Final Euro 2024 telah tiba! Benturan antara Spanyol dan Inggris di Olympiastadion, Berlin, pada Minggu (14/7) menjanjikan adu sengit di banyak hal, dari dari fisik sampai mental, dari taktik sampai teknik. Satu tim akan keluar sebagai kampiun dengan perbedaan yang tipis saja.
Setelah sebulan perhelatan akbar Eropa 2024 berlangsung di Jerman, partai puncak mempertemukan Spanyol dan Inggris. Duel seru, walau tidak sepenuhnya terbuka karena kecenderungan defensif Inggris, akan tergelar.
Benturan bakat-bakat luar biasa bakal terhampar di Berlin. Dua sayap sensasional Spanyol, Lamine Yamal dan Nico Williams, akan bersaing dengan bintang-bintang Inggris seperti Harry Kane, Jude Bellingham, dan Bukayo Saka.
Selain taburan talenta di semua lini, latar yang bisa dikedepankan di awal adalah kesamaan langkah di semifinal. La Furia Roja dan The Three Lions sama-sama melaju ke final melalui kiprah membalikkan ketertinggalan.
Konsistensi: Pemilik 5 Kemenangan
Perihal konsistensi, kedua kubu mempertunjukkannya di Jerman 2024 dengan jalan yang berbeda. Siapa yang lebih konsisten?
Spanyol layak menjadi lebih diunggulkan setelah selalu menang di lima laga di Euro 2024 ini menuju partai puncak. La Roja membabat tiga mantan juara, yakni Italia di fase grup, Jerman di perempat final, dan Prancis di semifinal.
Untuk kiprah aktual yang juga menawan, Spanyol mencatatkan delapan kemenangan beruntun. Kali terakhir Si Merah menghadirkan sembilan kemenangan konsekutif adalah pada 2012, yang berujung gelar Eropa. Jika berhasil melakukannya lagi tahun ini yang berarti trofi Euro keempat, Spanyol akan menjadi tim tersering melakukannya melewati Jerman.
Lawan Spanyol di Berlin nanti boleh jadi memiliki profil yang lebih tinggi, sebagian karena pemberitaan yang nyaris tiada henti, yakni Inggris. Tim Tiga Singa senantiasa digadang-gadang sebagai calon kampiun bahkan sebelum putaran final digelar.
Kubu Spanyol paham bukan tanpa alasan Inggris menjadi favorit. Namun, La Roja akan kembali menunjukkan bahwa segalanya tidak tergantung pada pengunggulan di atas kertas.
“Sebelum turnamen, Inggris dan Prancis favorit, begitu pula Jerman sebagai tuan rumah. Kami berkesempatan untuk terus memenangi laga atas para favorit itu. Spanyol mungkin saja menyajikan versi yang lebih baik sejauh ini menuju final, tapi hal itu tidak akan berarti apa-apa di laga yang menentukan.
“Laga bakal berat. Inggris memiliki banyak pemain berkualitas yang bisa mencuat setiap saat. Kami akan menghadapi tim dengan banyak pengalaman, termasuk di klub. Namun, kami menanti laga nanti. Kami ingin terus berkembang. Para pemain kami ingin terus bertarung dengan meraih trofi,” ucap Luis de la Fuente, pelatih Spanyol, dikutip ESPN.
Pengalaman: Inggris Lebih Aktual
Kefavoritan Alvaro Morata cs. bisa dilanjutkan dengan goresan mengesankan bila sudah berada di partai pamungkas turnamen besar. Dari lima kesempatan tampil di final turnamen mayor, La Roja memenangi empat kesempatan di antaranya, tiga kali di Euro (1964, 2008, dan 2012) dan sekali di Piala Dunia (2010). Satu-satunya kekalahan Spanyol di final terjadi di Euro 1984, kalah di tangan tuan rumah Prancis.
Inggris tentu akan mencoba melupakan hasil memilukan di edisi sebelumnya. Italia keluar sebagai kampiun dalam gelaran yang diadakan di Negeri Raja Charles dengan mengungguli tuan rumah lewat adu penalti. Pengalaman di final tiga tahun lalu akan menjadi bekal besar buat Three Lions.
