Belum kering keringat di baju Gloria Emanuelle Widjaja kala pemain ganda campuran Indonesia beranjak ke Mixed Zone pada hari kedua ajang BDMNTN-XL di Istora Senayan, Jumat (1/11).
Ia didampingi dengan Selena Piek, pemain ganda campuran asal Belanda yang beberapa bulan lalu sempat memutuskan gantung raket. Belakangan, Piek merevisi keputusannya tersebut. Ia hijrah ke sektor ganda putri dan berencana mengikuti beberapa turnamen lagi hingga awal tahun depan.
Di ajang BDMNTN-XL, Gloria bertandem dengan Piek. Mereka memperkuat tim Hurricanes dan sukses mengantar tim tersebut hingga ke final. Padahal, Gloria dan Piek sejatinya merupakan rival di ajang-ajang resmi BWF.
Menurut data head-to-head Tournamentsoftware BWF, Gloria (berpasangan Dejan Ferdinansyah) sudah empat kali berhadapan dengan Piek (berpasangan dengan Robin Tabeling.
Dari empat pertemuan tersebut, Gloria/Dejan menang tiga kali, sedangkan Piek/Robin menang sekali. Pertemuan terakhir berlangsung di ajang German Open 2024 pada akhir Februari silam.
Namun, benih-benih persaingan itu luntur dengan sendirinya begitu Gloria dan Piek dipasangkan di BDMNTN-XL. Keduanya bahkan tampak menjadi pasangan gado-gado yang paling kompak dan “mesra” baik di dalam maupun di luar lapangan.
“Tak sulit untuk bisa cepat beradaptasi dengan gaya permainan Gloria. Faktanya, saya cukup senang berpasangan dengannya. Gloria bahkan sempat mentraktir deesert (hidangan penutup) untuk tim. Itu makanya kami bisa menang tadi,” ujar Piek setelah mengalahkan tim Lighting yang diperkuat Victor Axelsen, Jumat (1/11).
Soal komunikasi di lapangan juga bisa langsung nyambung?
“Ya hanya beda kebiasaan saja. Pemain-pemain eropa punya tipikal lebih banyak mengingatkan kalau di lapangan. Saya senang-senang aja berpasangan dengannya. Kami langsung akrab,” timpal Gloria sambil tertawa.
Bukti dari keakraban tersebut, keduanya tak keberatan ketika Jebreeetmedia meminta mereka untuk berpose dengan membentuk love sign.
*Tak merasa gendong ibu anak satu
Hal serupa juga dirasakan Greysia Polii yang berpasangan dengan pemain asal India, Ashwini Ponnappa. Di ajang BDMNTN-XL, keduanya berduet untuk tim Lightning.
Gresya yang sebelum berpasangan dengan Apriani Rahayu berduet dengan Nitya Krishinda Maheswari, sudah sempat tiga kali berlawanan dengan Ponnappa yang kala itu berpasangan dengan Jwala Gutta.
Duet Greysia/Nitya menang dua kali dan kalah sekali dari Ponnappa/Gutta. Setelah era tersebut, Greysia dan Ponnappa mulai dekat. Itu pula mengapa mereka bisa begitu kompak di tim Lightning.
Di fase grup, duet Greysia/Ponnappa sempat mengalahkan duet tim Blitzers yang menurunkan Alexandar Boje (Denmark) dan Toh Ee Wei (Malaysia). Ditemui Jebreeetmedia di Mixed Zone usai laga tersebut, keduanya pun saling berbagi pujian.
“Permainan Greysia masih luar biasa terutama jika berkaca pada kondisinya belakangan ini yang sudah tak aktif lagi bermain dan sudah menjadi ibu beranak satu. Tapi, ia masih ulet mengejar bola. Pukulannya juga belum hilang. Saya merasa tak menggendongnya di lapangan,” ujar Ponnappa.
“Saya bersyukur bisa dipasangkan dengan Ponnappa karena kami cukup akrab. Jadi, tak perlu banyak adaptasi di lapangan. Saya juga bersyukur karena masih diberi kesempatan ikut serta di ajang ini walaupun jujur malam sebelum bertanding, saya sempat kurang tidur karena memikirkan besok gimana,” timpal Greysia.
“Tenang, permainanmu masih keren kok. Saya cuma sedikit khawatir karena Greysia terus memaksa mengejar bola. Luar biasa,” sambung Ponnappa.
*Mimpi Lee Yong Dae ke Hendra Setiawan
Sosok lain yang mengaku bersyukur dengan format pasangan gado-gado di ajang BDMNTN-XL ini adalah pemain spesiaslis ganda asal Korea Selatan, Lee Yong Dae.
Pasalnya, Lee Yong Dae akhirnya berkesempatan mewujudkan mimpinya untuk berada satu lapangan dengan rival sekaligus pemain idolanya, Hendra Setiawan. Keduanya tergabung di tim Rockets.
“Kalau sebelum-sebelumnya, saya sudah beberapa kali bertemu Hendra sebagai lawan di lapangan. Tapi, baru kali ini bisa satu tim. Tentu saja senang rasanya,” ujar Lee Yong Dae.
Keduanya memang tak dipasangkan untuk tampil di partai ganda putra, namun lebih dikhususkan untuk bahu membahu di partai 3vs3.
Sebagai gambaran, partai 3vs3 merupakan format baru yang menjadi jualan utama di BDMNTN-XL. Bobot poin partai ini (3 poin) juga lebih besar dibanding partai-partai lain seperti tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, dan ganda putri.
Terbukti, partai 3vs3 memang menyisakan pengalaman menarik tersendiri, baik bagi pemain maupun penonton. Hal itu karena jalannya laga lebih banyak menyuguhkan bola-bola adu drive dalam tempo yang cepat.
Beberapa pemain bahkan setuju jika BWF mengkaji ulang partai 3vs3 ini agar bisa resmi dipertandingkan di masa mendatang.
===
View this post on Instagram