Kegagalan Manchester United mempertahankan keunggulan dua gol kala bertandang ke FC Copenhagen, Kamis (9/11), harus dibayar mahal. Setan Merah tak cuma takluk 3-4, tapi juga terpuruk di dasar klasemen Grup A Liga Champions.
Laga di Parken Stadium, Copenhagen, tampak seperti berpihak ke United lantaran mereka sudah unggul dua gol hanya dalam tempo kurang dari 30 menit.
Aktornya adalah Rasmus Hojlund. Ia memborong kedua gol tersebut (menit 3’ dan 28’). Menurut Squawka, Hojlund merupakan pemain United pertama yang mampu mengoleksi lima gol di empat laga awal fase grup sepanjang sejarah Liga Champions.
Lagu munculah awal petaka United yang berupa kartu merah Marcus Rashford (menit 42’). Itu menjadi titik balik kebangkitan tuan rumah. Terbukti, Copenhagen mampu menyamakan kedudukan dengan lahirnya dua gol sebelum turun minum. Mereka bangkit lewat gol Mohamed Elyounoussi (menit 45’) dan Diogo Goncalves (45+9′).
Di babak kedua, gol penalti Bruno Fernandes (69’) cuma menjadi hiburan sesaat. Mimpi buruk bagi Setan Merah hadir di 7 menit akhir lewat gol-gol Lukas Lerager (83’) dan Roony Bardghji (87’).
Nama yang disebut terakhir paling menyita perhatian. Bukan hanya karena namanya mirip dengan striker legendaris United, Wayne Rooney, tapi juga karena Roony Bardghji, yang masih berusia 17 tahun dan 358 hari, resmi menjadi pemain termuda yang mampu menjebol gawang United di ajang Liga Champions.
Dilansir dari berbagai sumber, setidaknya ada tiga hal yang menjadi rapor merah United usai ditaklukkan Copenhagen.
– Kelengahan pertama dalam 9 tahun
Kegagalan United dalam mempertahankan keunggulan dua gol menjadi faktor yang paling menjadi sorotan. Menurut Opta, ini merupakan untuk pertama kalinya United gagal mempertahankan keunggulan dua gol atau lebih di berbagai kompetisi.
Terakhir kali United menderita hal serupa adalah kala takluk 3-5 dari Leicester City di pekan kelima Premier League 2014/15 (21 September 2014).
Kala itu, gol-gol Robin van Persie, Angle Di Maria, dan Ander Herrera, dibalas dengan gol-gol Leandro Ulloa (2 gol), David Nugent, Esteban Cambiasso, dan Jamie Vardy.
– Potensi degradasi
Kekalahan dari Copenhagen merupakan kekalahan ke sembilan dari total 17 laga semua ajang yang telah dilalui United sejauh ini.
Catatan itu termasuk salah satu yang terburuk United dalam mengarungi awal musim. Setan Merah juga pernah melalui rangkaian catatan serupa pada musim 1973/74. Hal itu patut dikhawatirkan United lantaran musim itu menjadi musim terakhir United terdegradasi.
– Pudarnya tangan dingin Erik ten Hag
Salah satu alasan United merekrut Erik ten Hag adalah faktor tangan dingin sang pelatih, khususnya di laga-laga tandang Liga Champions.
Bersama klub yang ia tangani sebelumnya, Ajax Amsterdam, ten Hag cuma sekali kalah dari total 16 laga tandang.
Namun, catatan impresif itu tampak memudar bersama United. Ia selalu gagal menyelamatkan United dari kekalahan di dua laga tandang yang baru dijalani.
Ini juga pertama kalinya ten Hag menelan dua kekalahan beruntun bersama timnya di ajang Liga Champions.