Jose Mourinho pernah menggambarkan dirinya dengan tiga kata. Salah satunya adalah jujur. Fenerbahce segera merasakannya begitu gagal masuk ke fase grup Liga Champion setelah diempaskan Lille pada Selasa (13/8) di babak kualifikasi ketiga.
Mourinho mengundang perhatian saat baru seumur jagung menukangi Fenerbahce. Pada pekan pembukaan Liga Turki, ia sudah mendapatkan kartu kuning. Padahal laga baru berlangsung 20 menit.
Beberapa hari berselang, Fener mesti menerima kenyataan batal berlaga di fase grup Liga Champion meski jumlah partisipan menjadi 36 klub per musim ini. Lille bisa mengatasi tekanan sebagai tim tandang di leg 2 kualifikasi ketiga ini.
Fenerbahce mencetak gol di menit pertama injury time dari gol bunuh diri Bafode Diakite. Gol ini membawa agregat menjadi 2-2 sehingga mesti melewati waktu ekstra. Jonathan David memberikan mimpi buruk buat Fener dengan penaltinya pada menit ke-118.
Sorotan segera mengarah kepada Mourinho. Mantan bos Chelsea itu mendapatkan gaji tahunan 11 juta euro dari Fener. Klub Istanbul itu mengincar gelar liga pertama sejak 2014.
Kegagalan di Liga Champion praktis menjadi tekanan awal bagi pria Portugis ini. Namun, Mou malah blakblakan menyatakan bahwa kemampuan klub barunya ini memang lebih cocok turun di kasta kedua, bukan Liga Champion.
“Saya berpengalaman dan cukup realistis untuk bilang bahwa kami bakal tidak memiliki peluang untuk melaju ke fase selanjutnya di Liga Champion. Di Liga Europa, kami akan memiliki peluang karena kami akan menghadapi tim-tim di level kami. Liga Europa lebih sesuai dengan level kami,” ucap Mou dikutip ESPN.
Pelatih yang pernah membawa Porto dan Inter Milan kampiun Liga Champion ini sadar bahwa tekanan tidak akan berlalu begitu saja. Kegagalan melaju ke ronde berikutnya berarti kehilangan potensi pemasukan.
“Kami memang merugi secara finansial karena Liga Champion merupakan pendorong penting bagi klub dan kami kehilangan kesempatan menghadapi tim-tim terbesar di dunia. Namun, kami takkan pernah memenangi Liga Champion atau tampil di final. Kami bisa mengalahkan satu atau dua tim besar. Kami bisa mencapai yang lebih tinggi di Liga Europa,” lanjut pria Portugal itu.
Ya, jangan lepaskan perhatian sepenuhnya dari Mou dan Fener-nya di Eropa. Si Burung Kenari berpeluang berbicara banyak di Liga Europa. Faktor Mourinho bisa menjadi besar di dalam kemungkinan itu.
Mourinho membawa klub sebelumnya, AS Roma, berjaya di Liga Europa Conference 2021-22. Akan tetapi, Mou mengalami kekalahan pertama di final antarklub Eropa dua musim lalu saat Roma kalah di laga puncak Liga Europa 2022-23 di tangan Sevilla. Jangan kaget kalau Fenerbahce bisa melangkah jauh di Liga Europa.
View this post on Instagram
Namun, Mou menyebut kesuksesan timnya akan tergantung kondisi tertentu. “Kami bisa mencapai sesuatu di Liga Europa hanya ‘jika’. Saya tak bisa berbicara lebih banyak dari ‘jika’ itu. Kalau lebih, saya akan mendapatkan masalah,” ucapnya.
Akan tetapi, akhirnya ia memberikan petunjuk. “Kalau Anda ingin tahu soal ‘jika’, saya undang Anda menonton Roma-Sevilla di final Liga Europa 2022-23. Anda akan memahami ‘jika’ itu,” tuturnya. Usai final, Mou melabrak wasit Anthony Taylor di areal parkir dalam stadion.