Manchester City dan Coventry City melangkah ke semifinal Piala FA dengan cara yang agak berbeda saat menang di perempat final pada Sabtu (16/3)
Di delapan besar, Man. City mendapat lawan yang tidak enteng, Newcastle United. Akan tetapi, The Cityzens bisa memaksimalkan Etihad Stadium untuk menyingkirkan Newcastle.
Diwarnai hujan, Cityzens tampil dominan. Skuad Pep Guardiola jarang mendapatkan kesulitan dari The Magpies.
Cityzens unggul dua gol sebelum jeda antarbabak, walau disokong keberuntungan untuk kedua gol. Tembakan Bernardo Silva pada menit ke-13 melambung dan melewati jangkauan kiper Martin Dubravka setelah mengenai kaki Dan Burn. Pada menit ke-31, tembakan Silva mengenai kepala Sven Botman sebelum menjadi gol kedua.
Kans terbaik Magpies hadir pada babak pertama. Tembakan Alexander Isak masih dapat ditangkal kiper Stefan Ortega.
Guardiola akan berharap para pemainnya tidak cedera saat memperkuat timnas masing-masing. Laga berikutnya adalah duel krusial di liga menjamu Arsenal yang sedang memuncaki klasemen.
Kejutan Singers
Jalan lebih terjal mesti dilewati City kedua, Coventry, beberapa jam sebelumnya. Coventry City mencetak dua gol saat injury time untuk memesan tempat di empat besar usai lawatan ke kandang Wolverhampton Wanderers.
Setelah nirgol pada babak pertama, Ellis Simms membawa Coventry memimpin pada menit ke-53. Pemeriksaan VAR cukup lama digelar untuk potensi handball sebelum mengesahkan gol eks penyerang Everton itu.
Wolves butuh setengah jam kemudian untuk menyamakan skor melalui Rayan Ait-Nouri. Pemain pengganti tuan rumah, Hugo Bueno, membuat publik Molineux bersorak girang dengan golnya lima menit kemudian.
Akan tetapi, injury time menjadi masa yang memberikan mimpi buruk buat Wanderers. Simms menorehkan gol keduanya saat injury time memasuki menit ketujuh dengan menjaringkan bola cungkilan Bobby Thomas di tiang jauh.
Saat Molineux bersiap untuk perpanjangan waktu, Simms memberikan assist tiga menit setelah gol keduanya. Haji Wright memaksimalkan dengan tembakan melengkung yang menaklukkan Jose Sa.
Perayaan menghebohkan pun tergelar di Molineux. Bos Wolves, Gary O’Neil, mengkritik selebrasi Mark Robins, manajer Coventry, di depan anak gawang.
“Merayakan di depan wajah bocah tampak menggelikan. Penting untuk berbicara dengan Mark mengenai hal itu karena mereka hanyalah bocah yang menjalankan tugasnya,” ucap O’Neil dikutip BBC.
Robins telah meminta maaf sebelum sorotan O’Neil itu. “Saya meminta maaf. Tak biasanya saya menunjukkan emosi, tapi setelah ia menjatuhkan bola dan melenggang sambil tersenyum, saya berselebrasi di depannya,” ujar Robins.
View this post on Instagram
Saat bermain, Robins lekat dengan ajang ini. Ia tercatat sebagai pemain yang berandil saat Man. United memulai kesuksesan di era Sir Alex Ferguson. Gol tunggalnya ke gawang Nottingham Forest di City Ground pada ronde ketiga ajang ini membantu United melaju sampai final untuk trofi pertama di bawah Ferguson.
Coventry mencapai semifinal kompetisi tertua ini untuk kedua kali sejak 1987. Tahun itu, klub berjulukan The Singers itu tampil sebagai kampiun dengan menundukkan Tottenham di final.
The Sky Blues juga kembali ke Wembley setelah play-off promosi musim lalu. Mereka gagal naik ke Premier League usai dikandaskan Luton Town di final play-off.
“Seperti mimpi rasanya bisa mencapai semifinal. Pencapaian ini bagus buat klub dan pendukung,” kata Robins.
Piala FA jarang mampir ke klub divisi lebih bawah. Terakhir kali kubu lower division menjuarai ajang ini adalah pada 1980. Kala itu, West Ham United, klub divisi 2, mengempaskan Arsenal di partai puncak.
Satu lagi wakil Championship Division, Leicester City, bertandang ke Stamford Bridge pada Minggu (17/3) ini. Undian semifinal akan digelar setelah duel Man. United dan Liverpool, juga pada Ahad.