Awal Januari tahun ini, Arsenal sempat menjalani latihan selama satu pekan ke Dubai. Tur tengah musim itu digelar guna menyiasati jeda musim dingin.
Emile Smith Rowe masuk dalam rombongan tersebut dan di sela-sela pemusatan latihan, Mikel Arteta masih sempat mengupayakan sang gelandang untuk bisa kembali ke performa terbaiknya.
“Kami menyadari ia punya kualitas dan kami bangga memilikinya di dalam tim. Kami terus berupaya memberikannya menit bermain,” ujar Arteta kala itu.
Hanya saja, skenario itu tak kunjung terealisasi. Padahal, jeda pra-musim ke Dubai tersebut benar-benar berdampak positif. Begitu liga kembali bergulir pada 20 Januari, Arsenal sempat mendulang delapan kemenangan beruntun dengan torehan 32 gol (rata-rata tiga gol per laga).
Namun, dari delapan kemenangan beruntun tersebut, Smith Rowe cuma satu kali menjadi starter dan dua kali sebagai pemain pengganti.
Delapan kemenangan beruntun itu akhirnya terhenti saat The Gunners bermain imbang 0-0 kontra tuan rumah Manchester City. Sepekan setelahnya, barulah Smith Rowe, meski tak menyumbang gol atau assist, terpilih sebagai pemain terbaik laga kala menang 2-0 atas tim tamu, Luton Town (4 April). Itulah kali terakhir Smith Rowe tampil bagus.
Kini, Smith Rowe telah resmi diboyong Fulham dengan harga 31,8 juta euro, Jumat (2/8). Dengan begitu, tuntas sudah perjalanan karier Smith Rowe di tim yang dibelanya sejak dirinya masih berusia 10 tahun.
Lantas, mengapa Arsenal akhirnya rela melepas salah satu jebolan terbaik akademi mereka tersebut? Yang utama adalah masalah cedera.
Awalnya, Smith Rowe mulai menggebrak masuk ke skuat utama Arsenal pada musim 2018/19. Kala itu, usianya belum genap 18 tahun. Namun, ia sempat dipinjamkan ke RB Leipzig dan Huddersfield Town, sebelum akhirnya kembali ke Emirates Stadium jelang bergulirnya musim 2020/21.
Pada musim tersebut, ia kembali unjuk gigi lewat kontribusi 11 gol (4 gol + 7 assist) dan berlanjut ke musim berikutnya 2021/22 dengan kontribusi 13 gol (10 gol + 3 assist).
Namun, di dua musim terakhir (2022/23 dan 2023/24), performanya menurun drastis lantaran dirinya lebih sering absen karena faktor cedera. Menurut data dari Transfermarkt, ada 31 laga yang dilalui Arsenal tanpa kehadiran Smith Rowe di dua musim tersebut.
Bahkan, jika ditotal, Smith Rowe melewatkan 137 laga karena cedera selama membela Meriam London. Jumlah itu masih lebih banyak dibanding total penampilannya, yakni cuma 115 kali.
Berhubung usia Smith Rowe juga baru menginjak 24 tahun, harga jualnya di pasaran juga masih terbilang tinggi dan Arsenal tetap mendapat keuntungan secara finansial.
Sebagai gambaran, nilai jual 31,8 juta euro Smith Rowe ke Fulham, merupakan nilai jual tertinggi kelima sepanjang sejarah penjualan Arsenal.
Harga jual Smith Rowe cuma kalah dari Alex Oxlade-Chamberlain (38 juta ke Liverpool/2017), Nicolas Anelka (35 juta ke Madrid/1999), Alexis Sanchez (34 juta ke Man. United/2017) dan Cesc Fabregas (34 juta ke Barcelona/2011).
Selain itu, harga jual Smith Rowe masih lebih mahal dibanding Robin van Persie (30,7 juta ke Man. United/2012), Alex Iwobi (30,4 juta ke Everton/2019), Samir Nasri (27,5 juta ke Manchester City/2011), Thierry Henry (24 juta ke Barcelona/2007) atau Theo Walcott (22 juta ke Everton/2017).
View this post on Instagram