Manchester United boleh saja mencetak finis terburuk di Premier League musim ini. Mereka membayarnya di Piala FA pada Sabtu (25/5).
Man. United merupakan salah satu langganan juara Piala FA. Sejarah tersebut berlanjut saat final yang menggelar derbi Manchester, walau posisi United lagi-lagi tidak diunggulkan. Berikut ini beberapa bahasan dari Wembley, dengan sorotan utama tertuju kepada sosok yang terancam pemecatan.
Latar Underdog
Seiring kiprah buruk di Premier League, tidak banyak yang menjagokan United untuk membalas kekalahan di final tahun lalu dari tetangga yang berisik, Man. City. Apalagi, The Cityzens baru saja mencetak rekor juara liga empat kali berturut-turut.
United juga mencatat sejumlah catatan lesu dalam sedekade ini. Sebelum laga puncak pada Sabtu, mereka tiga kali kalah dari empat final di Wembley sejak 2004.
Dominan Setengah Jam
City menyodorkan pendekatan yang biasa mereka tampilkan dalam sedekade ini. Skuad Pep Guardiola menekankan permainan operan yang berujung pada keunggulan dalam penguasaan bola.
Sampai menjelang setengah jam permainan, City mencatatkan 80% penguasaan bola. Namun, Kevin de Bruyne cs. tidak berhasil membongkar pertahanan Iblis Merah yang digalang duet Raphael Varane, yang mencoba memberikan perpisahan manis setelah dipastikan hengkang usai final, dan Lisandro Martinez yang baru pulih dari cedera. Pengalaman start buruk di final tahun silam menjadi pelajaran besar buat United.
Lini tengah, terutama dua gelandang bertahan, Kobbie Mainoo dan Sofyan Amrabat, tampil disiplin pula untuk menahan laju para gelandang bintang City.
Efisiensi pemanfaatan peluang akhirnya menjadi kelebihan United. Ini ditambah dengan maksimalnya tenaga muda mereka.
Salah Langka Belakang City
Alejandro Garnacho menghasilkan peluang di awal laga, sebelum City menguasai permainan. Dengan strategi yang defensif, United menuai hasil dari kesalahan langka lini belakang Cityzens.
Pada menit ke-30, kesalahpahaman antara Josko Gvardiol dan kiper Stefan Ortega berharga mahal. Garnacho tinggal menceploskan bola ke gawang kosong.
Gol pembuka menaikkan kepercayaan diri Red Devils. Penguasaan bola mereka perlahan naik. Melonjaknya keyakinan itu berbuah lagi sembilan menit setelah gol pertama.
Gol kedua berawal dari permainan operan apik yang melibatkan Marcus Rashford dan Garnacho. Ujungnya, Bruno Fernandes mengirim operan yang diselesaikan Mainoo dengan penempatan ke pojok tiang jauh.
View this post on Instagram
Efisiensi Krusial
Tertinggal dua gol, Guardiola memasukkan Manuel Akanji dan Jeremy Doku sejak start babak kedua. Nama yang disebutkan terakhir hampir memberikan efek instan dengan umpan matang. Namun, geberan Erling Haaland di posisi bebas membentur mistar.
Dua peluang bagus didapat Kyle Walker dan Julian Alvarez yang dimasukkan menggantikan De Bruyne. Akan tetapi, Andre Onana bisa mematahkannya.
Cityzens akhirnya bisa memperkecil ketertinggalan. Tiga menit sebelum waktu normal usai, Doku dapat menyelesaikan assist Phil Foden dengan menaklukkan Onana di tiang dekat.
Hanya, tambahan tujuh menit injury time tidak bisa dimanfaatkan City untuk memaksa perpanjangan waktu. Pada akhirnya, United keluar sebagai kubu yang lebih efisien.
View this post on Instagram
Soal Masa Depan Bos
United berhasil menutup musim jeblok mereka dengan gelar. Trofi ini menjadi yang ke-13 United sepanjang sejarah. Rekor terbanyak di ajang ini masih dipegang Arsenal dengan 14 trofi.
Buat City, hasil ini membuat mereka gagal mengukir sebuah rekor lagi. Skuad Guardiola tidak berhasil menjadi klub Inggris pertama yang meraih gelar ganda domestik dua tahun beruntun.
Bahasan soal United pascajuara ini bakal menarik. Isu yang beredar bisa bertambah banyak dengan spekulasi lanjutan seiring gelar ini.
Beberapa waktu lalu, terbetik kabar bahwa hanya tiga nama yang tampak aman dari pelegoan di Man. United. Ketiganya adalah Rasmus Hojlund, Garnacho, dan Mainoo. Dua nama terakhir dipercaya menjadi starter, dan membayarnya lunas. Nasib pemain-pemain lain belum menentu walau sudah juara Piala FA.
Namun, rumor pergantian pelatih yang menguat sebelum final akan tetap menarik. Masih perlu dinanti apakah keberhasilan Diogo Dalot cs. memberikan trofi bisa menyelamatkan Ten Hag dari ancaman pemecatan. Kalaupun jadi didepatk, bos dari Belanda itu bisa keluar dengan kepala tegak.
Yang jelas, United batal absen dari kompetisi antarklub Eropa musim depan. Mereka akan berlaga di Liga Europa.