Kemenangan penting diraih Valencia pada Minggu (21/5) atas Real Madrid. Akan tetapi, efek samping insiden dalam laga tersebut bisa mencederai La Liga.
Diego Lopez mencetak gol tunggal laga di Mestalla pada menit ke-33. Tiga angka membawa Valencia menjauh dari zona degradasi sebanyak lima angka. Los Che saat ini berada di peringkat ke-13.
Dengan tiga pekan tersisa, posisi Valencia belum benar-benar aman. Namun, tripoin dari laga kontra raksasa berharga bagi niat Los Che selamat dari vonis turun divisi.
Namun, kemenangan itu ternodai. Kartu merah saat injury time yang didapat Vinicius Junior menjadi akumulasi kejadian tak mengenakkan yang dialami penyerang Madrid tersebut sepanjang laga.
Melalui pemeriksaan VAR, pemain asal Brasil itu didapati memukul pemain tuan rumah, Hugo Duro. Aksi itu menyusul kericuhan yang melibatkan Vini dengan kiper Giorgi Mamardashvilin setelah tendangan bebas Toni Kroos bisa ditepis sang kiper.
Bukan kartu merah yang dikritik Vini Jr., melainkan umpatan rasis yang diperdengarkan publik Mestalla terhadapnya.
Pada menit ke-70, wasit menghentikan laga selama sekitar 10 menit setelah Vini menunjuk ke tribun. Ia menunjuk sejumlah penonton yang ia yakni melecehkannya dengan gestur dan ucapan rasis. Bintang muda El Real itu sampai harus ditarik rekan-rekannya dan para pemain Valencia.
“Kompetisi yang dulu milik Ronaldinho, Ronaldo, Cristiano, dan Messi, kini milik para rasis,” tulis Vini di Instagram.
“Ini bukan pertama, kedua, atau bahkan ketiga kali. Rasisme menjadi normal di La Liga. Pengelola liga menganggapnya normal. Federasi pun begitu. Para lawan mendukungnya. Sebuah negara indah, yang saya cintai dan menyambut saya, tapi juga mengirim pesan citra negara rasis kepada dunia. Maaf saya buat orang Spanyol yang tidak sepakat, tapi saat ini, di Brasil, Spanyol dikenal sebagai negara para rasis,” tulis pemain berusia 22 tahun itu.
“Dan sayangnya, saya tak bisa membela semua kejadian yang hadir setiap minggu. Namun, saya kuat dan akan melawan para rasis sampai akhir, bahkan bila tidak di sini lagi,” lanjut Vini.
Vinicius cukup sering menjadi sasaran pelecehan rasial. BBC menyebut kejadian di Mestalla setidaknya merupakan pelecehan ketujuh yang dialami pemain bernama lengkap VinÃcius José Paixao de Oliveira Junior itu khusus musim ini.
La Liga menyatakan akan menyelidiki dan mengambil langkah hukum yang layak bila ada bukti yang mencukupi. Di sisi lain, Presiden La Liga, Javier Tebas, menyorot absensi Vini sebanyak dua kali dalam pertemuan terkait rasisme ini. “Sebelum mengkritik dan memojokkan La Liga, Anda perlu mendapat cukup informasi,” ujar Tebas di akun sosial media.
Dukungan untuk Vini datang dari sejumlah pihak. “Yang kita saksikan hari ini tidak dapat diterima. Seluruh stadion mengumandangkan nyanyian rasis. Saya enggak mau bicara soal sepak bola saat ini. Tidak ada artinya. Saya bilang kepada wasit seharusnya ia menghentikan pertandingan. La Liga memiliki masalah. Bagi saya, Vinicius adalah pemain terpenting di dunia. Episode rasisme ini cukup untuk menghentikan laga. Kalau menang pun saya akan berkata begini,” tutur Carlo Ancelotti, bos Madrid, dikutip BBC.
Menurut sang pelatih, reaksi Vini bisa dipahami. “Saya bertanya kepadanya apakah ingin diganti. Ia tetap bermain. Ia sangat sedih dan marah. Hal seperti ini tidak boleh terjadi di dunia ini,” lanjut Carletto.
Kiper Madrid, Thibaut Courtois, membenarkan adanya hinaan terhadap Vini. Kiper Belgia itu mengaku mendengar “suara monyet” setelah laga melewati menit ke-20. “Kalau Vini ingin terus bermain, kami akan terus bermain. Bila Vini ingin keluar, saya akan meninggalkan lapangan bersamanya karena kami tak bisa menoleransi hal seperti ini,” ucap Courtois.
“Sampai kapan kita mesti mengalami, di tengah abad ke-21, episode seperti yang baru kita saksikan, sekali lagi di La Liga? Sampai kapan kemanusiaan sekadar penonton dan pendukung aksi kejam rasisme?” ucap Presiden Federasi Sepak Bola Brasil (CBF), Ednaldo Rodrigues.
Presiden FIFA, Gianni Infantino, menyatakan bahwa dirinya solider dengan Vini. Ia menegaskan bahwa FIFA memiliki protokol untuk aksi rasis seperti di Mestalla. Pertama, pertandingan dihentikan dan penghentiannya diumumkan. Kedua, para pemain meninggalkan lapangan dan diumumkan bahwa pertandingan akan dibatalkan bila hinaan berlanjut. Ketiga, jika masih berlanjut, tiga angka akan diberikan kepada lawan.
“Itulah aturan-aturan yang seharusnya diterapkan di semua negara dan liga. Jelas hal itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Namun, kami perlu melakukannya dan butuh dukungan melalui edukasi,” ucap Infantino.
“Valencia CF mengutuk secara umum segala bentuk pelecehan, serangan atau penghinaan dalam sepak bola. Kendati ini merupakan episode terpisah, menghina pemain lawan tidak diterima dalam sepak bola dan tidak sesuai dengan nilai dan identitas Valencia CF,” demikian pernyataan resmi klub.