Performa buruk Manchester United musim ini benar-benar mengecewakan para suporternya. Bagaimana tidak, ganti pelatih sudah. Erik ten Hag dilengserkan, Ruben Amorim didatangkan.
Beli pemain juga sudah. Gak tanggung-tanggung, ada lima nama kondang yang diboyong pada awal musim.
Dari yang termahal Leny Yoro (62 juta euro/Lille), Manuel Ugarte (50 juta euro/PSG), Matthijs de Ligt (45 juta euro/Bayern), Joshua Zirkzee (42,5 juta euro/Bologna), Noussair Mazraoui hingga yang termurah (15 juta euro/Bayern). Semuanya ada harganya.
Belum cukup juga, satu pemain anyar didatangkan lagi di bursa transfer musim dingin 2025 silam, yakni Patrick Dorgu seharga 30 juta euro dari Lecce.
Hasilnya? Tetap parah. United bukan hanya sedang berkutat di peringkat 14 (hingga jelang pekan ke-28), tapi juga baru saja tersingkir dari ajang Piala FA usai kalah adu penalti dari Fulham beberapa hari lalu.
Kekalahan itu membuat Liga Europa menjadi satu-satunya ajang tersisa yang bisa dimenangkan United. Skuat Setan Merah akan menghadapi Real Sociedad di babak 16 besar, Jumat (7/3).
Rangkaian hasil buruk yang terus berdatangan membuat fan mulai habis kesabaran. Suara protes makin lantang terdengar, baik di tribun maupun di dunia maya.
Di laga kontra Fulham, salah satu komunitas suporter United, Manchester United Supporters Trust, menggelar protes di Old Trafford.
Sasarannya adalah harga tiket yang dinilai terlalu tinggi. Sebelum laga dimulai, mereka membentangkan banner bertuliskan: “#Stop Exploiting Loyalty” dan “We’ve Been Here Through Thick & Thin, Don’t Price Us Out” di bagian depan Old Trafford.
Kelompok suporter ini lalu menduduki tribun yang dekat dengan lorong masuk pemain sehingga begitu kamera televisi mengambil gambar Bruno Fernandes dkk. masuk lapangan, kedua banner tersebut terlihat cukup jelas.
Momen itu lalu disebar ke internet lewat media sosial dan cukup menyita perhatian di tengah suporter United.
Jelang laga sarat gengsi menjamu Arsenal akhir pekan ini, Minggu (9/3), aksi protes yang lebih besar kabarnya akan digelar. Sasaran mereka adalah keluarga Glazer selaku pemilik klub.
Penggagasnya adalah komunitas suporter United lainnya, yakni The 1958. Menurut salah satu juru bicaranya, Steve Crompton, aksi protes tersebut bahkan diklaim sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah United, khususnya era Glazer.
“Klub ini perlahan-lahan sekarat di depan mata kita, di dalam dan luar lapangan, dan kesalahannya terletak pada model kepemilikan saat ini. Klub ini menghadapi kehancuran finansial. Hutang adalah jalan menuju kehancuran,” ujar Crompton dilansir Sky Sports.
“Sir Matt Busby akan berbalik di kuburnya melihat keadaan buruk klub sepak bola terhebat di dunia yang sedang bertekuk lutut dan dalam banyak hal menjadi bahan tertawaan.” lanjut Crompton.
Menurut Crompton, ia dan rekan-rekannya di The 1958 sudah meminta sebagian besar fan United yang rencananya hadir langsung di Old Trafford melawan Arsenal, untuk mengenakan pakaian bernuansa hitam sebagai tanda kesedihan.
“Diharapkan agar mengenakan pakaian bernuansa hitam sebagai simbol bahwa klub sedang sekarat karena hutang yang besar, mismanagement, dan mengeksploitasi para suporter,” tulis keterangan The 1958.
===
View this post on Instagram