Inggris menembus final Euro 2024 usai mengakhiri perlawanan Belanda pada Rabu (10/7) di Westfalenstadion, Dortmund. Sebuah bukti lagi kepiawaian Gareth Southgate.
The Three Lions menghasilkan performa yang boleh jadi tidak memuaskan semua pendukungnya. Namun, dengan pilihan yang kurang populer, mereka dapat melaluinya dengan sejumlah hal yang mungkin akan berhasil. Menang adu penalti menjadi salah satu titik penting yang mendongkrak kepercayaan diri. Di semifinal, mereka membuat comeback lagi. Apa lagi catatan dari empat besar di Dortmund?
Start Oranye
Permainan berlangsung cukup terbuka di awal pertandingan. Belanda kemudian membuka semifinal ini dengan baik.
Memasuki menit ketujuh, juara Euro 1988 ini membuka skor dari gol Xavi Simons. Sang gelandang serang berhasil melucuti bola dari penguasaan Declan Rice dan menggiring ke depan kotak penalti Inggris sebelum melepaskan tembakan dahsyat yang tak bisa ditepis Jordan Pickford.
Reaksi Tenang
Inggris sekali lagi memperlihatkan ketangguhan mental. Aspek ini terus meningkat di tangan Southgate sehingga bisa menjadi kekuatan.
The Three Lions enggak panik setelah gol Simons. Mereka juga tidak mengubah pakem setelah berhasil menyamakan kedudukan.
Sebelas menit setelah tertinggal, Inggris mendapat hadiah penalti. Pemeriksaan VAR menilai bek kiri Belanda, Denzel Dumfries, melakukan pelanggaran terhadap Harry Kane yang menembakkan bola liar yang berawal dari upaya Bukayo Saka. Eksekusi kapten Kane ke pojok kanan terlalu deras untuk kiper Bart Verbruggen.
View this post on Instagram
Warna Defensif
Tempo laga berangsur menurun, tapi menghasilkan sejumlah peluang. Sundulan Dumfries hanya memoles mistar, sebelum sang bek kiri membayar kesalahan dengan menahan tembakan Phil Foden tepat di garis gawang. Kans Foden lainnya hanya membentur tiang kanan gawang Oranje.
Gedoran Belanda terganggu dengan cedera Memphis Depay sebelum turun minum. Meski demikian, De Oranje dapat meneruskan tekanan. Virgil van Dijk sempat mengancam setelah duel memasuki satu jam.
Selama 20 menit berikutnya, Inggris kembali ke warna dominan di turnamen ini, yakni defensif. Namun, Saka bisa menjebol gawang Verbruggen lagi, tapi Kyle Walker off-side dalam prosesnya.
Pergantian Cermat
Southgate membuat serangkaian pergantian ciamik di laga ini. Yang pertama adalah Luke Shaw saat pergantian babak. Shaw menempati posisi bek kiri menggantikan Kieran Trippier yang sejatinya bek kanan sehingga kerap keteteran menghadapi gedoran Oranje di kiri pertahanan.
Yang kedua adalah pergantian ganda pada menit ke-81. Cole Palmer menggantikan Phil Foden. Pergantian yang lebih bernyali adalah Ollie Watkins menggantikan Kane, yang terbukti menjadi pertaruhan yang menemui hasil manis.
Semenit memasuki injury time, Watkins menerima operan Palmer di dalam kotak. Setelah menjauhkan bola dari jangkauan Stefan de Vrij yang mengawalnya, penyerang Aston Villa itu melepaskan tembakan ke tiang jauh untuk gol kedua Tim Tiga Singa.
Penggantian terakhir adalah dua tenaga besar untuk mendongkrak pertahanan. Bek Ezri Konsa dan gelandang bertahan Conor Gallagher diturunkan dua menit usai unggul lewat gol Watkins.
Inggris berhasil mempertahankan keunggulan yang berarti tiket ke final untuk yang kedua secara beruntun di Euro. Di laga puncak yang akan dihelat pada Ahad (14/7) di Olympiastadion, Berlin, Inggris akan menantang Spanyol yang mengempaskan Prancis di empat besar.
Setelah Duel
Kubu Belanda menyorot keputusan wasit asal Jerman, Felix Zwayer, memberikan penalti. “Menurut saya, itu bukan penalti. Ia menendang bola dan sepatu-sepatu berbenturan. Saya pikir kami tidak bisa bermain secara layak karena VAR. VAR merusak sepak bola,” ucap Ronald Koeman, dikutip BBC.
“Tak diragukan bahwa ada kontak. Namun, sang bek mencoba mengeblok bola. Gerakan lanjutan dari Harry Kane membuat kontak, dan saya menilai bukan pelanggaran. Saya pikir penalti merupakan momen besar, dan kepercayaan diri Inggris naik karenanya,” ucap eks striker Inggris, Alan Shearer.
Meski kecewa dengan keputusan wasit dan VAR, Koeman menilai Inggris bisa menjadi juara Eropa untuk pertama kali. “Saya pikir Inggris mempertontonkan sepak bola yang bagus di babak pertama setelah tertinggal. Inilah sepak bola. Melihat semua pertandingan Spanyol, mereka mungkin menyajikan permainan yang lebih menyerang, dengan sayap-sayap yang lebih gesit, dan penguasaan bola yang perlu dihentikan. Namun, Inggris sudah di final dan memiliki peluang menang. Level Spanyol tinggi, tapi Inggris bisa menghentikan mereka. Mengapa tidak?” tutur Koeman.
Sorotan mengarah kepada Southgate, tapi dengan tingkat kenyamanan yang lebih tinggi. Eks bek tengah itu membawa Inggris ke final pertama dalam 55 tahun di edisi sebelumnya. Kans untuk kampiun perdana terbuka lagi.
“Kami memberikan petang-petang gemilang buat para fan dalam 50 tahun terakhir. Saya sangat bangga. Kami menghadapi ujian terbesar. Kami datang untuk mencoba menjuarai turnamen. Itu masih menjadi tujuan kami,” ucap Southgate.
View this post on Instagram