Chelsea takluk dengan cukup meyakinkan. Mereka kalah segalanya, dari jumlah serangan hingga penguasaan bola. Ada pula soal rekor buruk dari rentang seabad silam.
Tiga pelatih sudah dicoba dan performa Chelsea belum juga membaik. Kekalahan teranyar 1-2 di kandang sendiri dari Brighton, Sabtu (15/4), bak menyisakan luka yang semakin dalam.
Setelah gagal memetik kemenangan di empat penampilan sebelumnya, The Blues berharap bisa meraup poin dari kunjungan Brighton. Faktor catatan bagus Frank Lampard tiap kali bersua Brighton menjadi salah satu alasannya.
Pada periode pertama melatih Chelsea, Lampard empat kali meladeni Brighton dan tak pernah kalah. Rinciannya, dua kemenangan dan dua hasil imbang.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Brighton tampil luar biasa. Sempat tertinggal 0-1 lewat gol Conor Gallagher (menit 13’), The Seagulls tak lantas patah semangat. Mereka terus menggempur Chelsea hingga akhirnya berhasil membalikkan kedudukan menjadi 2-1.
Brighton memang hanya menang tipis satu gol. Namun, dari data statistik menunjukkan bagaimana mereka benar-benar mengucilkan Chelsea.
Menurut Opta, jumlah tembakan Chelsea (8) tiga kali lebih sedikit dibanding Brighton (26). Jumlah 26 tembakan itu bahkan merupakan jumlah tembakan terbanyak yang diderita Chelsea di kandang sendiri sejak 2003/04. Selain itu, jumlah tendangan on target Brighton (10) juga lima kali lebih banyak dibanding Chelsea (2).
Dilansir dari Flashscore, Brighton lebih mendominasi laga lewat persentase penguasaan bola 58% dibanding 42% milik Chelsea. Jumlah serangan Brighton (118 kali), juga jauh lebih banyak dibanding Chelsea (64).
Kekalahan dari Brighton ikut mencoreng sejarah skuat London Biru. Menurut Squawka, ini untuk pertama kalinya dalam 122 tahun Brighton mampu mengalahkan Chelsea di Stamford Bridge
Musim ini, Chelsea berarti sudah dua kali takluk dari Brighton, termasuk kekalahan 1-4 di putaran pertama. Padahal di laga tersebut, Chelsea masih ditangani Graham Potter yang notabene eks Brighton.
Kalau nama Lampard semakin tenggelam, pelatih Brighton, Roberto De Zerbi, justru makin naik daun. Apalagi, baru di eranya Brighton berhasil meraih kemenangan back-to-back kontra Chelsea.
Kesenjangan kedua tim juga tampak di papan klasemen. Kalau Chelsea masih kesulitan menembus 10 besar (peringkat 11), Brighton justru terus mengintip peluang ke zona Eropa (peringkat 7).