Perburuan tiket ke perdelapan final di Grup F berakhir manis sekaligus pahit buat AC Milan. Rossoneri mempertunjukkan lagi DNA kuat di Liga Champion buat menghasilkan comeback apik, tapi terlambat. Target pun beralih.
Milan mampu mengambil tiga angka terakhir di St. James’ Park pada Rabu (13/12). Namun, tripoin itu hanya menempatkan mereka di peringkat ketiga grup. Peringkat kedua diambil Paris Saint-Germain setelah bisa membawa pulang satu angka dari kandang Dortmund. Milan dan PSG memiliki poin akhir yang sama, delapan, tapi Les Parisiens unggul head-to-head dan selisih gol.
Rossoneri menunjukkan ketangguhan terakhir mereka di ajang yang sudah tujuh kali mereka juarai ini. Tanda pertama adalah tekel sensasional Fikayo Tomori untuk menggagalkan tapakan Miguel Almiron dari aksi memotong Joelinton.
Tuan rumah Newcastle yang menekan sejak awal laga dapat unggul lebih dulu melalui penyelesaian apik Joelinton pada menit ke-33 dari assist Lewis Miley. Asa membuncah di kubu klub Tyneside itu saat babak pertama laga Dortmund menjamu PSG berakhir nirgol. Magpies naik ke peringkat kedua.
Harapan semakin melangit di Newcastle setelah Karim Adeyemi membawa BVB unggul atas PSG di awal babak pertama. Magpies unggul satu poin dari PSG. Akan tetapi, gol penyeimbang yang dibuat pemain PSG, Warren Zaire-Emery, membuat The Toon Army kembali hanya unggul head-to-head atas wakil Prancis itu.
Di sisi lain, Milan mampu bangkit di paruh kedua. Christian Pulisic menyamakan kedudukan di St. James’ Park dari jarak dekat pada menit ke-59 menyambar sodoran Olivier Giroud. Newcastle turun ke peringkat ketiga.
Kiper Milan, Mike Maignan, lalu menggagalkan kans bagus Bruno Guimaraes. Callum Wilson meluputkan umpan Tino Livramento. Milan mulai mengancam lagi, tapi tembakan Rafael Leao membentur tiang setelah berhadapan dengan Martin Dubravka.
Rossoneri meruntuhkan harapan Newcastle saat waktu normal tersisa enam menit melalui penyelesaian paten Samuel Chukwueze mengakhiri sebuah serangan balik. Milan naik ke peringkat ketiga, kalah head-to-head dengan PSG. Posisi itu tidak berubah karena tidak ada tambahan gol dari dua laga Grup F.
Pelatih Newcastle, Eddie Howe, bertekad menjadikan kekecewaan di Liga Champion sebagai pembakar semangat di liga. Kekecewaan juga dirasakan kubu tamu walau menang.
“Banyak perasaan yang berkecamuk. Tersingkir dari Liga Champion tentu mengecewakan, terutama mengingat kami tampil bagus musim lalu,” ujar pelatih Milan, Stefano Pioli, kepada Sky Sports Italia.
Penyesalan besar I Diavolo Rosso tak pelak terletak pada pertemuan pertama dengan Newcastle di San Siro pada Oktober. Milan menguasai permainan dengan membuat 26 tembakan, tapi tidak bisa menjebol gawang The Magpies. Duel itu berakhir dengan skor 0-0.
“Kami tahu grup ini sangat berbeda dan berat. Menyedihkan memiliki penyesalan. Kami layak mendapatkan hasil yang lebih baik dan tidak tahu cara memanfaatkan kesempatan di laga sebelumnya seperti yang kami mampu lakukan di sini. Kami tidak terintimidasi oleh lawan yang bermain dengan intensitas luar biasa,” ucap Pioli.
Hasil di Newcastle memperbaiki catatan Milan di Inggris. Kemenangan tunggal Rossoneri di sana terjadai pada 2005, yaitu saat menekuk Man. United di Old Trafford.
“Performa hari ini seharusnya memberikan kami kepercayaan diri untuk maju. Penyesalan besar saya adalah bahwa tim ini tidak memaksimalkan potensi. Jelas kami hanya bisa mencoba memperbaiki posisi ketiga saat ini di Serie A. Tujuan minimal kami adalah lolos ke Liga Champion lagi dan akan melakukan segalanya untuk menjuarai Liga Europa,” lanjut Pioli mengenai sasaran sampai akhir musim.
View this post on Instagram