Buyar sudah mimpi terliar Bayer Leverkusen musim ini dalam meraup tiga gelar tanpa terkalahkan (invicible treble). Kekalahan telak 0-3 dari Atalanta di final Liga Europa, Kamis (23/4) jadi penyebabnya.
Sebelumnya, Leverkusen sudah lebih dulu meraih gelar juara Bundesliga. Kini, skuat asuhan Xabi Alonso itu tinggal berharap mengawinkan gelar Bundesliga dengan gelar DFB Pokal. Mereka akan menghadapi Kaiserslautern di final akhir pekan ini, Minggu (26/5).
Kekalahan dari Atalanta juga memutus rekor tak terkalahkan Leverkusen musim ini. Sebelumnya, skuat berjuluk Die Werkself tersebut sudah melewati 51 pertandingan di semua ajang tanpa pernah terkalahkan.
Lantas, kok bisa-bisanya Granit Xhaka dkk. dibantai tiga gol tanpa balas oleh Atalanta dini hari tadi? Yang pertama tentu saja gara-gara penampilan impresif Ademola Lookman lantaran bomber Atalanta tersebut sukses mengemas tiga gol.
Proses ketiga gol striker asal Nigeria itu bahkan keren-keren. Gol Lookman yang pertama lahir berkat insting tajam dan kegesitannya dalam menyambar umpan silang Davide Zappacosta.
Gol kedua dan ketiganya bahkan lebih keren lagi lantaran ia berhasil menggetarkan gawang Leverkusen lewat akurasi tembakan menawan, setelah lebih dulu memperdaya bek Atalanta. Situs Whoscored bahkan sampai memberikan nilai sempurna (10) untuk rating penampilan Lookman.
Performa impresif itu dijabarkan lebih mendetail oleh situs pengolah data statistik lainnya, Squawka. Menurut Squawka, Lookman menjadi pemain terbanyak dalam hal memenangi penguasaan bola (9 kali), menyentuh bola di kotak penalti lawan (6 kali), melewati penjagaan lawan (4 kali), dan melepaskan tembakan on-target (3 kali).
Yang lebih kerennya lagi, ini merupakan torehan hattrick perdana Lookman di sepanjang karier profesionalnya di level senior. Sebelumnya, Lookman tak pernah mampu mengemas tiga gol, baik ketika sudah berseragam Atalanta (sejak 2022), maupun saat masih membela Leicester City (2021-2022), Fulham (2020-2021), RB Leipzig (2019-2022), dan Everton (2017-2019).
Penampilan impresif Lookman memang jadi pembeda. Pasalnya, jika berkaca pada data statistik laga, Leverkusen sebenarnya masih cukup mendominasi.
Dilansir Flashscore, Florian Wirtz dkk. masih unggul dalam persentase penguasaan bola (58% berbanding 42%). Hal itu lantaran pasukan Alonso lebih sering melepas umpan (688 berbanding 330).
Jumlah tembakan yang dilepaskan kedua tim juga terbilang setara (sama-sama 10 tembakan). Hanya saja, Atalanta jauh lebih sering mengancam karena mampu membuat tujuh tembakan on-target, sedangkan Leverkusen cuma tiga.
Dalam sesi jumpa pers usai laga, Alonso mengakui bahwa Atalanta bermain jauh lebih baik dari timnya. Selain itu, faktor ketinggalan dua gol juga membuat para pemain Leverkusen jadi kurang sabar dalam merancang serangan.
“Kami tak mengatasi beberapa situasi sulit yang sebenarnya sudah kami persiapkan. Itu karena Atalanta benar-benar tampil menyulitkan. Tak seharusnya seperti ini,” ujar Alonso.
“Kami tak bisa mengalirkan bola ke arah yang benar, sebaliknya, mereka bisa. Para pemain sudah berusaha untuk melakukan banyak operan, tapi kami harusnya bisa lebih bersabar lagi,” lanjut Alonso.
Mantan gelandang Liverpool dan Real Madrid itu juga tak malu untuk mengakui penampilan Atalanta yang jauh lebih bagus dari timnya. Ia terpaksa berbesar hati lantaran rekor 51 laga tak terkalahkan Leverkusen akhirnya harus terhenti.
Bangkit merupakan satu-satunya pilihan terbaik. Pasalnya, Leverkusen bakal kembali menghadapi laga final akhir pekan ini (Final DFB Pokal versus Kaiserslautern).
“Hari ini, mereka tampil lebih baik dari kami, baik secara individual maupun penampilan tim secara kolektif. Rekor tak terkalahkan kami juga harus terhenti. Selamat untuk Atalanta, mereka layak juara,” ujar Alonso.
“Tentu saja menyakitkan kalah dengan skor telak. Namun, kami bakal kembali menghadapi laga final hari Minggu ini dan kami harus belajar dari kekalahan ini,” tutupnya.
View this post on Instagram