Kericuhan pecah jelang bergulirnya laga final Copa Amerika 2024 antara Argentina versus Brasil di Hard Rock Stadium, Florida, Senin (15/7). Saking chaos-nya, kick-off sampai terpaksa dimundurkan satu jam.
Manuela Angel, istri dari bek Kolombia, Daniel Munoz, menceritakan beberapa momen yang memicu terjadinya kericuhan. Salah satunya adalah akibat banyaknya oknum penonton yang tak sabaran karena antrian yang mengular panjang di sisi luar dari Hard Rock Stadium, Miami Gardens.
Dari beragam potongan klip yang beredar di media sosial, antrian panjang di Miami Gardens itu membuat para penonton saling dorong mendorong.
“Awalnya, kami sedang antri masuk stadion. Kebetulan, rombongan kami cukup banyak, saya bersama nenek Daniel serta ibu dan tantenya, kedua anak saya, dan beberapa anggota keluarga lainnya. Lalu, beberapa penonton di belakang kami mulai mendorong. Saya lalu mendorong balik, ujar Angel dilansir The Athletic.
“Mereka justru menuduh sebagai biang keladi, padahal saya sampai terdorong keluar dari jalur antrian. Mereka lalu meneriaki kedua anak saya, padahal yang satu baru berusia enam tahun dan yang kedua bahkan belum sampai dua tahun. Di antara rombongan kami, saya yang paling terluka karena posisi saya paling depan. Tangan saya sampai berdarah,” lanjut Angel.
Angel dan keluarga akhirnya bisa masuk stadion setelah dibantu beberapa petugas keamanan. Dari kejauhan, ia bisa melihat ratusan penonton yang masih berdesak-desakan untuk antri masuk stadion.
*Gara tidak scan tiket dan menutup pintu stadion
Kericuhan yang terjadi juga tak lepas dari kebijakan pihak Hard Rock Stadium yang tak membelakukan sistem scan tiket masuk. Awalnya, kebijakan itu dibuat mempercepat alur antrian. Yang terjadi justru sebaliknya, para suporter yang antri justru malah jadi saling berebut masuk.
Padahal, suasana di tribun penonton juga sudah penuh sesak. Kondisi itulah yang membuat pihak keamanan akhirnya memutuskan untuk menutup pintu masuk. Nah, mereka yang tak kebagian masuk, terutama yang tak bertiket resmi, makin berulah.
“Para penonton yang gagal masuk, terutama yang tak bertiket, akhirnya memanjat pagar, tembok, hingga ventilasi udara demi bisa masuk ke dalam stadion. Padahal, kondisi di dalam stadion juga sudah penuh sesak,” ujar salah satu juru bicara Hard Rock Stadium.
“Keputusan untuk tidak men-scan tiket diambil setelah melakukan koordinasi dengan pihak CONMEBOL dan petugas keamanan. Itu juga demi meminimalisir korban akibat saling dorong. Intinya, petugas keamanan tetep memprioritaskan penonton yang pegang tiket untuk masuk. Nah, mereka yang tidak punya tiket itu justru yang terus membuat kericuhan,” lanjut sang juru bicara.
Beberapa fasilitas stadion jadi korban dan salah satunya yang paling banyak beredar di media sosial adalah eskalator yang rusak parah, serta beberapa kaca dan pintu stadion yang dirusak.
“Insiden ini benar-benar tak manusiawi,” ujar Silvina, ibu dari gelandang Argentina, Alexis Mac Allister.
*Aparat vs Presiden Federasi Kolombia
Upaya pihak keamanan untuk meredam kerusuhan juga mendapat perlawan dari para suporter yang sudah kandung emosional.
Presiden Federasi Sepak Bola Kolombia, Ramon Jesurun, jadi salah satu yang terlibat perkelahian dengan pihak aparat. Ramon, berikut putranya, Jamil Jesulun, akhirnya diamankan petugas.
Kejadiannya bermula salah satu petugas keamanan tak bersergam, Jakari Shaw, coba mencegah beberapa suporter untuk masuk ke dalam stadion lewat jalur media. Ramon lalu menghardik Shaw persis di depan mukanya.
Melihat sang ayah bersitegang dengan Shaw, Jamil lalu mencekik dan menjatuhkan Shaw ke lantai, sambil terus menendang kepala Shaw. Pertikaian itu berhasil mereda setelah beberapa petugas datang melerai dan menangkap Ramon dan Jesulun.
Selain ditahan di kantor polisi, keduanya juga dituntut oleh pengadilan Miami-Dade dengan denda sebesar 2.000 dollar (Ramon) dan 1.000 dollar (Jesulun).
Dalam salah satu laporan Fox Sports Meksiko, sebagian besar suporter Kolombia merasa tidak puas karena pihak keamanan dinilai lebih “mempersilahkan” suporter Argentina untuk masuk ke stadion ketimbang mereka.
Dari rilis pers yang disebarkan pihak kepolisian Miami-Dade, mereka telah menangkap 27 suporter pelaku kerusuhan dan 55 penonton tak bertiket.
Kepala kepolisian Miami-Dade, Daniella Levine-Cava, juga menunjuk CONMEBOL sebagai yang bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut.
Namun, dalam pernyataan resmi di situs CONMEBOL yang dirilis beberapa jam setelah kerusuhan, federasi sepak bola Amerika Selatan itu menolak tudahan tersebut.