Grup B merampungkan persaingannya pada Senin (24/6) dengan banyak catatan menarik.
Setidaknya setiap tim menghadirkan sebuah kisah yang menarik buat disimak.
Juara Bertahan Dramatis
Italia hadir di Jerman 2024 dengan status juara bertahan. Namun, Gli Azzurri mesti bersusah payah untuk mendapatkan tiket langsung sebagai runner-up grup.
Azzurri bisa lolos dari lubang jarum berkat gol menjelang duel di Leipzig berakhir. Tertinggal oleh gol Luka Modric pada menit ke-55, skuad Luciano Spalletti bisa bersorak saat pemain pengganti, Mattia Zaccagni, bisa menjebol gawang Kroasia yang dijaga Dominik Livakovic.
Melalui bangunan serangan cepat, Zaccagni membuat penyelesaian dingin dengan tembakan melengkung kali pertama kaki kanan dari sayap kiri. Gol tercipta saat injury time memasuki menit kedelapan.
“Hari ini kami tampil lembek. Kami harus tampil lebih baik. Kami memiliki pemain yang mempunyai kualitas untuk laga seperti ini, tapi kadang kala kami membuat kesalahan remeh,” ucap Spalletti dikutip Reuters.
Spanyol 9
Setelah Jerman hanya bermain imbang dengan Swiss di pertandingan terakhir, Spanyol menjadi tim pertama yang membukukan poin sempurna dari tiga laga grup. La Roja mengalahkan Albania melalui gol tunggal Ferran Torres pada menit ke-13.
Spanyol tampil dominan meski Luis de la Fuente merotasi hampir seluruh tim. Praktis hanya Aymeric Laporte pemain dari sebelas awal sebelumnya menghadapi Italia.
Dengan tim keduanya, Spanyol masih mendominasi laga di Merkur Spiel-Arena, Dusseldorf, dengan 59% penguasaan bola. Meski demikian, La Furia Roja hanya bisa membuat tiga tembakan ke gawang dari 17 percobaan.
View this post on Instagram
Albania Bangga
Albania mampu membuat 4 tembakan ke gawang dari 10 percobaan di laga ini. Meski bertarung keras di Jerman, tim berjulukan Kuqezinjte atau Si Merah-Hitam itu hanya mengoleksi satu angka hasil duel dengan Kroasia yang diwarnai gol dramatis saat injury time oleh gelandang mereka, Klaus Gjasula.
“Pemain-pemain saya melakukan segalanya di lapangan. Mereka akan mengenangnya sampai akhir hayat. Tak ada yang merasa dipermalukan. Kami memainkan level atas. Para pemain sempurna buat saya. Mereka merupakan emas murni,” ucap Sylvinho, pelatih Albania.
Modric Heroik
Kembali ke hasil imbang Kroasia dan Italia. Kroasia berada di peringkat ketiga dengan perolehan dua poin. Kans Vatreni melangkah ke fase gugur terbilang kecil meski empat peringkat ketiga terbaik lolos.
Kegagalan lolos dengan tiket langsung ini bisa berujung kepada perpisahan kurang manis untuk Luka Modric jika sang gelandang kawakan memutuskan gantung sepatu. Sebaliknya, Modric memberikan sumbangan berarti di laga ini.
Namun, kisah epos yang dibuat Modric sempat mencapai titik rendah. Eksekusi penalti kapten berusia 38 tahun itu pada menit ke-54 bisa digagalkan kiper Azzurri, Gianluigi Donnarumma. Eh, lewat serangan berikutnya semenit kemudian, Modric bisa menjebol gawang Italia.
Sayang, Italia bisa mencetak gol dramatis. Kroasia hanya finis di peringkat ketiga dan terancam tidak lolos. Dimotori Modric, Vatreni bisa mencapai final Piala Dunia 2018 dan peringkat ketiga PD 2022.
“Kami terus bertarung sampai akhir, tapi sayang sepak bola sedang kejam kepada kami. Dewa-dewa sepak bola tak mesti selalu tersenyum melihat kami, tapi kami seharusnya bangga dengan cara kami membela negara petang ini,” tutur Modric.
Meski rada kecewa dengan perjalanan di Euro 2024, eks pemain Tottenham itu mengisyaratkan niat terus bermain. “Saya ingin bermain selamanya, tapi mungkin akan tiba saatnya saya harus gentung sepatu. Saya akan terus bermain, tapi entah bisa sampai kapan,” ucapnya.
View this post on Instagram