Kemenangan yang dinanti-nantikan Tottenham Hotspur akhirnya tersaji kala menang 2-1 atas tamunya, Burnley, Sabtu (11/5).
Kemenangan ini memutus rentetan kekalahan Spurs di empat laga sebelumnya. Apalagi, empat kekalahan itu juga menjauhkan Spurs dari zona Liga Champions.
Bayang-bayang kelam itu sempat kembali menghampiri lantaran Burnley unggul lebih dulu lewat gol Jacob Bruun Larsen (menit 25’). Untungnya, Spurs berhasil membalas lewat gol Pedro Porro (32’) dan Micky van de Ven (82’).
Berkat raihan tiga poin ini, peluang The Lilywhites untuk tembus ke Liga Champions musim depan kembali terbuka. Mereka tinggal terpaut empat poin dari Aston Villa (peringkat 4).
Namun, yang sebenarnya lebih menyejukkan lagi, Son Heung Min dkk. kini bisa lebih nyaman menyongsong tiket mereka ke Liga Europa musim depan. Menempati peringkat 5 dan mengoleksi 63 poin, Spurs berhasil menjauh dari kejaran Newcastle (peringkat 6/57 poin).
Apalagi, dua tim besar yang juga mengintip peluang untuk bisa menggeser Spurs, yakni Chelsea (peringkat 7/54 poin) dan Manchester United (peringkat 8/54 poin), diyakini bakal makin kesulitan mengejar Spurs.
Chelsea dan United, meski sama-sama masih mengantongi satu laga lebih banyak dibanding Spurs, wajib memborong kemenangan di tiga laga sisa mereka, jika ingin menyamai Spurs. Itupun dengan catatan, Spurs sama sekali tak mendulang poin di dua laga tersisa mereka. Hampir mustahil.
Di sisi lain, kekalahan ini justru memastikan Burnley terdegradasi. Menempati peringkat 19 dengan hanya raihan 24 poin dan menyisakan satu laga sisa, skuat asuhan Vincent Kompany itu secara matematis sudah tidak bisa lagi mengejar koleksi poin Sheffield United di zona aman (peringkat 17/29 poin).
*Postecoglou lebih baik dibanding Mikel Arteta
Keberhasilan Spurs menembus lima besar menjadi catatan positif tersendiri, terutama jika mengingat musim ini merupakan musim perdana mereka semenjak ditinggal sang bomber utama, Harry Kane, ke Bayern Munich.
Selain itu, Spurs juga kedatangan pelatih anyar di awal musim, Ange Postecoglou. Secara rekam jejak, reputasi Postecoglou sebenarnya belum terlalu menjanjikan lantaran musim ini merupakan pertama kalinya ia berkarier di Premier League.
Sebelumnya, Postecoglou lebih banyak menjalani karier kepelatihannya di Australia, Jepang (Yokohama Marinos) dan Skotlandia (Celtic), baru akhirnya merapat ke skuat London Putih.
Keraguan itu sempat sirna karena di bawah komandonya, Spurs malah tak terkalahkan di 10 pekan awal pada periode Agustus hingga Oktober. Rinciannya berupa delapan kemenangan dan dua hasil imbang. Manchester United dan Liverpool termasuk dua tim besar yang ditaklukkan Spurs di periode tersebut.
Catatan cemerlang itu juga menghadirkan gelar Premier League Manager of the Month di bulan Agustus dan September bagi Big Ange, sapaan untuk Postecoglou.
Setelah itu, barulah performa Spurs mulai naik-turun meski mereka selalu tetap bersaing di papan atas. Hanya rentetan empat kekalahan beruntun sebelum menang dari Burnley yang akhirnya membuat mereka terlempar dari empat besar.
Meski begitu, Postecoglou dan pasukannya kini sudah bisa mengamankan jatah tiket lolos ke Liga Europa musim depan.
Dilansir Squawka, raihan poin Spurs saat ini (63 poin) bahkan sudah melebihi raihan poin tim rival mereka, Arsenal, kala menjalani musim perdana di era kepelatihan Mikel Arteta (61 poin/musim 2019/20).