Inggris berkesempatan menjadi pemuncak klasemen akhir Grup C usai laga melawan Slovenia pada Selasa (25/6) di Rhein-Energie Stadium atau Koln Stadium. Namun, The Three Lions mungkin akan tetap pada pakem yang tidak elok dengan hasil minimal yang disasar.
Sampai matchday 2, Inggris telah mengumpulkan empat poin. Tiga Singa bertengger di puncak klasemen, tapi baru memastikan tiga besar di Grup C. Tekanan untuk pasukan Gareth Southgate belum mereda jika tidak membesar.
Inggris tinggal membutuhkan hasil imbang untuk lolos ke perdelapan final, dengan catatan Denmark gagal mengalahkan Serbia pada waktu yang bersamaan. Hanya, dua penampilan awal mendatangkan badai kritik terhadap Southgate.
Sorotan utama mengarah kepada kecenderungan Inggris tampil defensif yang sudah tercium menjelang turnamen. Di tiga laga terakhir, The Three Lions gagal mencetak lebih dari satu gol meski mempunyai pemain tajam seperti Harry Kane, Ollie Watkins, Phil Foden, sampai Jude Bellingham.
Kritik tajam juga dilayangkan kepada eksperimen sang pelatih pada Trent Alexander-Arnold. Walau berdalih mencari pengganti Kalvin Phillips, Southgate boleh jadi akan menghentikan pilihan menempatkan TAA sebagai salah satu dari dua jangkar bersama Declan Rice.
Repotnya, catatan pertemuan Inggris dengan Slovenia juga begitu. Tiga Singa hanya bisa membuat satu gol dari dua duel dengan Slovenia pada 2016-17. Hasilnya sebenarnya tidak buruk, yakni satu kali menang dan satu kali seri. Namun, buat pendukung yang meminati permainan ofensif, ditambah kemungkinan lawan menghukum produktivitas rendah itu, Inggris tetap berada dalam sorotan.
Ancaman buat Inggris di laga nanti adalah tingkat kepercayaan diri yang cukup tinggi pada Slovenia. Dua hasil imbang sebelumnya meneruskan kiprah apik Jan Oblak dkk. Slovenia belum terkalahkan di delapan laga terakhir mereka, empat di antaranya berujung kemenangan.
Walau batal menang karena gol injury time Serbia di laga terakhir, Slovenia racikan Matjaz Kek memperlihatkan kapasitas menantang tim-tim yang lebih diunggulkan. Pada 2024 ini, pecahan Yugoslavia tersebut mampu mengalahkan dua negara top 11 ranking FIFA, yakni Portugal dan AS.
Dengan kecondongan pragmatis, Inggris tampaknya akan kembali mencoba bermain bertahan. Slovenia mungkin belum bisa membongkarnya. Partai ini tampaknya bakal berujung imbang.
View this post on Instagram
Denmark vs Serbia: Merah-Putih Unggul
Persaingan sengit di Grup C akan lebih terlihat di laga lainnya, yakni Denmark dan Serbia. Kemenangan duel di Fussball Arena alias Allianz Arena, Munich, akan mengirim peraihnya ke fase gugur.
Denmark layak dijagokan dengan kiprah dominan atas Inggris di laga terakhir. Untuk bisa lolos guna meneruskan kiprah menjanjikan itu, misi Danish Dynamite di laga ketiga ini jelas, yakni menang atas Serbia. Mengincar satu poin akan riskan.
Simon Kjaer cs. patut optimistis di Munich. Torehan enam laga tak terkalahkan dengan tiga kemenangan pada 2024 membuat Denmark besutan Kasper Hjulmand diunggulkan. Si Merah-Putih juga mencatat kemenangan 8-1 di pertemuan terakhir dengan Serbia.
Meski demikian, Serbia berpeluang membuat kejutan. Gol Luka Jovic lima menit memasuki injury time saat melawan Slovenia memperlihatkan kapasitas Aleksandar Mitrovic dkk. membalikkan perkiraan.
Duel bakal sengit karena Serbia pun membutuhkan kemenangan untuk membuka kans tampil di fase gugur.
Hanya, di samping kekalahan telak di benturan terakhir dengan Denmark, Serbia tampak belum stabil. Mereka hanya memenangi 4 dari 13 laga sejak 2023. Enam pertandingan berakhir dengan kekalahan. Serbia juga cuma menghasilkan dua kali clean sheet selama itu.
Khusus di putaran final turnamen, kepayahan pecahan Yugoslavia ini lebih jelas lagi. Serbia tidak bisa memenangi tujuh pertandingan terakhir, lima kali berujung kekalahan.
Denmark sepertinya akan melangkah ke fase gugur mendampingi Inggris.