Frank Lampard Kembali Ditunjuk Menangani Chelsea. Hanya saja, ia datang di waktu yang kurang baik secara produktivitas tim.
Super Frank, begitulah fan Chelsea memanggilnya. Sang gelandang legendaris itu kembali mencoba peruntungannya melatih Chelsea. Ia resmi bertugas di Stamford Bridge sejak Kamis (6/4).
Jelang rumor pemecatan Graham Potter, Lampard sebenarnya sudah masuk dalam daftar calon pengganti. Hanya saja, namanya masih kalah santer dibanding beberapa kandidat lain seperti Julian Nagelsmann dan Luis Enrique.
Namun, berkat faktor kedekatan historis, Chelsea dan Lampard bisa langsung bersepakat meski perundingan tergolong singkat. Super Frank ditugasi menahkodai tim sebagai caretaker hingga akhir kompetisi.
“Tak sulit rasanya untuk menerima pekerjaan ini karena Chelsea adalah klub saya. Saya sangat antusias, apalagi ada banyak potensi di skuat sekarang ini,” ujar Lampard di situs resmi klub.
“Ada tanggung jawab besar yang diberikan ke saya dan saya hanya ingin memberikan yang terbaik. Untuk urusan masa tugas bukan berada di tangan saya,” lanjutnya.
Lantas, apa yang harus dilakukan Lampard di kesempatan keduanya menangani Chelsea? Jika merujuk pada kiprah pertamanya (Juli 2019 hingga Januari 2021), Lampard harus segera memulihkan produktivitas Chelsea.
Di era pertama Lampard, skuat London Biru tercatat sebagai tim paling produktif ketiga lewat koleksi 102 gol. Koleksi gol mereka tersebut hanya kalah subur dari Manchester City (133 gol) dan Liverpool (122 gol).
Masalahnya, sebagian besar dari sumber gol Chelsea di era tersebut sudah berpindah klub. Dua peringkat teratas misalnya, Tammy Abraham dan Olivier Giroud, kini sudah berseragam AS Roma dan AC Milan. (Lihat boks data 1)
Yang masih tersisa di Stamford Bridge dari daftar tersebut adalah Christian Pulisic dan Mason Mount. Masalahnya, performa kedua pemain tersebut belum optimal di era Potter.
Pulisic misalnya, dari total 25 penampilan di semua ajang musim ini, baru sekali winger asal Amerika Serikat itu dipercaya tampil penuh, yakni kala takluk 0-3 dari Manchester City di babak ketiga Carabao Cup (9 November 2022). Alhasil, produktivitas Pulisic ikut menurun seiring minimnya menit bermain. Ia baru mengoleksi satu gol dan dua assist.
Bicara soal menit tampil, nasib Mason Mount masih sedikit lebih baik dari Pulisic. Gelandang Inggris itu sudah mengenyam 2.145 menit tampil atau terbanyak kelima di dalam tim.
Hanya saja, Mount jarang dipercaya tampil penuh 90 menit. Dari total 32 penampilannya di semua ajang, baru lima kali Mount tampil hingga akhir laga. Kondisi bertambah runyam karena ia terkena cedera panggul sejak awal Maret.
Tinggal satu dari lima terbaik
Kalau pun harus berpaling sejenak dari Pulisic dan Mount, fokus Lampard berarti bisa lebih tercurah untuk menggenjot produktivitas para pemain lain demi menopang Kai Havertz selaku bomber utama.
Pasalnya, Havertz merupakan top skor Chelsea sejauh ini dan ia terkesan berlari sendirian soal urusan membobol gawang lawan. Havertz sudah mengoleksi sembilan gol atau dua gol lebih banyak dari Raheem Sterling di peringkat kedua (7 gol) dan enam gol lebih banyak dari Mount di peringkat ketiga (3 gol). Sama seperti Mount, Sterling juga masih dalam proses pemulihan cedera.
Peringkat keempat ditempati Jorginho (3 gol) yang kini sudah berseragam Arsenal, sedangkan peringkat kelima ditempati Pierre-Emerick Aubameyang yang juga tengah dalam proses pemulihan cedera.
Jadi, Lampard kembali ke Chelsea di momen yang sebenarnya kurang begitu bak. Ia tak bisa memaksimalkan empat dari lima sumber gol Chelsea musim ini.
Yang harus digenjot Lampard dari barisan lini serang lainnya berarti nama-nama seperti Joao Felix yang baru mengoleksi dua gol atau juga Pulisic dan Conor Gallagher yang sama-sama baru mengoleksi satu gol.
Bandingkan dengan beberapa nama-nama di lini belakang seperti Kalidou Koulibaly, Ben Chilwell, Reece James, dan Wesley Fofana, yang masing-masing sudah mengoleksi dua gol. Jumlah gol mereka setara dengan Felix, serta masih lebih baik dari Pulisic, Gallagher, bahkan dengan sang rekrutan anyar, Mykhaylo Mudryk.
Nama yang disebut terakhir juga layak menjadi perhatian Lampard. Dibeli dari Shakhtar Donestk pada Januari silam, Mudryk (70 juta Euro) merupakan pembelian termahal ketiga Chelsea musim ini setelah Enzo Fernandez (121 juta) dan Wesley Fofana (80 juta).
Akan tetapi, performa Mudryk belum terlalu menonjol. Ia belum pernah menyumbang gol untuk The Blues dari total 10 penampilannya di semua ajang.
====
BOKS DATA
PENCETAK GOL CHELSEA DI ERA PERTAMA LAMPARD
- Tammy Abraham – 21 gol (AS Roma)
- Olivier Giroud – 11 gol (AC Milan)
- Christian Pulisic – 10 gol (Masih di Chelsea)*
- Willian – 9 gol (Fulham)
- Mason Mount – 9 gol (Masih di Chelsea)*
- Jorginho – 7 gol (Arsenal)
- Timo Werner – 4 gol (RB Leipzig)
- Marcos Alonso – 4 gol (Barcelona)
- Callum Hudson-Odoi – 3 gol (Leverkusen)
Ket : * Yang masih bertahan di Chelsea