View this post on Instagram
Perubahan Wajah: Inggris Lebih Drastis, Spanyol Lebih Berbahaya
Hampir secara mengejutkan rahasia di balik kemapanan permainan Spanyol belakangan ini terletak pada otak Luis de la Fuente. Sang arsitek sudah pernah membawa Spanyol berjaya di Eropa, kendati di level U-19 dan U-23.
Penguasaan bola dengan aliran operan masih menjadi inti permainan Spanyol. Namun, La Furia Roja kini tampil dengan kombinasi yang lebih kaya, tidak sekadar operan pendek. Spanyol lebih menggigit di sepertiga lapangan depan melalui tusukan sayap. Tembakan jarak jauh bukan lagi tabu buat dilepaskan pendobrak dari lini kedua semacam Fabian Ruiz atau Rodri.
The Three Lions hadir di Berlin dengan menyingkirkan juara Euro 1988, Belanda, di semifinal. Gareth Southgate pun menjadi pelatih pertama yang berhasil membawa Inggris tampil di dua final kompetisi besar.
Kiprah tersebut tidak bisa dianggap sepele, terutama melihat perubahan taktik dari masa kepelatihan Southgate sebelumnya. Tendensi bertahan, yang dibanjiri kritik karena dianggap mengingkari gaya asli Inggris, ternyata efektif mengirim Tiga Singa ke final lagi.
Southgate praktis mengubah wajah Inggris di perhelatan kali ini. Tiga Singa tampil tenang kendati tertinggal. Yang perlu dicatat pula, Inggris bisa keluar sebagai pemenang dalam penentuan yang kerap menjadi momok mereka: adu penalti.
Cadangan: Imbang
Kedalaman skuad merupakan kelebihan kedua finalis. Profil pelapis Inggris boleh jadi lebih tinggi. Efeknya sepadan dengan profil tinggi tersebut.
Ivan Toney telah berperan dalam kemenangan Inggris atas Swiss dengan assist-nya untuk gol kemenangan. Begitu pula dengan Ollie Watkins dan Cole Palmer yang membuat kombinasi untuk gol pengirim ke final kala membungkam Belanda. Eberechi Eze memberikan daya dobrak segar setelah bangkit dari bangku cadangan. Trent Alexander-Arnold dan Toney bisa diandalkan ketika adu penalti.
Dari Spanyol, peran pelapis juga tidak kalah krusial. Mikel Merino memastikan kemenangan dalam laga berat Spanyol menghadapi Jerman. Mikel Oyarzabal dapat mengimbangi permainan sebelas awal La Roja.
Patut dicermati pula Spanyol seperti tidak mengalami masalah ketika pemain utama absen. Jesus Navas atau Daniel Vivian bisa tampil trengginas sebagai bek kanan. Dani Olmo bisa mengisi posisi Pedri secara apik, dengan hasil dua gol dari dua laga terakhir.
Perkiraan Duel
Lini tengah akan menjadi pusat bentrokan kedua kubu sepanjang laga. Bagaimana dengan hasil akhirnya?
Spanyol memiliki kans besar keluar sebagai kampiun dan rekor dalam 90 menit permainan. Kans itu bakal menciut kalau Inggris unggul lebih dulu mengingat Tiga Singa bisa bertahan tangguh.
Kecenderungan defensif Inggris itu sangat mungkin membuat hasil seri mengakhiri waktu normal. Jika memasuki perpanjangan waktu, pemenangnya bisa siapa saja mengingat kedua kubu berpengalaman mencuri gol di waktu ekstra ini. La Roja memiliki kans yang sedikit lebih besar mengingat mereka mempunyai banyak pendobrak.
Yang menarik tentu bila perpanjangan waktu pun tetap imbang. Potensi adu penalti masih akan besar. Inggris yang telah menjelma sebagai jagoan adu penalti berpeluang juara lewat ronde tostosan ini dengan algojo-algojo mantapnya.
View this post on Instagram