Partai Leicester versus Tottenham menutup pekan pembukaan Premier League musim ini. Jamie Vardy menyita atensi dengan gol dan tingkah polahnya di laga pada Senin (19/8).
Terdapat beberapa segmen cerita dari laga di King Power Stadium ini. Salah satunya tentu soal Raja Leicester, Vardy.
Harapan Solanke
Soal ujung tombak, Tottenham kehilangan sosok Harry Kane. Dominic Solanke diboyong dari Bournemouth pada musim panas ini untuk menggantikan Kane.
Ongkos transfer Solanke tidak mungil, 65 juta pound. Namun, eks pemain Chelsea itu belum bisa membuka rekening golnya saat debut untuk The Lilywhites.
Porro Buka
Tottenham dapat menguasai permainan di King Power Stadium. Spurs menorehkan 71 persen penguasaan bola, 73 persen khusus di babak pertama.
Di paruh pembuka itu, skuad asuhan Ange Postecoglou itu menghasilkan 10 percobaan, 4 di antaranya mengarah ke gawang. Salah satunya saat Solanke menyia-nyiakan peluang dengan sundulan lemah di depan gawang
Kesempatan lainnya berupa kans Rodrigo Bentacur yang disapu Wilfred Ndidi di depan gawang. Sebuah lagi berbuah gol, yakni melalui Pedro Porro yang menyontek bola umpan matang eks pemain The Foxes, James Maddison (29′).
Legenda Vardy
Vardy menjadi kejutan saat ditampilkan sejak awal oleh pelatih Steve Cooper. Sang penyerang sudah berusia 37 tahun dan tampil dengan menit bermain rendah saat pramusim. Kejutan yang menghasilkan kejutan lain.
Vardy, bagian dari skuad peraih Premier League delapan tahun lalu, mengagetkan Spurs. Pada menit ke-57, ia memanfaatkan kelengahan pertahanan Tottenham untuk menyundul masuk dari jarak dekat umpan Abdul Issahaku Fatawu.
Si penyerang gaek bahkan hampir menambah pundi-pundi golnya beberapa menit berselang, jika aksinya meneruskan operan Facundo Buenanotte tidak ditahan secara gemilang oleh Guglielmo Vicario. Kiper Spurs itu juga dapat menangkal sundulan Ndidi di bagian akhir duel untuk mempertahankan skor 1-1.
Gol itu merupakan gol ke-137 Vardy di Premier League. Yang memperkuat ungkapan tua-tua keladi, Vardy telah mengukir 104 liga setelah usianya memasuki kepala tiga.
“Tiga hari lalu tidak ada penyerang berpengalaman yang tersedia. Ia hanya memperlihatkan hasrat bermain yang sedemikian tinggi. Ia melakukan kemahirannya. Kami tahu bahwa jika bisa mengirimkan bola ke kotak, ada pemain yang dapat menemukan ruang. Ia cedera sebulan lalu, hanya sekali berlatih, tampil dan mencetak gol,” puji Cooper dikutip BBC.
“Saya akan membayangkan Vardy sebagai pemain terbesar Leicester sepanjang masa. Ia merupakan pesepak bola istimewa,” ucap Jamie Carragher, eks bek Liverpool yang kini berprofesi sebagai komentator sepak bola.
Ange Kecewa, Foxes Oke
Spurs menyikapi hasil ini dengan kemasygulan. Klub London Utara itu hanya dua kali menang dari delapan partai liga terakhir mereka.
“Hasil yang mengecewakan buat kami. Kami tampil luar biasa di babak pertama dan mengendalikan permainan. Kami membuat peluang dan tak cukup ganas. Kami berkali-kali menyia-nyiakan peluang, membuat keputusan buruk di kali lainnya, dan kurang tangguh. Hal-hal itu yang perlu kami perbaiki. Saat sedemikian dominan, kami perlu memastikan terlihat di skor akhir,” tutur Postecoglou.
Bagi Leicester, satu poin tidaklah buruk kendati tampil di rumah. Seperti kebanyakan tim promosi, The Foxes akan mengincar tetap di liga. Apalagi, Cooper mengemban tugas yang tidak ringan, yakni menggantikan Enzo Maresca yang memilih menerima pinangan Chelsea.
Vardy 1, Spurs 0
Pemandangan yang juga menarik perhatian adalah ketika Vardy ditarik keluar pada menit ke-79. Saat berjalan ke luar lapangan, pemain asal Sheffield itu sempat-sempatnya mengolok-olok lawan.
Vardy menunjuk ke emblem Premier League dilanjutkan dengan memperlihatkan angka 1 ke arah tribun pendukung Tottenham. Lalu, ia menunjuk para fan Spurs, kemudian membuat angka 0. Sangat mungkin Vardy hendak menunjukkan perbandingan jumlah gelar Premier League.
View this post on Instagram