Dua tim yang tampil tidak sesuai dengan harapan akan bertemu di Tottenham Hotspur Stadium pada Minggu (16/2). Man. United berpeluang menenggelamkan Spurs lebih dalam.
Lumayan banyak persamaan kedua kubu musim ini. Potensi mereka besar, sekurangnya kalau melihat rekam jejak selama beberapa tahun terakhir. Bahkan, mereka selalu dianggap sebagai calon penantang gelar. Apa daya, yang muncul adalah kesukaran dan kepayahan.
Menyusul kegagalan memenuhi harapan, kedua klub sama-sama melempem di liga. Peringkat mereka berurutan di klasemen Premier League: United di peringkat ke-13, Spurs ke-14. Kedua tim berjarak dua poin saja, yang tentu bisa menjadi dasar potensi ketat di London Utara.
Red Devils dan Lilywhites sama-sama berlaga di Liga Europa dan tengah menanti lawan di perdelapan final. Kebetulan kiprah di kompetisi kasta kedua di Eropa itu cukup menutupi pencapaian medioker dua klub tersebut di liga domestik.
Hanya, Ange Postecoglou tampak memiliki beban yang praktis lebih berat bila dibandingkan dengan Ruben Amorim. Kegagalan Spurs menang bisa berakibat pemecatan.
Bagaimana Tidak?
Tottenham tersingkir dari Piala Liga dan Piala FA pekan lalu. Di Premier League, The Lilywhites sedang jeblok di rumah, tujuh laga tanpa kemenangan, lima di antaranya berakhir dengan kekalahan.
Spurs Lebih Hangat, Sejarah Dukung United
Klub London Utara itu pun menyasar kemenangan kedua beruntun setelah menang atas Brentford. Dua kemenangan konsekutif itu, kalau terjadi, baru akan menjadi yang kedua kali musim ini. Yang menarik, kali pertama adalah saat Spurs mengalahkan Brentford dan United di paruh pertama musim. Lebih lanjut, Tottenham mengalahkan The Red Devils lagi, yakni dari Piala Liga, usai dua kemenangan beruntun itu.
Akan tetapi, United bisa pula menyodorkan sejarah dalam usaha menghindari kekalahan lagi. Tidak ada tim yang bisa tiga kali menang semusim atas Iblis Merah sejak Chelsea pada 2012-13.
Potensi Serangan
Tottenham mencoba memanfaatkan kelengangan yang belum pernah alami pada 2025 ini. Laga ini akan menjadi yang pertama tahun ini tanpa didahului partai tengah pekan. Spurs dapat berharap bisa sedikit mengatasi masalah kebugaran dan cedera yang cukup lama mengganggu performa.
Namun, persoalan sulit menang juga dialami United meski posisi Amorim tidak setersudut yang dialami Postecoglou. Tekanan juga sedang menaungi Amorim mengingat hanya lima klub yang mendulang lebih sedikit daripada 14 poin United sejak Amorim datang.
The Lilywhites boleh jadi akan tetap menerjang kelemahan lini belakang Red Devils. United selalu kebobolan setidaknya dua gol di empat pertemuan dengan Tottenham di Premier League.
Tottenham juga memiliki amunisi yang bisa merepotkan United. Dejan Kulusevski dapat bersinar kembali seperti saat mencetak gol di dua pertemuan dengan Iblis Merah.
Bagus di Luar Rumah
Di sisi lain, United Amorim bakal mengedepankan kelebihan mereka. Sementara kepayahan di kandang mirip-mirip dengan Spurs, Iblis Merah lebih tangguh di luar rumah. United memenangi tiga laga tandang terakhir mereka di semua kompetisi. Hal ini rasanya akan melesatkan kepercayaan diri United untuk bisa kembali menjadi superior atas Tottenham kayak di era Alex Ferguson.
Sambil melupakan daya dobrak yang sudah pindah seperti Antony dan Marcus Rashford, Amorim akan memaksimalkan amunisi terbaiknya.
Alejandro Garnacho akan menjadi tumpuan asa United. Pada tengah pekan, sayap Argentina ini tampil sebagai pendongkrak performa Red Devils di Piala FA hingga bisa mengalahkan Leicester dengan skor 2-1. Garnacho dkk. berpeluang menambah derita Tottenham.
View this post on Instagram