Laga AC Milan versus Inter Milan, Senin (3/2) memasuki masa injury time kala kedua bench tampak begitu gusar. Tim pelatih dan para pemain AC Milan begitu berharap 11 rekan mereka di lapangan bisa mempertahankan keunggulan satu gol yang dicetak Tijani Reijnders, sesaat sebelum turun minum.
Sebaliknya, kubu Inter begitu penasaran menanti gol penyeimbang. Penampakan itu bukan tanpa alasan. Inter terus mengurung pertahanan Milan di 10 menit terakhir.
Dalam kurun waktu tersebut, sempat lahir pula tiga peluang emas untuk Inter, yang mana dua di antaranya menerpa tiang gawang. Satu peluang lainnya dimentahkan Mike Maignan. Kiper Milan asal Prancis itu dengan sigap menutup ruang tembakan Denzel Dumfries di dalam kotak penalti.
Kegundahan makin tak karuan karena Milan sempat mendapat peluang emas dari serangan balik. Sayang, tembakan striker pengganti, Francesco Camada, masih melayang di atas gawang.
Sampai akhirnya gol yang dinanti-nanti Inter tiba. Sebuah bola umpan ke tiang jauh diteruskan dengan dada oleh Nicola Zalewski ke arah Stefan De Vrij yang tinggal meneruskan bola di mulut gawang.
Sontak, bench Inter berlarian ke arah bek asal Belanda tersebut untuk ikut selebrasi. Termasuk di antaranya pelatih Simone Inzaghi. Laga berakhir imbang 1-1.
“Perjuangan anak-anak sudah luar biasa. Mereka bertarung habis-habisan meski kami sedikit kurang beruntung. Ada tiga gol dianulir, tiga kali peluang membentur tiang, dan penalti yang seharusnya diberikan wasit saat Thuram dilanggar,” ujar Inzaghi kepada Sky Sport Italia.
“Dengan begitu banyak kejadian yang merugikan, kami tetap bisa menyamakan kedudukan di menit 93. Milan juga layak mendapat kredit karena tampil intens dan selalu berbahaya dalam serangan balik. Tak ada yang perlu disesali karena kami selalu bermain untuk menang. Terlepas dari berbagai insiden, kami tetap tak gentar dan terus melawan,” lanjutnya.
Apa yang diutarakan Inzaghi ada benarnya soal kekurang beruntungan. Ada tiga kejadian di mana skuat Milan Biru mampu menjebol gawang Milan Merah. Namun, seluruhnya dianulir. Dua karena offside dan satu lainnya karena terjadi pelanggaran terlebih dahulu.
Ketika ditanya soal hasil akhir laga, beberapa pemain sepakat dengan Inzaghi.
“Kami berinisiatif mengendalikan laga dan Milan lebih banyak melakukan serangan balik. Bagaimanapun juga, saat tim Anda tertinggal hingga menit ke-90, maka hasil imbang rasanya bagus juga,” ujar De Vrij.
“Kalau liat jalannya pertandingan tadi, kami mendapat beberapa peluang kena tiang dan tiga gol dianulir, rasanya seperti bukan lagi harinya. Namun, kami terus berupaya. Begitu peluit akhir, saya rebah ke tanah, bukan karena lelah secara fisik, tapi mental,” timpal Thuram.
Selain faktor “kurang beruntung”, Inter sebenarnya memang menguasai jalannya laga, terutama jika mengacu pada data statistik.
Menurut situs Flashscore, Lautaro Martinez dkk. unggul persentase penguasaan bola (62% berbanding 38%) dan menciptakan peluang lebih banyak dari Milan (16 berbanding 10).
Setidaknya, skor akhir imbang 1-1 menghindari Inter dari kekalahan beruntun untuk ketiga kalinya dari rival sekota mereka di derby della madonnina musim ini
Di dua laga sebelumnya, Nerazzurri takluk 2-3 di ajang Super Copa (7 Januari) dan kalah 2-3 di pertemuan pertama musim ini (23 September 2024).
Bagi Inter, raihan satu poin membuat mereka tetap berada di peringkat kedua. Jarak tiga poin dengan Napoli di puncak klasemen juga tak berubah lantaran skuat I Partenopei juga bermain imbang 1-1 dengan AS Roma.
Sementara itu, Milan menduduki peringkat delapan dan terus berupaya mengejar slot ke Eropa musim depan.
===
View this post on Instagram