Berkat torehan dua gol dan satu assistnya ke gawang Bodo/Glimt dalam lanjutan ajang Liga Europa, Jumat (29/11), striker Manchester United, Rasmus Hojlund, layak didaulat sebagai pemain terbaik laga (Man of the Match).
Striker berdarah Denmark itu bahkan tampak begitu emosional kala merayakan kedua golnya tersebut. Peragai itu bisa dipahami, terutama jika mengingat koleksi gol sang bomber yang terbilang seret sejak awal musim.
Pasalnya, dari 13 penampilan sebelum bersua Bodo/Glimt, Hojlund baru mampu mengoleksi dua gol. Rinciannya, satu gol ke gawang Porto dan satu gol lagi ke gawang Brentford.
Jika dikalkulasi, Hojlund berarti cuma mencatatkan 0,15 gol tiap kali merumput. Angkat itu sangat buruk untuk seorang yang menyandang predikat sebagai bomber utama United.
Beruntung bagi sang striker, puasa golnya berakhir lewat torehan dua gol ke gawang Bodo/Glimt. Dalam sesi wawancara usai laga, Hojlund mengakui bahwa kontribusinya tersebut bisa lahir lantaran strategi yang diterapkan sang pelatih, Ruben Amorim, khususnya dalam menurunkan formasi 3-4-3.
Hojlund benar-benar diplot sebagai ujung tombak. Ditambah dengan keberadaan dua winger di sebelahnya, Hojlund tak perlu repot-repot menjemput atau mengejar bola.
Sebaliknya, ia justru diinstruksikan Amorim untuk fokus menjadi target-man dan melepaskan diri dari penjagaan bek lawan.
Peran itu benar-benar dijalankannya. Buktinya, dari 11 pemain starter yang diturunkan Amorim, Hojlund menjadi pemain United yang paling sedikit menguasai bola di sepanjang laga.
Catatan itu tergambar dari data statistik versi Whoscored. Jika dipersentase, Hojlund cuma kebagian 1,3% dari total aliran bola selama 90 menit. Bandingkan dengan tiga rekannya yang menempati posisi tiga besar di daftar tersebut, yakni Noussair Mazraoui (19,8%), Matthijs de Ligt (9%), dan Bruno Fernandes (7,6%).
Meski si kulit bundar tak pernah lama-lama singgah di kakinya, Hojlund toh tetap mampu mengemas dua gol.
“Sistem ini mengingatkan bagaimana saya bermain dengan formasi 3-4-3 di Atalanta, sangat cocok dengan gaya permainan saya,” ujar Hojlund dilansir Sky Sports.
“Pelatih juga meminta saya untuk tidak terlalu mengkhawatirkan pemain di belakang saya dan lebih fokus ke apa yang di depan saya. Anda bisa meyaksikannya lewat proses pertama kami,” lanjutnya.
Hal serupa juga dilontarkan Amorim. Makin sering skema ini dipakai, sang pelatih meyakini bahwa Hojlund bakal makin produktif.
“Saya kira, ia bisa tampil bagus di laga ini karena sebelum-sebelumnya, ia justru terlalu banyak melakukan sentuhan ketika menguasai bola. Dengan begini, ia bisa lebih meningkatkan koneksinya dengan pemain lain,” ujar Amorim.