Secara tradisi, bir termasuk minuman berakohol yang paling jamak dikonsumsi masyarakat Inggris. Hasil survey situs bestofbritishbeer pada bulan Mei silam menunjukkan bahwa 51% masyarakat Inggris – dari beragam profesi termasuk atlet – mengkonsumsi bir setiap pekannya, dengan 15% di antaranya penikmat harian.
Namun, gambaran besar itu tak berlaku bagi Declan Rice. Saking tak sukanya, Rice bahkan belum pernah minum bir secara murni sepanjang hidupnya. Kalaupun terpaksa, ia mencampurnya dengan limun.
Jelang laga final Euro 2024 kontra Inggris, Rice mengaku belum bisa lepas dari bayang-bayang kelam soal kekalahan dari Italia di Euro 2020 tiga tahun silam.
Kala itu, Rice bahkan sempat bernazar bahwa dirinya akan rela meminum bir murni jika Inggris keluar sebagai juara. Berhubung akhirnya kalah dari Azzurri di final, nazar itu belum bisa ditepatinya. Kini, tiga tahun berselang, kesempatan itu datang lagi dan Rice tak mau mengelak.
“Ya, saya ingat mengatakan itu (akan minum bir jika Inggris juara) sebelum final. Sejak itu, saya beberapa kali minum bir, tapi saya campur dengan limun. Kini, jika kami bisa juara, saya akan minum bir murni meski saya harus sambil menutup hidung karena saya memang tak suka dengan aromanya,” ujar Rice dilansir Daily Mail.
Inggris merupakan salah satu tim favorit juara di Euro 2024. Namun, dalam perjalanan menuju final, penampilan skuat The Three Lions tak terlalu meyakinkan. Beberapa pemain jadi sasaran kritik dan Rice merupakan salah satunya.
Namun, Rice mengaku sudah memprediksi hal tersebut sejak timnas Inggris bertemu dengan Royal Family di St George’s Park sebelum bertolak ke Jerman 2024.
“Kala itu, Pangeran William berkata bahwa turnamen ini akan seperti rollercoaster dan nyatanya memang demikian. Setelah tampil tak terlalu bagus di fase grup, mulai muncul tendangan overhead Bellingham, lalu drama adu penalti versus Swiss, hingga kemenangan atas Belanda yang merubah segalanya,” ujar Rice.
Selain performa tim yang mulai menanjak, Rice juga menjadikan pengalaman kelam tiga tahun silam sebagai tambahan motivasinya.
“Momen kala menyaksikan Italia mengangkat piala tiga tahun silam benar-benar menghantui saya. Kini, kami mendapat kesempatan lagi untuk tampil di final dan menciptakan sejarah. Kami benar-benar berhasrat jadi juara,” ujar Rice.
“Kami juga sudah lebih mengerti apa yang harus dilakukan dibanding tiga tahun lalu, yaitu jangan terlalu bertahan seperti kala membiarkan Italia menekan kami. Dengan pola lima bek seperti di dua laga terakhir, kami bisa menguasai bola dengan cukup baik,” lanjut Rice.
Ketika diminta komentarnya soal siapa pemain Spanyol yang wajib diwaspadai Inggris, Rice dengan yakin menyebut nama Lamine Yamal.
“Saya baru sekedar mencari beasiswa saat masih berusia 17 tahun. Sedangkan Yamal justru sudah mampu mencetak gol indah ke pojok gawang. Di usianya yang masih 16 itu, levelnya sudah jauh berbeda,” ujar Rice.