Berhubung sama-sama sudah ditaklukkan Spanyol, baik Kroasia dan Italia tinggal mengantungkan harapan sendiri-sendiri kala kedua tim saling bersua di laga penutup Grup B Euro 2024, Selasa (25/6).
Kroasia berada dalam posisi yang lebih terjepit dibanding Italia. Mereka wajib menaklukkan Azzurri jika ingin memelihara peluang lolos ke babak 16 besar. Hal itu lantaran Luka Modric dkk. cuma meraih satu poin di dua laga awal.
Setelah dibantai Spanyol 0-3, skuat asuhan Zlatko Dalic juga dipaksa bermain imbang 2-2 kontra Albania lewat gol penyeimbang menit-menit akhir yang dicetak Klaus Giasula (90+5).
Padahal, penampilan Kroasia di dua kekalahan tersebut sebenarnya tak terlalu buruk. Menurut data statistik Flashscore, Modric cs. selalu unggul expected goals baik saat bersua Spanyol maupun Albania.
Mereka juga sudah mencatatkan 38 tembakan, yang mana 15 di antaranya on-target. Menurut Opta, catatan tersebut sudah jauh lebih baik dibanding penampilan Kroasia di sepanjang fase grup Euro 2022 (30 tembakan, 10 on-target).
Salah satu faktornya adalah soal faktor usia. Di laga kontra Albania, Dalic menurunkan Ivan Perisic, Josip Juranovic, dan Bruno Petkovic. Strategi itu justru menjadikan starting XI Kroasia sebagai starting XI tertua kedua yang pernah diturunkan Kroasia selama keikutsertaan mereka di turnamen-turnamen mayor.
Imbasnya begitu kentara di lapangan. Gaya enerjik yang sebelumnya menjadi ciri khas Kroasia dalam beberapa tahun terakhir, mulai memudar. Kegagalan menyia-nyiakan beragam peluang di dua laga awal, juga menjadi indikasinya.
Tak ada yang salah dengan kebijakan Dalic dalam menurunkan pemain-pemain senior. Namun, saat kondisinya berkata lain di lapangan, Dalic juga harus siap dengan beberapa opsi lain.
*Berbalik 180 derajat
Di sisi lain, penampilan Italia di Euro 2024 sejauh ini juga belum terlalu meyakinkan. Jorginho dkk. memang tampil bagus saat meladeni Albania di laga pembuka.
Meski sempat tersentak lewat gol cepat Nedim Bajrami saat laga baru berjalan 23 detik (gol tercepat sepanjang sejarah Euro), Gli Azzurri tak goyah dan berhasil menang comeback 2-1 tanpa kesulitan berarti.
Namun, penampilan meyakinkan itu berubah 180 derajat kala menghadapi Spanyol di laga kedua. Anak-anak asuh Luciano Spalletti dibuat tak berdaya di hadapan pasukan Luis de la Fuente. Italia memang cuma kalah tipis 0-1 lewat gol bunuh diri bek anyar mereka, Riccardo Calafiori.
Namun, secara permainan, Italia kalah segalanya. Mulai dari penguasaan bola (57% berbanding 43%) hingga jumlah peluang (20 berbanding 4).
Menurut Opta, jumlah empat tembakan Italia tersebut bahkan menjadi yang terendah sepanjang keikutsertaan mereka di Piala Eropa.
Imbasnya, strategi offensif Italia sejauh ini belum begitu terlihat. Hal itu tercermin dari masih tumpulnya sosok Gianluca Scamacca dan Federico Chiesea selaku duo bomber andalan mereka. Justru nama gelandang Nicolo Barella dan bek tengah Alessandro Bastoni yang sudah lebih dulu masuk dalam scoresheets.
Beragam catatan tersebut jelas masih jauh dari kata meyakinkan bagi Italia, terutama jika mengacu pada status mereka sebagai juara bertahan.
Mengejar hasil imbang atas Kroasia kemungkinan menjadi target yang cukup realistis. Pasalnya, tambahan satu poin sudah cukup untuk mengantarkan Gli Azzurri ke babak 16 besar.
===
View this post on Instagram