AC Milan menghasilkan kemenangan dramatis untuk meraih Supercoppa Italiana. Di final pada Senin (6/1), I Rossoneri bangkit dari ketertinggalan dua gol dari Inter Milan.
Inter Milan melaju ke final usai menyingkirkan Atalanta. Milan mengempaskan Juventus di semifinal. Inter tampil dominan di separuh lebih sedikit dalam derbi Milano yang digelar di tempat netral, King Saud University Stadium, Riyadh, Arab Saudi ini. Sang juara bertahan Serie menuai kelengahan diri di babak kedua.
Favorit Memimpin
Inter Milan praktis lebih diunggulkan karena performa yang stabil di Serie A dan Liga Champion. Apalagi, I Nerazzurri memenangi perebutan trofi yang sama terakhir dua tahun lalu walau masih format dua tim.
Nerazzurri menunjukkan kelebihan dengan menguasai permainan babak pertama. Penguasaan bola Inter mencapai 55% dengan 2 shot on target. Milan hanya membuat 1 tembakan ke gawang.
Si Biru-Hitam hampir memimpin di menit ke-23. Namun, tembakan Federico Dimarco menggeber sodoran Mehdi Taremi bisa ditepis Mike Maignan.
Dominasi Inter akhirnya berbuah gol saat injury time paruh pertama memasuki menit pertama. Menerima operan Taremi di sisi kiri kotak penalti, Lautaro Martinez lalu mengecoh dua pemain sebelum menembakkan bola ke tiang dekat.
Taremi setelah Dumfries
Rossoneri kembali kebobolan dalam lanjutan gebrakan Inter sejak restart. Setelah Denzel Dumfries jadi pemain terbaik di semifinal dengan dua gol, Taremi memperbesar kans jadi yang terbaik di laga puncak.
Penyerang asal Iran itu meneruskan operan jarak jauh Stefan de Vrij dengan lesatan dan penempatan di pojok kiri gawang Milan. Inter unggul dua gol saat babak kedua baru berlangsung dua menit.
Diavolo Rosso Bangkit
Namun, Inter gagal mengantisipasi kengototan rival sekota mereka. Upaya Milan memperbaiki performa dengan mendatangkan Sergio Conceicao pada akhir tahun, menggantikan kompatriotnya Paulo Fonseca yang didepak, berbuah manis lagi setelah melibas Juve.
Theo Hernandez mencetak gol tendangan bebas menawan lima menit setelah gol kedua Inter. Tembakan bek Rossoneri itu bersarang di pojok kanan gawang Yann Sommer. Pada menit ke-62, sodokan Tijjani Reijnders menyusul tusukan dan sodoran Rafael Leao bisa diblok Alessandro Bastoni dengan kepalanya.
Inter memiliki peluang memperlebar jarak, tapi sundulan Carlos Augusto di menit ke-71 masih membentur tiang dan bisa diamankan Maignan. Kegagalan itu berlanjut dengan gol kedua Milan pada menit ke-80. Christian Pulisic menjejalkan operan Hernandez ke pojok kiri gawang Sommer untuk menyamakan skor.
Maignan memainkan peran penting saat menghadang tembakan Dumfries yang berdiri bebas pada menit ke-86. Respons Milan saat tiga menit injury time menjadi mematikan. Sodoran Pulisic ke kiri dalam kotak penalti dilanjutkan Leao dengan assist yang ditapak mudah oleh pemain pengganti, Tammy Abraham.
Trofi Perdana
Conceicao pantas mendapat pujian untuk keberhasilannya mengangkat kiprah Milan walau tertinggal dua gol. Eks sayap Lazio itu membuat beberapa pergantian krusial. Leao pada menit ke-50 dan Abraham pada menit ke-77 terbukti gemilang.
“Tim ini memiliki karakter. Mereka mampu memenangi laga menghadapi dua tim besar. Pelatih mesti membuat pergantian untuk mengubah beberapa hal. Untuk itulah mereka membayar saya,” kata Conceicao kepada Sport Mediaset seperti dikutip ESPN.
“Aspek positif adalah babak pertama dan kemudian unggul 2-0, tapi kemudian Inter berhenti bermain. Kami lalu tidak memiliki intensitas yang sama. Dalam laga seperti ini, tim mesti membayar mahal karenanya,” tutur kapten Inter, Lautaro Martinez.
View this post on Instagram