Laga Bayer Leverkusen menjamu Inter Milan di ajang Liga Champions, Rabu (11/12), berlangsung sengit. Tuan rumah tak cuma mendominasi laga lewat keunggulan persentase penguasaan bola 61% berbanding 39%, tapi juga mengkreasi peluang lebih banyak.
Jumlah tembakan Leverkusen (17 kali) hampir tiga kali lipat dari milik Inter (6 kali). Dari 17 kesempatan tersebut, ada enam tembakan on-target yang dilepaskan Florian Wirtz dkk. Empat di antaranya gagal berbuah gol karena diredam kiper Yann Sommer. Sebaliknya, dari enam peluang Inter, tak satupun yang on-target.
Namun, penampilan positif itu tak lantas berbuah mulus. Tuan rumah harus menunggu 90 menit sebelum akhirnya gol yang mereka dambakan tercipta.
Sebuah kemelut di depan gawang Inter berhasil dioptimalkan Nordi Mukiele, setelah beberapa detik sebelumnya, sepakan saltonya tak persis mengenai bola.
Publik BayArena akhirnya bisa pulang dengan sumringah berkat kemenangan 1-0 tim. Apalagi, raihan tiga poin dari Inter membuat Leverkusen (13 poin) menempati peringkat dua klasemen di bawah Liverpool (18 poin).
Di sisi lain, Inter sebenarnya juga sudah mengoleksi 13 poin. Namun, mereka (+6 gol) kalah agregat gol dari Leverkusen (+7) dan Aston Villa (+6) yang naik ke peringkat tiga berkat kemenangan 3-2 di markas RB Leipzig.
Dilansir dari berbagai sumber, ada beberapa hal yang patut disesali Inter dari kekalahan versus Leverkusen. Yang pertama, ini merupakan kekalahan pertama mereka di Liga Champions musim ini.
Di lima laga sebelumnya, Nerrazzuri sempat menang dari RB Leipzig (1-0), Arsenal (1-0), Young Boys (1-0), Crvena Zvezda (4-0), dan menahan imbang Manchester City 0-0 di Etihad Stadiun pada laga perdana.
Lalu yang kedua, kekalahan ini juga menodai gawang Inter yang untuk pertama kalinya kebobolan di Liga Champions. Pada lima laga terdahulu, Sommer tak pernah memungut bola dari gawangnya sendiri.
Fakto absennya beberapa pilar lini belakang dini hari sepertinya turut mempengaruhi. Inter tampil tanpa Denzel Dumfries, Benjamin Pavard, dan Francesco Acerbi.
Pelatih Inter, Simone Inzaghi, mengakui bahwa timnya tampil kurang baik sehingga membiarkan Leverkusen menguasai jalannya pertandingan.
“Jelas, ini tak termasuk salah satu laga terbaik. Kami menghadapi lawan berkualitas. Mereka sudah dapat peluang mengenai mistar di 15 menit awal dan setelah itu mendominasi laga, bahkan terlalu mendominasi,” ujar Inzaghi dilansir Sky Sports.
Sang pelatih sebenarnya berharap para pemainnya bisa memberikan perlawanan.
“Serangan kami kurang berkualias di 1/3 akhir lapangan, padahal, itu merupakan salah satu kekuatan kami. Jelas kecewa kalah seperti ini, terutama rekor tak terkalahkan kami akhirnya terhenti. Tapi, ini tak merusak reputasi kami di empat bulan terakhir,” tutup Inzaghi.
Di sisi lain, pelatih Leverkusen, Xabi Alonso, merasa puas dengan kemenangan ini serta penampilan anak-anak asuhnya.
“Saya merasa para penggemar kami berharap hasil yang bagus dan kami berhasil mewujudkannya,” ujar gelandang legendaris Spanyol tersebut.
View this post on Instagram