Usai memenangi derbi Manchester lawan Man. City pekan lalu (2-1), Manchester United harusnya tak khawatir kala kedatangan Bournemouth, Minggu (22/12). Namun, takdir berkata lain.
Setan Merah justru dibantai 0-3 lewat gol-gol Dean Huijsen (menit 29’), Justin Kluivert (61’), dan Antoine Semenyo (63’).
Kekalahan ini bahkan mengulang hasil buruk serupa yang dirasakan publik Old Trafford musim lalu. Kala itu, United juga dibantai tiga gol tanpa balas oleh Bournemouth lewat gol Dominic Solanke, Phillip Billing, dan Marcos Senesi.
Menurut Opta, Bournemouth menjadi tim kedua yang mampu menang 3+ gol di kandang United dalam dua musim beruntun setelah Burnley di musim 1961 (4-1) dan musim 1962 (5-2).
Berikut ini merupakan serba-serbi menarik lainnya dari kekalahan 0-3 United.
*Makin sering kebobolan lebih dulu
Ada kebiasaan buruk baru yang mungkin membuat penggemar United kerap senewen di musim ini, yakni kebiasaan tim kesayangan mereka kecolongan di awal-awal laga.
Menurut Flashscore, gol pembuka Bournemouth yang dicetak Huijsen membuat United harus kebobolan lebih dulu di enam laga terakhir secara beruntun.
Terbukti dari enam kesempatan tersebut, United cuma dua kali selamat dan bisa menang, yakni kala menang 2-1 atas City pekan lalu, serta kala menang comeback 1-2 atas wakil Rumania, FC Viktoria Plzen, di ajang Liga Champions (13 Desember).
Sisanya, selain takluk 0-3 dari Bournemouth, United juga kalah setelah kebobolan lebih dulu dari Tottenham Hotspur (3-4), Nottingham Forest (2-3), Arsenal (0-2).
*Banyak kebobolan di kandang
Masih soal kebobolan. Keberhasilan Bournemouth mencetak tiga gol ke gawang Andre Onana, membuat United makin rentan kebobolan di kandang sendiri musim ini.
Menurut Opta, ini merupakan kali keempat United kebobolan 3+ gol di Old Trafford. Sebagai perbandingan, hanya satu tim yang menorehkan catatan lebih buruk dari United, yakni Southampton (5 kali kebobolan 3+ gol di kandang).
*Bola mati jadi mimpi buruk
Hal lain yang cukup mengkhawatirkan dari United adalah soal cara bertahan mereka dalam menghadapi bola-bola mati lawan. Gol pembuka Bournemouth jadi buktinya. Huijsen mampu meneruskan tendangan bebas Ryan Christie.
Gol tersebut merupakan gol bola mati ke-17 yang bersarang ke gawang United di sepanjang tahun 2024. Catat pula, itupun di luar gol penalti lawan.
Menurut Opta, catatan tersebut merupakan jumlah kebobolan terbanyak United dari situasi bola mati dalam kurun satu tahun kalender.
*Serba ngablang
United bukannya tanpa perlawanan menghadapi Bournemouth. Pelatih Ruben Amorim sudah berupaya melakukan penyesuain taktik kala timnya tertinggal 0-1 hingga menit ke-54.
Ia memasukkan dua pemain serang andalannya, yakni Rasmus Hojlund (menggantikan Joshua Zirkzee) dan Alejandri Garnacho (Manuel Ugarte).
Secara serangan, United memang makin agresif. Namun, tak satupun gol yang lahir. Sebaliknya, Bournemouth justru mampu menambah dua gol.
Menurut data statistik laga versi Flashscore, salah satu penyebab Bournemouth bisa menorehkan clean-sheets adalah karena tembakan-tembakan skuat Manchester Merah justru kerap ngablang.
Dari 23 tembakan yang dilepas Bruno Fernandes dkk. cuma tujuh yang on-target. Sisanya, 10 kali ngablang dan enam kali diblok lawan.
Sebaliknya, Bournemouth memang cuma bisa melepaskan 10 tembakan. Akan tetapi, lima di antaranya on-target dan tiga yang akhirnya berujung gol.
*Jelang Natal terburuk
Yang terakhir berkaitan dengan periode Natal. Pasalnya, kekalahan ini membuat United masih tercecer di peringkat ke-13. Menurut Squawka, ini merupakan kali pertama (sejak 1989), United berada di luar 10 besar di masa Natal.
Satu-satunya cara untuk mengobati hal tersebut adalah dengan menaklukkan Wolverhampton di Boxing Day selaku lawan terdekat yang bakal dihadapi United.
View this post on Instagram