuk persiapan turnamen. Adidas menyatakan bahwa mereka tidak akan berkomentar mengenai rincian kontrak.
Warna-warni bendera Inggris
Perselisihan soal seragam Jerman hadir hampir bersamaan dengan keriuhan yang sama di Inggris untuk hal yang sama, yakni seragam timnas. Para politikus Inggris menyorot desain Nike untuk seragam The Three Lions, yakni pemakaian warna lain untuk St. George’s Cross selain merah tradisional, yaitu biru navy, biru muda, dan ungu.
Suara paling menyita perhatian datang dari Perdana Menteri, Rishi Sunak. PM berdarah India itu menyatakan bahwa St. George’s Cross, seperti layaknya bendera Inggris, tidak semestinya dimain-mainkan. Sunak mengatakan bahwa dirinya lebih suka tampilan asli dan bahwa bendera nasional merupakan sumber kebanggaan.
FA mencoba mempertahankan pendapat mereka. PSSI-nya Inggris itu mengungkapkan bahwa penggunaan warna lain selain merah bukan yang pertama kali dilakukan.
Ed Cowburn, perancang kostum sepak bola, mengatakan bahwa St. George’s Cross baru mulai dicantumkan di seragam Inggris pada awal 2000-an. Sejak saat itu, menurutnya elemen bendera tersebut hanya muncul sekitar enam kali dalam rancangan kostum Tim Tiga Singa.
Nike mengatakan bahwa desain kali ini adalah untuk mengenang tim Inggris di Piala Dunia 1966. Perusahaan dari Negeri Paman Sam itu menyatakan bahwa mereka tidak berniat menyinggung perasaan para fan.