Mauricio Pochettino belum bisa membawa Chelsea keluar dari krisis. Dua kekalahan terakhir dari Liverpool dan Wolverhampton bahkan makin memojokkan sang pelatih.
Diawali kekalahan 1-4 dari Liverpool di Anfield (1/2), Chelsea lantas dipaksa bertekuk lutut 2-4 kala menjamu Wolves di laga teranyar, (4/2).
Kekalahan back-to-back itu benar-benar melukai publik Stamford Bridge. Tak heran jika di pengujung laga kontra Wolves, para penggemar Chelsea mulai meneriaki Pochettino.
Apalagi, menurut Opta, ini merupakan kali pertama Chelsea harus kebobolan delapan gol di dua kekalahan beruntun sejak Desember 1989.
Hasil buruk versus Liverpool dan Wolves itu juga membuat Chelsea masih tertambat di luar 10 besar (peringkat 11). Setelah melalui 23 laga Premier League musim ini, The Blues masih merangkak di peringkat 11. Pochettino dan pasukannya cuma bisa mengemas sembilan kemenangan, empat hasil imbang, dan 10 kekalahan. Agregat gol mereka -1 (38-39).
Rapor merah itu tentu jauh dari harapan tinggi yang mengemuka musim tahun lalu, musim di mana sang pemilik baru, Todd Boehly, resmi bergabung. Kala itu, Chelsea dianggap memasuki era baru lewat manuver belanja besar-besaran dan cuci gudang pemain lama.
Sejak Boehly menjabat, Chelsea setidaknya sudah membeli 11 pemain baru semisal Moises Caicedo (116 juta euro/Brighton), Christopher Nkunku (60 juta/RB Leipzig), Cole Palmer (47 juta/Man. City), Axel Disasi (45 juta/Monaco), Nicolas Jackson (37 juta/Villarreal), Robert Sanchez (28 juta/Brighton), dan beberapa nama lain.
Mereka menggantikan nama-nama lawas yang terkena imbas cuci gudang seperti Mason Mount, Kai Havertz, Mateo Kovacic, Kalidou Koulibaly, Christian Pulisic, Edouard Mendy, Ruben Loftus-Cheek, N’Golo Kante, Cesar Azpilicueta, dan Kepa Arrizabalaga.
Hanya saja, transformasi besar-besaran itu tetap tak menghadirkan tanda-tanda positif. Musim lalu, Chelsea bahkan sampai tiga kali melakukan pergantian pelatih, dari Thomas Tuchel, Graham Potter, dan Frank Lampard. Ujung-ujungnya, Chelsea cuma finis di peringkat ke-12.
Kini, di bawah Pochettino, skuat London Biru cuma menduduki peringkat 11. Membandingkan Tuchel dan Pochettino rasanya paling apple-to-apple karena keduanya sama-sama menjabat dari masa pra-musim.
Tuchel dipecat setelah cuma meraih tujuh kemenangan dan menelan delapan kekalahan di 22 pekan awal musim 2022/23. Rata-rata raihan poin Chelsea di bawah Tuchel hanya 1,27 poin.
Pochettino sudah melalui satu pekan (23 pekan) lebih banyak dibanding Tuchel. Namun, hasilnya justru tak berbeda jauh lewat catatan sembilan kemenangan dan 10 kekalahan. Raihan poin rata-rata era Pochettino adalah 1,35 poin atau cuma berselisih 0,8 poin dari Tuchel.
Jika berkaca dari catatan di atas, ini merupakan waktu yang tepat bagi Chelsea untuk mengultimatum Pochettino. Hanya saja, menurut beberapa media Inggris, posisi pelatih berdarah Argentina tersebut masih belum banyak diusik.
Dalam sesi latihan, Selasa (6/2), Pochettino mengumpulkan seluruh pemainnya di tengah lapangan dan tampak melakukan diskusi. Momen itu menjadi salah satu hasil jepretan tim media Chelsea yang diunggah ke akun Instagram resmi klub.
“Together,” bunyi dari caption unggahan tersebut.