Leverkusen sukses menutup musim sensasional mereka dengan manis. Kepastian gelar juara diraih berkat kemenangan telak 5-0 atas tim tamu, Warder Bremen, Minggu (15/4).
Meski Bundeliga 2023/24 masih menyisakan lima pekan lagi, raihan poin skuat asuhan Xabi Alonso tersebut (79 poin) sudah tak bisa lagi dikejar Bayern Munich di peringkat kedua (63 poin).
Dari 29 laga yang telah dijalani, Leverkusen meraup 25 kemenangan, empat hasil imbang, tanpa pernah terkalahkan!
Sekitar 30.000 penggemar yang memadati Bay Arena Stadium larut euforia. Sebagian besar memuaskan dahaga yang menghantui mereka selama kurang lebih 22 tahun.
Ya, untuk bisa memahami betapa manisnya gelar juara Leverkusen ini, kita perlu balik ke musim 2001/22. Musim di mana Leverkusen juga tampil memukau lewat kehadiran bintang-bintang seperti Michael Ballack, Lucio, Ze Roberto, hingga Dimitar Berbatov.
Musim itu, mereka berpeluang mengukir sukses treble winner di kancah Bundesliga, Liga Champions, dan Piala Jerman. Ujung-ujungnya, mereka justru hampa gelar. Ballack dkk. kalah satu poin dari Borussia Dortmund yang akhirnya keluar sebagai juara liga.
Lalu, di ajang Liga Champions, mereka melangkah hingga ke final dan bersua Real Madrid di Hampden Park, Glasgow.
Laga baru berjalan delapan menit ketika Raul Gonzales membuat El Real unggul 1-0 terlebih dahulu. Leverkusen langsung membalas lewat gol penyeimbang kedudukan 1-1 yang dicetak Lucio (menit 14’). Sebelum akhirnya, gol ikonik tendangan voli Zinedine Zidane di pengujung babak pertama, akhirnya menjadi penentu kemenangan Madrid.
Peluang terakhir meraih gelar adalah di ajang Piala Jerman. Berbatov cs. bersua Schalke 04 di Olympic Stadium, Berlin.
Harapan sempat membumbung tinggi lantaran striker asal Bulgaria itu sukses membuat Leverkusen unggul terlebih dahulu (menit 27’). Namun, setelah itu, Bremen justru berhasil menjaringkan empat gol secara berturut-turut.
Leverkusen cuma kebagian tambahan satu gol hiburan di menit-menit akhir lewat gol Ulf Kirsten (89’). Skor akhir 4-2 untuk Bremen.
Karena rangkaian kegagalan di periode pengujung musim tersebut, muncul julukan baru untuk Leverkusen, yakni Neverkusen.
Mereka dianggap tak akan pernah bisa menjadi juara karena menyia-nyiakan tiga kesempatan merebut trofi juara.
Terbukti, kutukan itu sempat menghantui Leverkusen selama sekitar 22 tahun, sebelum akhirnya, mulai memudar musim ini.
Apalagi, setelah kepastian gelar juara Bundeslilga, Leverkusen masih punya peluang mengukir treble winner lantaran Granit Xhaka dkk. masih melaju di babak perempat final Liga Europa dan final Piala Jerman (DFB-Pokal).