Man. United bangkit setelah nyaris dipermalukan Everton. Skor imbang yang dramatis menyudahi jamuan The Toffees buat United pada Sabtu (22/2).
Lawatan terakhir United ke Goodison Park, seiring pindahnya Everton per musim depan ke Everton Stadium di Bramley-Moore Dock, berjalan berat buat The Red Devils. Meski demikian, United bisa pulang dengan sesuatu dan dapat optimistis menatap sisa musim.
Secara keseluruhan, duel bisa dibagi ke dua bagian besar. Namun, ada unsur merendah, determinasi, smapai keberuntungan di dalam dua babak itu.
Babak I: Ruben Amorim Ada Benarnya, David Moyes Lebih Baik daripada Dirinya
Ruben Amorim menjadi perhatian sebelum Man. United bertandang ke Goodison Park untuk terakhir kali. Sebelum lawatan ke Merseyside ini, The Red Devils hanya bisa empat kali menang dalam 14 laga dalam penanganan Amorim. Moyes mengilap di klub lamanya dengan empat kemenangan dan sekali imbang di liga dari lima pertandingan.
“Sederhana saja. David Moyes melakukan pekerjaan secara lebih baik daripada saya,” ucap Ruben Amorim dikutip BBC sehari sebelum lawatan terakhir United ke Goodison Park.
Apa yang bikin Everton berbeda di tangan Moyes? “Kepercayaan diri. Mereka sangat yakin dengan cara bermain dan memenangi pertandingan. Mereka menjadi sangat kompetitif. Jadi, pekerjaan luar biasa David Moyes memulihkan tim,” lanjut Amorim.
Pujian Amorim terbukti di babak pertama. Sampai saat turun minum, United memang unggul dalam penguasaan bola sebesar 57%. Akan tetapi, Iblis Merah tidak berkutik di pertahanan Everton.
Dari dua percobaan, tidak ada satu pun tembakan United yang mengarah ke gawang. Sementara itu, Toffees bisa melepaskan keempat tembakan mereka ke arah gawang Andre Onana. Jadi, harapan gol menjadi timpang di parauh pertama ini. Harapan gol Everton sebesar 1,41, sedangkan United 0,04 doang.
Buah dari permainan efektif Everton tergelar dari skor pada paruh pertama. Pemain yang produktif di tangan Moyes, Beto, membuka skor pada menit ke-19 dari operan sundulan Abdoulaye Doucoure menyusul sapuan tak sempurna pertahanan kubu tamu. Nama yang disebutkan terakhir menggandakan keunggulan The Toffees (33′) dengan rebound dari tembakan Beto yang ditahan Andre Onana.
Babak II: Ini Baru United (walau Cuma di 20 Menit Terakhir)
“Berkat” Moyes, Amorim mendapat alasan betapa susahnya menangani United. Moyes hanya bertahan selama delapan bulan menggantikan Sir Alex Ferguson yang memutuskan pensiun.
“Itu menunjukkan bahwa pekerjaan ini berat. Tapi, kami harus mencoba memahami sejarah. Klub ini memiliki figur tak tergantikan dalam Sir Alex Ferguson. Maka, pekerjaan ini sulit dilakukan,” kata eks pelatih Sporting itu.
Amorim boleh jadi semakin khawatir saat United masih mandek sampai laga melewati satu jam. Sang pelatih memasukkan Alejandro Garnacho menggantikan Casemiro (62′) untuk menambah serangan. Belum ada gol lagi sampai dua pergantian berikutnya (70′), yakni Chidozie Obi untuk Rasmus Hojlund dan Leny Yoro untuk Noussair Mazraoui.
Dua menit setelah pergantian terakhir, Iblis Merah bisa memperkecil ketertinggalan melalui Bruno Fernandes menyusul tendangan bebas Garnacho. United akhirnya bisa menyamakan skor via rekrutan musim panas lalu, Manuel Ugarte (80′). Menyusul sapuan buruk lini belakang Toffees setelah set piece United, Ugarte mengendalikan bola dengan dada sebelum melepaskan tembakan voli kaki kiri yang bersarang di pojok kanan gawang Jordan Pickford.
Empat menit setelah gol Ugarte, wasit sempat memeriksa VAR untuk klaim handball di kotak penalti Everton, tapi tidak ada penalti. Keputusan tidak memberikan penalti muncul secara lebih dramatis saat injury time setelah eks United, Ashley Young, terlihat ditarik jatuh oleh Mattjhis de Ligt. Namun, wasit Andy Madley kembali memutuskan mengubah keputusannya menjadi enggak ada penalti setelah tinjuan VAR.
Oleh-oleh satu poin ini, kendati berunsur hoki, boleh jadi akan mendongkrak keyakinan United dan Amorim menatap sisa musim. Amorim paling tidak bisa berharap dapat selevel dengan Moyes!
View this post on Instagram