Newcastle sebenarnya tak terlalu diunggulkan kala bersua Liverpool di final Carabao Cup, Minggu (17/3). Kesan itu merujuk ke catatan head-to-head.
Sudah hampir 10 tahun berlalu sejak terakhir kali The Magpies bisa menang dari The Reds. Tepatnya di pekan ke-15 Premier League 2015/16. Kala itu, publik Saint James Park berpesta lewat kemenangan 2-0. Gol lahir dari bunuh diri Martin Skrtel (69’) dan Georginio Wijnaldum (90+3’).
Setelah itu, Newcastle harus melalui 17 pertemuan dengan Liverpool tanpa sekalipun bisa menang. Sampai akhirnya catatan buruk itu terhenti malam tadi di Wembley.
Meski tampil tanpa tiga pemain andalan, Anthony Gordon (akumuluasi), serta Lewis Hall dan Sven Botman (cedera), Newcastle mengawali laga dengan cukup menjanjikan.
Skuat asuhan Eddie Howe itu tampil spartan di setiap perebutan bola, khususnya di babak pertama. Terbukti meski kalah dalam hal persentase penguasaan bola (44% berbanding 56%), Newcastle tampil lebih ofensif.
Dilansir Flashscore, Joelinton dkk. mampu melahirkan sembilan dan tiga di antaranya on-target, sedangkan Liverpool cuma bisa mengkreasi satu peluang dan itu pun tidak on-target.
Taktik khusus yang dipersiapkan Howe juga berujung gol pembuka Dan Burn, sesaat sebelum turun minum. Bek jangkung itu menanduk umpan sepak pojok Kieran Trippier. Dalam wawancara usai laga, Howe menuturkan bahwa gol itu merupakan buah dari persiapan matang.
“Kami berlatih bola mati secara konsisten dalam dua pekan terakhir khusus untuk menghadapi laga ini dan jika Anda mengamati latihan kami, Anda pasti paham bahwa kami memang punya peluang mencetak gol,” ujar Howe usai laga.
Sebaliknya, pelatih Liverpool, Arne Slot, justru dikecam karena menginstruksikan gelandangnya yang berpostur tak terlalu tinggi, Alexis Mac Allister, untuk mengawal Burn di momen gol tersebut.
“Saya bisa jelaskan. Kami menerapkan sistem zonal, jadi ada lima pemain yang mengambil posisi secara zonal, persis di mulut gawang kami. Jadi, saat lawan mendapat bola mati, harapannya ada satu dari lima pemain terkuat saya untuk menghalau datangnya bola,” ujar Slot.
“Lalu, ada juga tiga pemain lain yang melakukan man-mark dan Macca (Allister) merupakan salah satunya. Tapi memang, Burn masuk pengecualian. Baru kali ini saya lihat ada pemain yang mampu menyundul bola dari tiang jauh dengan keras ke pojok gawang,” lanjut Slot.
Yang menarik, Burn juga terpilih sebagai Man of the Match dan berhak membawa pulang The Alan Hardaker trophy. Menurut Squawka, ia menjadi bek asal Inggris pertama yang memenangi trofi tersebut setelah John Terry (tahun 2015).
*Lima pergantian pemain
Niat Liverpool untuk menyamakan kedudukan di babak kedua malah makin terganjal karena hanya beberapa saat setelah jeda, Newcastle justru menambah keunggulan lewat gol Alexander Isak.
Proses gol ini juga memperlihatkan betapa para pemain Newcastle begitu berhasrat memenangi duel udara. Berawal dari umpan silang Valentino Livramento, Jacob Murphy menang duel kontra Andy Robertson dan menyundul bola itu ke arah Isak yang akhirnya berujung dengan gol tendangan first-time (52’).
Padahal, satu menit sebelum gol itu, Isak juga sempat menggetarkan gawang Liverpool dari situasi corner. Namun, gol itu dianulir VAR karena Isak sudah lebih dulu tertangkap offside.
Tertinggal dua gol, Slot mau tak mau harus membuat timnya tampil lebih agresif. Ia memasukkan lima pemain pengganti dan seluruhnya bernaluri, yakni tiga striker (Darwin Nunez, Cody Gakpo, dan Federico Chiesea), serta dua gelandang serang (Curtis Jones dan Harvey Elliot).
Hanya saja, strategi itu tak berbuah maksimal. Skuat Merseyside Merah cuma bisa membalas satu gol dan itupun di menit-menit akhir lewat kaki Chiesa yang lolos dari jebakan offside.
Skor 2-1 untuk Newcastle bertahan hingga akhir laga. Kemenangan ini sekaligus mengakhir puasa gelar The Toon Army selama 70 tahun, terhitung sejak terakhir kali mereka naik podium Piala FA 1954/55.
===
View this post on Instagram