Berkat kemenangan 3-0 kala menjamu Nottingham Forest pada pekan ke-14 Premier League 2024/25 (5 Desember), publik mengira bahwa Manchester City sudah bisa bangkit dari keterpurukan. Sebelum kemenangan itu, The Citizens melalui tujuh laga di semua ajang tanpa pernah sekalipun meraih tiga poin.
Namun, apa yang diharapkan publik Etihad nyatanya semu. Kurang dari tiga hari setelah menjamu Forest, Erling Haaland dkk. kembali ke setelan awal. Mereka cuma bisa bermain imbang 2-2 kontra Crystal Palace.
Hasil yang lebih buruk justru terjadi setelahnya. City takluk 0-2 dari Juventus dan lanjut kena comeback 1-2 dari rival sekota, Manchester United di laga teranyar.
“Belakangan ini, kami merasa setiap kali lawan menyerang, kami berada dalam bahaya. Mereka mencetak gol dari proses transisi dan kami harus mengejar 50, 60 meter ke pertahanan. Kami bukan dibentuk untuk seperti ini. Segalanya tak berjalan baik,” ujar Ilkay Gundogan setelah laga Juventus.
Gelandang Jerman itu merujuk ke gol kedua Juventus – sekaligus gol penentu kemenangan – yang dicetak Weston mcKennie (menit 75’).
Berawal dari kehilangan bola Jeremy Doku, Juventus mengkreasi serangan balik hanya dengan tiga operan di lini tengah. McKennie bisa mencetak gol lantaran Gundogan tak mengejar balik gelandang Amerika Serikat tersebut.
Hal serupa juga terjadi saat takluk dari United. Umpan back-pass yang tidak akurat dari Matheus Nunes, memaksa pemain Portugal itu melanggar Amed Diallo di kotak penalti. Hadiah titik putih untuk United mampu dioptimalkan dengan baik oleh Bruno Fernandes. (88’).
Selang dua menit kemudian, barisan pertahanan City juga lengah mengantisipasi umpan panjang Lisandro Martinez yang berujung gol kemenangan lewat kontrol sempurna Diallo (90’).
Komentar Phil Foden usai laga jadi yang paling viral. “Di akhir-akhir laga, kami bermain seperti U-15,” ujar Foden.
Tak bisa dipungkiri, hasil-hasil buruk yang diraih City belakangan ini mengantar mereka ke performa terburuk di era kepelatihan Pep Guardiola.
Jika ditotal, kemenangan atas Forest berarti menjadi satu-satunya kemenangan skuat Manchester Biru di 11 pertandingan terakhir. Sisa 10 laga lainnya berujung dengan dua hasil imbang dan delapan kekalahan!
Rangkaian hasil buruk tersebut membuat rasio kekalahan City musim ini sudah mencapai 32%. Sebagai perbandingan, rasio kekalahan City era Guardiola di musim-musim sebelumnya, tak pernah lebih dari 20%.
Banyak yang bilang bahwa performa buruk City karena cedera panjang yang menimpa gelandang andalan mereka, Rodri. Anggapan itu ada benarnya.
Tapi, lini belakang juga bermasalah. Dari 25 laga (semua ajang) yang telah dijalani City musim ini, mereka sudah kebobolan 42 gol. Jumlah kebobolan itu bahkan sudah sama dengan jumlah kebobolan mereka di sepanjang musim 2020/21.
Menurut data transfermarkt, City kebobolan rata-rata 1,68 gol musim ini. Selama dipegang Guardiola di delapan musim sebelumnya, cuma dua kali City mencatatkan rata-rata kebobolan lebih dari satu gol di setiap laganya, yakni 1,07 gol di musim 2016/17 dan 1,12 gol musim lalu.
Khusus di kancah liga, City sudah kebobolan 23 gol sejak bulan November. Jumlah itu menempatkan mereka sebagai tim peringkat lima besar dengan jumlah kebobolan terbanyak di antara lima liga top Eropa.
View this post on Instagram
Masih ada tiga pertandingan lagi yang bakal dihadapi sebelum pergantian tahun, yakni dua laga tandang ke Aston Villa (21/12) dan Leicester (29/12), serta laga kandang menjamu Everton di Boxing Day.
Guardiola harus mampu mengoptimalkan tiga laga sisa tersebut jika ingin mental para pemainnya bangkit kembali setelah pergantian tahun.
View this post on Instagram