Pep Guardiola mengalami masa terburuknya saat menjadi manajer. Kekalahan Man. City racikannya di Amex Stadium pada Sabtu (9/11) menjadi yang keempat secara beruntun.
Deret empat kekalahan konsekutif itu menjadi yang pertama dialami The Cityzens sejak 2006. Buat Pep, empat kekalahan berturut-turut dalam 90 menit permainan itu juga merupakan yang pertama kali dalam kariernya. Ia pernah mengalami empat kekalahan beruntun saat melatih Bayern Munchen pada 2014-15, tapi salah satunya lewat adu penalti.
Babak Buruk di Amex
Bagaimanapun, tiga kekalahan beruntun sebelum lawatan ke Amex Stadium menjadi lampu kuning buat performa Cityzens. Upaya City memutus deret itu berbuah dominasi di paruh pertama dengan 67% penguasaan bola diikuti lima tembakan ke gawang sementara Brighton nol. Gol pembuka Cityzens lalu hadir melalui Erling Haaland (23′).
Namun, Brighton memberikan mimpi buruk buat tamunya di babak kedua. Pemain pengganti, Joao Pedro, menyamakan kedudukan melalui sebuah kemelut (78′). Lima menit berselang, Matt O’Riley, yang cedera setelah pindah dari Celtic, bisa mencecar lubang pertahanan Manchester Biru untuk catatan jeblok sang tamu.
Turun Depan Belakang
Krisis boleh jadi diperkuat oleh grafik City sedang menukik di dua sisi. Ya, sang jawara sedang melemah di depan maupun belakang.
Rata-rata gol City merosot, dari 2,53 gol per laga musim lalu menjadi 2,0 musim ini. Penurunan terasa pada penyelesaian akhir, karena jumlah tembakan per gim justru meningkat, dari 18,5 menjadi 19,6 musim ini. Penyelesaian peluang bagus menukik pula, dari 38% menjadi 29,8%.
Masalah Cityzens bukan cuma di depan. Rataan kebobolan meningkat, dari 0,92 gol per gim musim silam menjadi 1,17 gol musim ini.
View this post on Instagram
Kanan Rentan
City cenderung ditekan di sisi kanan pertahanan mereka. Rata-rata 38,7% serangan lawan Citeh dilesatkan di sana, berbanding 36% di kiri pertahanan.
Khusus saat melawat ke Amex Stadium, Brighton membuat Kyle Walker kerepotan. Kaoru Mitoma memaksa bek berusia 34 tahun itu bekerja keras. Gelandang serang Jepang itu mencatat enam sentuhan di kotak penalti City dan 13 operan di sepertiga lapangan depan, keduanya terbanyak di antara para pemain BHA. Joao Pedro yang masuk menggantikan Mitoma pun memberikan tekanan besar buat Walker.
Giliran Lain
Guardiola melepaskan lagi keinginan untuk kembali ke jalur kemenangan. “Empat beruntun. Kami harus cepat berubah, berusaha menang lagi. Jadwal mengetat, tapi memenanginya akan terjadi saat para pemain kembali,” ucap Pep usai tandang ke Brighton seperti dikutip BBC.
Kelanjutan komentarnya yang rada menggelitik. “Mungkin setelah memenangi enam gelar dalam tujuh tahun, mungkin tim lain layak meraihnya,” tuturnya.
Pelajaran Arsenal dan Chelsea
Apakah Pep Guardiola menyerah? Para pendukung Liverpool, yang saat ini lagi memimpin dengan margin lima poin, rasanya cukup tahu untuk tidak memercayai ujaran orang Spanyol itu. Pelajaran bisa ditarik dari dua klub London dalam empat tahun terakhir.
Dalam empat gelar beruntun di empat tahun terakhir, dua kali City mesti melewati status sebagai pengejar. Klub-klub yang diudak ternyata tidak cukup tangguh.
Dua musim lalu, Arsenal unggul empat poin setelah 10 pertandingan. Di akhir musim, City surplus lima poin dari The Gunners. Pada 2020-21, Chelsea memimpin tiga poin dari 11 pekan pertama. Cityzens melaju menang 12 kali beruntun dan sudah unggul 13 poin dari The Blues pada akhir Januari.
View this post on Instagram
Menarik Berat Juga
Cedera pemain tak ayal lumayan menurunkan kekuatan Cityzens. Rodri disebut sebagai kehilangan terburuk, tapi City juga melihat Ruben Dias, John Stones, Jeremy Doku, dan Jack Grealish serta Oscar Bobb di daftar cedera.
Ketidakjelasan situasi kontrak Guardiola ditengarai juga memengaruhi tim. Spekulasi bahwa musim ini adalah yang terakhir Guardiola di Etihad Stadium terus berkembang.
Akan menarik menanti bagaimana Guardiola mengangkat moral pasukannya. Di sisi lain, jadwal City selepas jeda internasional minggu depan terbilang berat. Citeh akan menghadapi Tottenham, Liverpool, Nottingham Forest, Man. United, dan Aston Villa sebelum Natal.
Hanya, sekali lagi, kombinasi Pep dan City mesti diikuti sampai akhir musim, tidak bisa dilihat hanya setengah musim awal.