Kejutan lumayan gede terjadi pada matchday 7 fase liga Liga Champion. Feyenoord menggebuk juara lima kali, Bayern Munchen, dengan telak pada Rabu (22/1) di De Kuip. Bayern batal ke zona lolos otomatis.
Munchen berpeluang merangsek ke delapan besar jika bisa membawa pulang tiga angka dari Rotterdam. Akan tetapi, Feyenoord tak hanya menahan juara enam kali Liga Champion itu.
Beberapa hal perlu disimak dari aksi Feyenoord memukul raksasa dari Jerman itu.
Dua dari Gimenez
Santiago Gimenez menjadi guru pelajaran cara memanfaatkan peluang pertama yang disodorkan Feyenoord. Penyerang timnas Meksiko itu menuntaskan dahaga setelah gagal mengukir gol di dua laga sebelumnya.
Gimenez membuka skor (21′) usai menyeruak di antara Kim Min-jae dan Alphonso Davies untuk mencecar masuk meneruskan operan Gijs Smal. Pemain berusia 23 tahun itu menggandakan golnya dari titik putih di menit kesembilan injury time babak pertama. Wasit memberikan penalti setelah Konrad Laimer secara ceroboh menjatuhkan Calvin Stengs.
Dominasi dan Kurungan Tanpa Hasil
Pelatih Bayern, Vincent Kompany, boleh jadi mengutuk nasib jelek skuadnya. Selain dua gol Gimenez di paruh pertama, rencana permainannya berubah. Sesaat sebelum gol penalti lawan, Alphonso Davies mesti ditarik keluar akibat cedera.
Tertinggal dua gol, Kompany memasukkan Leroy Sane menggantikan Laimer saat turun minum. Serge Gnabry dan Aleksandar Pavlovic menyusul pada menit ke-62 masing-masing untuk menggantikan Kingsley Coman dan Min-jae.
Pada paruh kedua, Bayern mengulangi kiprah di babak pertama mengurung pertahanan Feyenoord. Di kedua babak, Die Roten menorehkan 80% penguasaan bola.
Hanya, pertahanan tuan rumah bahkan sedikit lebih keras kepala di babak kedua. Bayern melepaskan 14 tembakan, dua lebih sedikit daripada babak pertama. Kesamaan terletak pada catatan cuma 3 shot on goal di masing-masing babak. Ya, FC Hollywood hanya membuat 6 tembakan ke gawang dari total 30 percobaan.
Kayak Sniper
Hasil dari gedoran di lapangan Feyenoord buat Bayern nihil. Harry Kane cs. tidak berhasil membuat sebiji gol pun.
Feyenoord tercatat melepaskan tiga tembakan yang mengarah ke sasaran. Hasilnya adalah tiga gol bersarang di gawang Munchen yang dikawal kiper kawakan, Manuel Neuer.
Tuan rumah yang merupakan juara Piala Champion 1970 praktis menutup perlawanan di pengujung laga. Semenit sebelum waktu normal usai, Ayase Ueda, menggoreskan gol ketiga timnya. Dari jarak dekat, pemain pengganti itu menyelesaikan assist Antoni Milambo.
Belakang Tabah, Bijlow Tangguh
Mungkin terinspirasi oleh Arne Slot, mantan pelatih mereka, yang kini membawa Liverpool melangkah gagah di Eropa, Feyenoord tampil tabah. Yang agak beda, De Trots van Zuid bersedia tampil bertahan walau tampil di rumah. Feyenoord pun tidak terlalu menggembirakan di Eredivisie.
Secara keseluruhan di laga ini, lini belakang tuan rumah besutan Brian Priske tampil ulet untuk menangkal gempuran Bayern. Klub Rotterdam itu mengukir 58 sapuan, kontras banget dengan tamu yang hanya sekali. Feyenoord menghasilkan pula 9 intersepsi, sementara Munchen 3 serobotan.
Jika Gimenez menjadi bintang di lini depan, Justin Bijlow, berandil penting di laga ini. Kiper berusia 27 tahun itu membuat masing-masing tiga penyelamatan di setiap babak. Produk akademi Feyenoord ini membuat frustrasi lawan, dengan yang paten tercatat dua kali menahan tembakan Coman di babak pertama dan menepis sundulan Jamal Musiala di babak kedua.
Sorotan Kompany
Kemenangan gemilang ini membawa Feyenoord naik ke peringkat ke-11 dengan koleksi 13 poin seperti enam tim lain termasuk Bayer Leverkusen yang nangkring di posisi kedelapan. Kans De Stadionclub untuk lolos langsung ke perdelapan final cukup terbuka.
Kekalahan 0-3 ini menahan Bayern di zona play-off fase gugur. Jika saja menang, klub Bavaria itu akan berada di zona lolos otomatis ke 16 besar. Munich tercecer di peringkat ke-15 dengan selisih satu poin dari Feyenoord. Sorotan kepada Kompany pun semakin pekat, mengingat kiprah Bayern di Bundesliga juga tidak terlalu stabil walau masih berada di puncak klasemen.
View this post on Instagram